Nasional
Ramai Wabah Virus Babi di Papua, Apa Itu 'African Swine Fever' atau Demam Babi Afrika?
Kaltimtoday.co - Belakangan ini terjadi peningkatan angka kematian dari ternak babi terhitung dari 6 Februari sampai 5 April 2024. Hal ini disampaikan langsung di laman web resmi Pemerintah Provinsi Papua yang di mana tercatat angka kematian ternak mencapai 156 ekor di Kampung Noloka dan Ayapo Jayapura yang ditandai dengan gejala wabah virus ASF.
Demi mencegah penyebaran wabah tersebut, Pemerintah Provinsi Papua pada (06/06/2024) mengambil tindakan dengan menetapkan status keadaan darurat wabah penyakit African Swine Fever (ASF) lewat surat keputusan Gubernur Papua Nomor: 188.4/143 Tahun 2024 yang berlaku hingga enam bulan sejak ditetapkan pada (16/04/2024).
Lantas, apa itu African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika?
Apa itu African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika?
Dilansir dari Dinas Perikanan dan Peternakan Pemerintah Banyumas, African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika adalah sebuah penyakit menular dengan angka kematian yang tinggi yang menginfeksi babi domestik serta liar. Virus penyebabnya berasal dari African Swine Fever Virus (ASFV) dari famili Asfaviridae dan genus Asfivirus, yang di mana virus ini menyerang babi segala usia.
ASF pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tahun 2019, diumumkan secara resmi melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 820/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang Kebijakan Terkait Wabah Demam Babi Afrika di Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Virus ASF tidak menular terhadap manusia sehingga bukan ancaman bagi kesehatan manusia.
Meskipun mengkonsumsi babi yang terinfeksi ASF, manusia tidak ikut terinfeksi karena virus ini menginfeksi sesama ternak babi melalui kontak langsung dengan babi yang sakit maupun tidak langsung seperti lewat peralatan, pakan, dan minuman. Namun tetap perlu diketahui bahwa virus ini dapat memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan khususnya bagi para peternak karena belum adanya vaksin atau pengobatan yang efektif terhadap penyakit tersebut.
Virus ASF memiliki masa inkubasi antara 3 hingga 15 hari. Dalam masa tersebut hewan ternak dapat terserang penyakit dalam bentuk perakut (mati mendadak tanpa gejala), akut (demam, nafsu makan menurun dan lemas), hingga subakut dan kronis (virus dengan gejala lebih ringan dan berlangsung dalam periode waktu yang lebih lama, disertai gejala turunnya berat badan, demam naik turun, gangguan pernafasan, luka di kulit, serta radang sendi).
Upaya Pemerintah Dalam Mencegah dan Mengendalikan Wabah ASF
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi wabah ASF ini di antaranya dengan:
- Larangan lalu lintas ternak babi mulai dari produk dan olahannya dari Jayapura dan daerah yang tertular wabah ASF
- Melakukan depopulasi di daerah wabah
- Mengadakan sosialisasi terhadap bahaya wabah ASF
- Meningkatkan desinfeksi peternakan babi
- Membuat pemetaan sentra-sentra dari peternakan babi
- Menghimbau para peternak untuk memberikan pakan swill feeding yang dimasak sempurna
- Melakukan sidak terhadap tempat pemotongan babi dan restoran dengan sajian olahan daging/babi
- Menghimbau masyarakat untuk segera melaporkan kejadian hewan ternak yang mati mendadak
- Terus melakukan pemantauan serta pengamatan langsung ke lapangan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- WHO Deteksi Virus Polio di Sampel Air Limbah Gaza, Warga Berisiko Alami Kelumpuhan
- Belum Ada Obatnya! 100 Orang Terinfeksi Virus West Nile di Israel: Ini Gejala dan Dampak
- Koalisi Masyarakat Sipil: Sekarang Semakin Sulit Mendapat Hak Dasar di Indonesia
- Miris! Ini 5 Fakta di Balik Polemik “All Eyes On Papua”, Ada Apa?
- Polemik Baru! Ini Arti Slogan “All Eyes On Papua” yang Viral di Media Sosial