Kaltim

Perempuan di Sekitar Tambang Kaltim Belajar Suarakan Keresahan Energi lewat Medsos dan Kepemimpinan

Kaltim Today
06 Juni 2025 16:10
Perempuan di Sekitar Tambang Kaltim Belajar Suarakan Keresahan Energi lewat Medsos dan Kepemimpinan
eserta pelatihan mendengarkan paparan materi kepemimpinan dan media sosial untuk perempuan terdampak tambang, dalam workshop Yayasan Mitra Hijau di Samarinda. 

SAMARINDA, Kaltimtoday.co - Puluhan perempuan dari berbagai desa di sekitar tambang batu bara di Kalimantan Timur mengikuti pelatihan kepemimpinan dan penggunaan media sosial untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap dampak sektor energi, Senin (2/6/2025), di Samarinda.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Yayasan Mitra Hijau sebagai bagian dari rangkaian program Forum Dialog Perempuan untuk Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur, yang dibentuk pada April 2025. Forum ini diharapkan dapat mengakomodasi suara perempuan dalam forum transformasi ekonomi hijau yang kini tengah digagas pemerintah.

“Perempuan adalah yang paling merasakan dampak dari kerusakan lingkungan. Air tercemar, udara kotor, lahan rusak—semua itu langsung dirasakan karena perempuan yang banyak mengurus kebutuhan dasar rumah tangga,” ujar Fardilla Astari, Communication Strategist Yayasan Mitra Hijau.

Fardilla menambahkan, meski terdampak langsung, perempuan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Karena itu, pihaknya memfasilitasi pelatihan agar perempuan lebih percaya diri berbicara di ruang publik dan aktif menggunakan media sosial.

“Media sosial bisa jadi alat dakwah, edukasi, dan inspirasi. Suara ibu-ibu penting didengar, dan bisa dimulai dari rumah lewat konten-konten sederhana,” jelas Fardilla.

Dalam sesi pelatihan, para peserta juga praktik langsung membuat konten media sosial bertema energi. Mereka diajarkan teknik dasar storytelling digital, serta strategi membangun narasi yang kuat dan menggugah.

Akademisi Universitas Mulawarman, Nurliah, yang turut hadir sebagai pemateri, menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan komunitas di wilayah tambang.

“Perempuan bisa menjadi agen perubahan dalam memastikan manfaat ekonomi dari tambang benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar,” ujarnya.

Senada, Yayuk Anggraini—juga dari Universitas Mulawarman—mengungkapkan tantangan besar bagi perempuan dalam memimpin, utamanya karena stereotip gender.

“Perempuan seringkali dianggap kurang tegas atau tidak kompeten. Padahal, mereka unggul dalam etika, kolaborasi, dan ketahanan menghadapi krisis,” jelas Yayuk.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Transisi Energi yang Berkeadilan (IKI-JET) yang didukung oleh Inisiatif Iklim Internasional dari Kementerian Federal Jerman (BMWK) dan Uni Eropa melalui GIZ. Yayasan Mitra Hijau berharap suara perempuan bisa semakin nyaring dalam mendorong transformasi energi yang lebih adil, berkelanjutan, dan inklusif.

[TOS]



Berita Lainnya