Kaltim
Perempuan di Sekitar Tambang Kaltim Belajar Suarakan Keresahan Energi lewat Medsos dan Kepemimpinan
SAMARINDA, Kaltimtoday.co - Puluhan perempuan dari berbagai desa di sekitar tambang batu bara di Kalimantan Timur mengikuti pelatihan kepemimpinan dan penggunaan media sosial untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap dampak sektor energi, Senin (2/6/2025), di Samarinda.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Yayasan Mitra Hijau sebagai bagian dari rangkaian program Forum Dialog Perempuan untuk Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur, yang dibentuk pada April 2025. Forum ini diharapkan dapat mengakomodasi suara perempuan dalam forum transformasi ekonomi hijau yang kini tengah digagas pemerintah.
“Perempuan adalah yang paling merasakan dampak dari kerusakan lingkungan. Air tercemar, udara kotor, lahan rusak—semua itu langsung dirasakan karena perempuan yang banyak mengurus kebutuhan dasar rumah tangga,” ujar Fardilla Astari, Communication Strategist Yayasan Mitra Hijau.
Fardilla menambahkan, meski terdampak langsung, perempuan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Karena itu, pihaknya memfasilitasi pelatihan agar perempuan lebih percaya diri berbicara di ruang publik dan aktif menggunakan media sosial.
“Media sosial bisa jadi alat dakwah, edukasi, dan inspirasi. Suara ibu-ibu penting didengar, dan bisa dimulai dari rumah lewat konten-konten sederhana,” jelas Fardilla.
Dalam sesi pelatihan, para peserta juga praktik langsung membuat konten media sosial bertema energi. Mereka diajarkan teknik dasar storytelling digital, serta strategi membangun narasi yang kuat dan menggugah.
Akademisi Universitas Mulawarman, Nurliah, yang turut hadir sebagai pemateri, menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan komunitas di wilayah tambang.
“Perempuan bisa menjadi agen perubahan dalam memastikan manfaat ekonomi dari tambang benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar,” ujarnya.
Senada, Yayuk Anggraini—juga dari Universitas Mulawarman—mengungkapkan tantangan besar bagi perempuan dalam memimpin, utamanya karena stereotip gender.
“Perempuan seringkali dianggap kurang tegas atau tidak kompeten. Padahal, mereka unggul dalam etika, kolaborasi, dan ketahanan menghadapi krisis,” jelas Yayuk.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Transisi Energi yang Berkeadilan (IKI-JET) yang didukung oleh Inisiatif Iklim Internasional dari Kementerian Federal Jerman (BMWK) dan Uni Eropa melalui GIZ. Yayasan Mitra Hijau berharap suara perempuan bisa semakin nyaring dalam mendorong transformasi energi yang lebih adil, berkelanjutan, dan inklusif.
[TOS]
Related Posts
- Andi Harun Minta Maaf soal Banjir Samarinda, Sebut Curah yang Lebih Tinggi dari Biasanya
- Masa Relaksasi Parkir Dua Sisi di Jalan Abul Hasan Berakhir, Dishub Samarinda Kembali Terapkan Sistem Satu Arah
- Diduga Tipu IRT Soal Aset Agunan, Empat Pegawai Bank Mandiri Disomasi, Terancam Dipolisikan
- 9 Parpol di DPRD Kaltim Bakal Terima Bantuan Keuangan Rp2,4 Miliar dari APBD Perubahan 2025
- Sawit Indonesia Berkelanjutan Dimulai dari Kaltim: Solidaridad, GAPKI, dan Serikat Pekerja Jadikan Paser dan Kutai Timur Pilot Project Nasional Praktik Kerja Layak









