Daerah
Memasuki Musim Hujan, di Berau Masih Terjadi Karhutla
Kaltimtoday.co, Berau - Meskipun memasuki musim hujan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih menjadi masalah di beberapa wilayah Berau, yang sebelumnya mengalami musim kemarau yang berkepanjangan sejak awal tahun 2023.
Menurut Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Ade Heryadi bahwa, meskipun saat ini sudah masuk musim penghujan, beberapa titik di Berau masih dilanda karhutla. Ade Heryadi mengatakan bahwa pada periode Desember 2023, curah hujan umumnya sudah meningkat, meskipun masih bervariasi dari yang rendah hingga menengah.
"Sifat hujan pada umumnya Normal. Curah hujan dasarian 2 bulan Desember 2022 tercatat masih di bawah 20 mm dalam 10 hari (rendah)," kata Ade Heryadi, Jumat (22/12/2023).
Dia menjelaskan bahwa, situasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kecepatan angin di lapisan 3000 feet yang cukup tinggi, berkisar antara 15-25 Knot, yang dapat mengganggu pembentukan awan. Secara global, faktor el Nino moderat juga masih berlangsung dan berdampak pada pengurangan curah hujan secara umum.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau menunjukkan bahwa, karhutla terjadi di empat kecamatan dengan total luas mencapai 55 hektare. Keempat kecamatan tersebut adalah Teluk Bayur (38 hektare), Pulau Derawan (7 hektare), Sambaliung (6 hektare), dan Segah (4 hektare).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Berau, Nofian Hidayat, mengungkapkan bahwa tim yang terdiri dari berbagai pihak, termasuk TNI-POLRI, KPHP, Manggala Agni, PMI, Berau Coal, dan MPA, telah berhasil memadamkan sekitar 60 hektare lahan yang terbakar.
Nofian mengatakan bahwa sebagian besar karhutla disebabkan oleh manusia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kurangnya sosialisasi tentang pencegahan karhutla juga menjadi faktor penyebabnya.
“Sosialiasi yang dimaksud yaitu seperti pembukaan lahan yang ramah lingkungan dengan cara tidak dibakar, 90 persen ulah manusia di sengaja atau tidak disengaja,” jelasnya.
Selain berdampak pada pencemaran udara, karhutla juga merusak ekosistem dan mengancam flora dan fauna, serta menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.
Ketika ditanya tentang karhutla yang baru-baru ini terjadi di wilayah Labanan, Teluk Bayur, Nofian menyatakan bahwa belum ada data yang dapat dikonfirmasi.
"Saat ini masih dalam proses penanganan, kami akan memberikan konfirmasi lebih lanjut setelah ada data yang lebih jelas," kata Nofian.
Data dari BPBD Kaltim menunjukkan jumlah kejadian karhutla di berbagai kabupaten dan kota mencapai 414 kejadian. Paser mencatatkan jumlah karhutla tertinggi dengan 109 kejadian, sedangkan Berau mencatat 59 kejadian.
[RWT]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- BPBD PPU Siaga Hadapi Potensi Banjir di Musim Penghujan
- Antisipasi Karhutla di Kaltim, BNPB Siagakan 4 Helikopter untuk Water-Bombing dan Pemantauan
- Mengenal Penyebab dan Gejala Leptospirosis, Penyakit dari Hewan Rumah Tangga yang Sering Terjadi Saat Banjir
- BMKG Ingatkan Risiko Cuaca Ekstrem Pasca Musim Hujan
- 102 Titik Panas Terdeteksi di Kaltim, BMKG Imbau Masyarakat Waspada