Advertorial

Live Shopping Bukan Lagi Gimik, PPU Jadi Rujukan Digitalisasi UMKM IKN

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 02 Juni 2025 13:58
Live Shopping Bukan Lagi Gimik, PPU Jadi Rujukan Digitalisasi UMKM IKN
Ilustrasi live shoping. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Penajam - Kala sebagian besar daerah masih sibuk membangun studio pelatihan dan merancang aplikasi jual beli sendiri, Penajam Paser Utara (PPU) mengambil jalan berbeda. 

Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag) PPU, Margono Hadi Sutanto, memilih tak membuat tandingan, tetapi menjalin kemitraan dengan yang sudah mapan. 

Ia menyebut nama Shopee sebagai contoh konkret bagaimana pelaku UMKM lokal bisa belajar langsung dari pemain besar.

"Kita sempat juga kerja sama dengan Shopee, dan Shopee itu banyak banget kasih kita fitur," ujar Margono.

Kerja sama itu, menurutnya, bukan seremonial. Lewat pendampingan langsung, para pelaku UMKM diajak memahami bagaimana platform e-commerce besar bekerja: dari sistem promosi, pencatatan inventaris, pengelolaan toko digital, hingga siaran langsung untuk menjual produk secara real-time.

"Shopee itu sangat membantu. Memberikan fitur seperti gratis ongkir dan lainnya. Nah, sekarang itu live shopping-nya sudah diduplikasi oleh Otorita. Sekarang di-duplikasi," lanjutnya.

Apa yang awalnya hanya jadi praktik lokal di PPU, kini ditiru oleh Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN). Margono menyebut fitur live shopping—yakni penjualan produk melalui siaran langsung di aplikasi—telah menjadi semacam model baru yang dipelajari oleh pusat. Bahkan, bukan hanya metodenya yang ditiru, tapi juga sumber daya manusianya.

"Pembicara-pembicara kami sebenarnya juga trainer-trainer kami yang dibawa ke IKN kemarin, di Samboja. Bahkan, salah satu pelaku UMKM kita jadi narasumber dibawa oleh Otorita," ujar Margono.

Keterlibatan ini bukan hal kecil. Di tengah transformasi IKN yang digadang-gadang sebagai kota masa depan, pengalaman dari PPU justru menjadi salah satu referensi dalam membangun sistem ekonomi digital berbasis komunitas.

Margono tak muluk-muluk menyebut capaian itu sebagai prestasi. Baginya, keberhasilan bukan soal dikenal, tapi bagaimana pelaku UMKM di PPU bisa tetap berjualan, bertahan, dan tumbuh di tengah perubahan yang cepat. 

Ia pun menyentil kembali perdebatan lama tentang perlunya membangun aplikasi lokal sebagai solusi niaga digital. Baginya, ide itu bagus, tapi tidak realistis jika tujuannya menyaingi platform besar yang sudah lebih dulu mapan.

"Dulu, saat berbicara soal tempat jualan, ruko mahal. Jadi pilihannya online. Kemarin ada ide untuk bikin aplikasi. Saya bilang, bisnis kita itu bukan untuk menyaingi raksasa-raksasa. Mana bisa," katanya.

Margono memilih untuk menyiasati kekuatan, bukan menyainginya. Ketimbang menghabiskan energi membangun sistem digital dari nol, ia mendorong pelaku UMKM untuk beradaptasi dengan sistem yang sudah ada—dengan belajar, mengikuti ritme, dan pelan-pelan membangun identitas sendiri di dalamnya.

"Tapi memang nanti akan berubah. Ada istilahnya, shopping sambil tidur," tandasnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU] 



Berita Lainnya