Daerah

Belasan Warga Kukar Dilaporkan Alami Kekerasan Usai Datangi Mako Brimob

Supri Yadha — Kaltim Today 21 Juli 2025 18:49
Belasan Warga Kukar Dilaporkan Alami Kekerasan Usai Datangi Mako Brimob
Korban yang mengalami kekerasan oknum Brimob di SPN Jonggon. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Kutai Kartanegara (Kukar) sempat dihebohkan dengan insiden kekerasan yang melibatkan aparat Brimob dengan sejumlah warga di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong.

Dalam dua hari berturut-turut, Kamis (17/7/2025) dan Jumat (18/7/2025), setidaknya 18 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat dugaan pemukulan saat hendak meminta klarifikasi atas insiden sebelumnya.

Kejadian bermula dari kesalahpahaman antara Puji Friayadi, pengepul pisang asal Desa Jonggon, Kecamatan Loa Kulu, dengan sejumlah personel Mako Brimob II. Saat melintasi jalan umum di depan markas, Puji mendapati sebuah balok kayu besar terpasang di tengah jalan dan berinisiatif menyingkirkannya. Namun, tindakan itu justru memicu cekcok dengan anggota yang berjaga hingga berujung kekerasan fisik.

“Saya sempat pingsan. Pas sadar, badan saya sudah bersih, baju saya diganti. Saya pulang ke Samarinda dalam keadaan luka dan pusing. Saya harap ada keadilan,” kata Puji.

Merespons kabar penganiayaan tersebut, Ketua RT 10 Jonggon Desa, Rohyadi, bersama sejumlah warga dan tokoh masyarakat mendatangi Mako Brimob keesokan harinya untuk mencari penjelasan dan menghindari kesalahpahaman.

“Kami sudah dengar cerita dari Mas Puji. Sekarang ingin dengar dari pihak Brimob agar tidak sepihak,” terang Rohyadi.

Rombongan datang secara bertahap. Rohyadi yang tiba lebih dulu bersama anak-anaknya diarahkan parkir jauh dari gerbang. Menyusul kemudian Ketua RT 7 Saparianto dan RT 8 Catur yang sempat berbincang secara baik dengan personel Brimob di depan pos.

Namun situasi berubah, ketika Ketua RT 16 Wijayanto datang dengan kondisi kendaraan ‘sedikit laju’ lantaran belum sampai digerbang masuk. Rohyadi sempat melambaikan tangan ke arah kendaraan Wijayanto, namun dia tidak melihat sehingga terus berjalan. 

Saat itu, beberapa anggota Brimob berteriak dan mengerumuni, tiba-tiba sejumlah anggota melayangkan pukulan, meski Wijayanto belum sempat keluar dari mobil.

“Setelah kejadian ini saya mengamankan anak saya ke daerah SPN karena mereka melihat takut trauma. Setelah mereda saya kembali ke lokasi, ternyata belasan warga lain datang dan juga mengalami kekerasan sebelum sempat masuk ke area Mako,” lanjutnya.

Lantaran keributan belasan warga yang terdiri dari tokoh adat, anggota BPD, dan warga biasa bersama aparat itu belum berhenti. Rohyadi pun memutuskan untuk pergi mencari aman. Malam pun datang, Rohyadi mendapat informasi bahwa banyak warga, sekitar 18 hingga 19 orang mengalami kekerasan dan mesti dibawa ke rumah sakit lantaran luka berat.

“Saat malam, saya dapat kabar sekitar 18–19 orang terluka. Banyak yang nggak ke rumah sakit karena terkendala biaya karena tidak ditanggung BPJS. Kalau difasilitasi, saya yakin lebih banyak yang dirawat,” ujarnya.

Laporan pun dilayangkan ke Polres Kukar oleh perwakilan warga. Mereka menuntut keadilan atas tindakan aparat yang dinilai berlebihan. Empat hari berselang, Komandan Pasukan Brimob II, Brigjen Pol Arif Budiman, akhirnya angkat bicara.

Brigjen Arif mengakui bahwa insiden benar terjadi dan berawal dari upaya anggota memasang balok kayu sebagai pengaman jalan karena seringnya pengendara melintas dengan kecepatan tinggi.

“Selama ini warga yang melintas di depan markas sering memacu kendaraan terlalu cepat. Karena belum ada rambu atau polisi tidur, anggota berinisiatif memasang balok kayu agar kendaraan melambat,” jelasnya, Minggu (20/7/2025).

Ia juga menyebut bahwa kehadiran warga yang datang mendadak tanpa pemberitahuan memicu kepanikan anggota. Apalagi saat itu mereka sedang berolahraga. 

“Warga tiba-tiba datang dan langsung masuk ke lingkungan markas. Ini mengejutkan dan memicu respons spontan dari anggota,” sebutnya.

Ia mengaku bahwa situasi ikut memanas sebelumnya, setelah beredarnya rekaman pesan suara di media sosial yang berisi ajakan mendatangi markas Brimob. Hal ini disayangkan Brigjen Arif, lantaran berisikan pesan yang sangat provokatif.

“Pesannya berisi ‘ayo rame-rame ke SPN Brimob’. Tapi justru yang menyebarkan pesan itu tidak datang. Yang datang malah warga lain dalam keadaan emosi,” tandasnya.

[SUP | RWT]



Berita Lainnya