Advertorial

Rawat Koleksi Seadanya, Museum Kayu Kukar Bertahan di Tengah Keterbatasan Anggaran

M Jaini Rasyid — Kaltim Today 10 Mei 2025 14:45
Rawat Koleksi Seadanya, Museum Kayu Kukar Bertahan di Tengah Keterbatasan Anggaran
Koleksi di Museum Kayu Tenggarong. (Jen/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Di balik tampilan tenangnya, Museum Kayu Kukar menyimpan cerita tentang perjuangan merawat koleksi tanpa sokongan anggaran memadai. 

Museum yang berdiri sejak 1994 ini dijaga eksistensinya oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) sebagai ruang edukasi tentang ragam kayu khas Kalimantan meski sebagian koleksinya mulai rapuh dimakan usia dan rayap.

Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman Disdikbud Kukar, M. Saidar atau akrab disapa Deri, menjelaskan banyak koleksi kayu di museum ini yang belum pernah diganti sejak pertama kali ditata.

“Kalau jenisnya ulin mungkin masih tahan, tapi beberapa jenis kayu lain sudah mulai rapuh. Apalagi sejak berdiri belum ada pergantian bahan,” jelasnya.

Seiring waktu, perawatan dilakukan seadanya. Salah satu metode yang digunakan adalah perendaman kayu dengan air tembakau yang dicampur pelepah pisang kering, cara murah tapi cukup efektif untuk memperlambat kerusakan.

“Anggaran khusus untuk perawatan sudah nggak ada sekitar empat tahun terakhir,” jelas Deri.

Sementara itu, Koordinator Museum Kayu, Sophian Hadi menjelaskan koleksi museum kayu banyak berasal dari wilayah hulu Kalimantan. 

Di masa awal, museum ini sempat bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman untuk identifikasi jenis-jenis kayu. Beberapa kayu diketahui berasal dari Kebun Raya Samarinda atau Bukit Suharto, namun tidak semua memiliki dokumentasi lengkap tentang asal-usulnya.

Meski koleksinya tak dianggap sakral seperti di Museum Mulawarman, perawatan tetap dilakukan secara rutin. Bahkan untuk koleksi dua buaya yang dipajang di halaman museum, perawatannya butuh keahlian khusus.

“Buaya itu harus dicek oleh tim dokter hewan. Tapi karena keterbatasan anggaran, sejauh ini belum ada perawatan secara menyeluruh,” ujarnya.

Untuk kebersihan, staf museum yang berjumlah 3–4 orang melakukan pembersihan harian secara manual, tanpa bahan kimia.

Selain itu, pengunjung juga cukup ramai, terutama setelah Lebaran atau saat akhir pekan. Dalam sebulan, terdapat 100–200 pengunjung.

“Kalau akhir pekan, banyak yang minta dipandu meskipun sudah ada papan informasi. Mungkin lebih enak dengar langsung ceritanya,” kata Sophian.

Meski serba terbatas, warisan kayu Nusantara tetap terjaga setiap tahunnya bagi pengunjung yang ingin melihat langsung. 

Museum Kayu buka hampir setiap hari, dari pukul 09.00 hingga 16.00 di hari biasa, dan sampai pukul 17.00 saat akhir pekan. Tiket masuknya pun terjangkau Rp10 ribu untuk dewasa dan Rp5 ribu untuk anak-anak.

[RWT | ADV DISKOMINFO KUKAR]



Berita Lainnya