Advertorial
Rawat Sungai Karang Mumus selama 8 Tahun, Misman Masuk Nominasi Penghargaan Kalpataru 2023
Kaltimtoday.co, Samarinda - Misman masuk nominasi di ajang Penghargaan Kalpataru 2023. Nominasi ini diraih Misman karena memimpin Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) sejak delapan tahun silam.
Misman masuk nominasi dalam kategori Perintis Lingkungan. Tiga kategori lainnya adalah Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan, dan Pembina Lingkungan.
Kalpataru sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yang dengan arti Kalpavriksha yang berarti pohon kehidupan. Sehingga penghargaan Kalpataru merupakan salah satu bentuk apresiasi tertinggi yang diberikan oleh pemerintah kepada individu atau kelompok masyarakat yang berjasa dalam melindungi dan menyelamatkan lingkungan hidup.
Berkat jasanya tersebut, Pemkot Samarinda melalui Dinas lingkungan Hidup (DLH) mengajukan Misman sebagai nominator penghargaan Kalpataru 2023.
Misman pun mendapatkan kunjungan dari Penyuluh Lingkungan Hidup dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Saat itu, Misman berpenampilan sederhana seperti biasanya, menggunakan baju kaos polo ditutupi oleh jaket parasut hitam, topi dan juga sebuah tas ransel.
Perwakilan KLHK datang ke Posko Pungut Sampah GMSS-SKM yang berlokasi di Jalan Abdul Muthalib, baru-baru ini.
Tampak hadir jajaran Pemkot Samarinda, DPRD Samarinda dan perwakilan mahasiswa pecinta alam.
Kunjungan KLHK kali ini dalam rangka validasi akhir di lapangan untuk melengkapi data dan informasi terkait kegiatan dan penajaman analisa jenis kegiatan, lokasi, dan dampak kegiatan nominator.
Validasi berlangsung dengan cara menyusuri Sungai Karang Mumus menuju Sekolah Sungai yang ia bangun di Muang Ilir, Lempake, Samarinda Utara.
Susur sungai tersebut menggunakan speed boat yang disediakan oleh DLH Samarinda.
Perjalanan berlangsung hingga satu jam lamanya. Saat menyusuri sungai, terlihat dari kapal yang berbeda yang ditumpangi oleh Perwakilan KLHK yakni Emi Mardiati sebagai verifikator dan juga Penyuluh Lingkungan Hidup dari KLHK dan juga Misman berjalan pelan sembari melihat keseluruhan kondisi Sungai Karang Mumus.
Sesampainya di titik, tampak sejumlah murid siswa SDN 02 Sungai Pinang dan juga pelajar SMPN 10 Samarinda hadir menyambut.
Sekolah sungai lebih terlihat sederhana dari sekolah pada umumnya. Sekolah ini dihiasi oleh beberapa banner edukasi terkait lingkungan, namun suasanya sangat asri dan para siswa yang hadir sangat antusias berada di sekolah tersebut.
Para pecinta lingkungan dari kalangan mahasiswa turut bergembira sembari memberikan edukasi kepada para pelajar tersebut. Terlempar beberapa tanya jawab terkait lingkungan dan juga hal lainnya.
Menurut Emi, sangat luar biasa lantaran ide sekolah tersebut berasal dari seorang Misman, yang sudah konsisten delapan tahun bergelut di bidang lingkungan.
"Saya sudah beberapa kali mengunjungi Samarinda dan Balikpapan untuk wilayah Kaltim, sungai di Samarinda ini kan cukup padat ya karena kondisinya memang dikelilingi oleh pemukiman. Beda dengan dahulu, sangat banyak sampah bahkan tidak bisa dilewati, namun saat selesai susur sungai tadi Alhamdulillah, sungai bersih walaupun mungkin masih ada beberapa sedikit sampah yang masih terlihat dan itu idenya tercetus dari Pak Misman," ucapnya.
Ia pun menjelaskan terdapat beberapa indikator yang akan ditentukan oleh para Dewan di pemerintahan pusat untuk menentukan pemenang Kalpataru 2023.
"Apa yang dilakukan oleh Pak Misman nantinya akan dicek seperti dampak lingkungannya, ekonominya dan sosial budayanya. Nanti itu dicek keseluruhan oleh para dewan yang terdiri dari beberapa profesor dan juga para ahli lingkungan," paparnya.
Emi pun mengatakan bahwa pengusulan Misman sebagai nominator Kalpataru 2023 sudah sesuai.
"Alhamdulillah, hasil validasinya sudah sesuai dengan yang diusulkan oleh pihak Pemkot, tinggal nanti dewan yang menentukan hasilnya," jelasnya.
Misman tidak berharap untuk memenangkan penghargaan tersebut, ia hanya fokus bagaimana menjadi sosok aktivis lingkungan yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas.
Baginya yang sudah menjalani kegiatan aktivis lingkungan selama delapan tahun, menang atau tidaknya penghargaan tersebut tidak menjadi prioritasnya melainkan ia menjalaninya sebagai bentuk kepeduliannya terhadap SKM.
"Dapat gak dapat penghargaan itu saya gak terlalu mikir. Kenapa saya konsisten membersihkan SKM, karena memang SKM ini kan sumber air masyarakat kita di Samarinda. Selain itu, jika dalam sisi agama, jika Islam meyakini surga itu mengalir air dibawahnya, Kota Samarinda itu mengalir sungai di tengahnya, itu surga. Namun masyarakat kita yang tidak bertanggung jawab membuat sungai itu menjadi neraka. Kenapa? Karena segala macam produk sampah itu ada di Sungai, dan itu posisi di 8 tahun yang silam. Namun sekarang sudah tidak seperti itu lagi," ucap Misman.
Ditanya perihal sekolah sungai yang ia bangun, ia mengakui Sekolah tersebut sebagai sebuah wadah untuk masyarakat yang ingin mengetahui edukasi terkait Lingkungan.
Hingga saat ini sangat jarang ada bantuan dari Pemerintah terkait Sekolah Sungai tersebut secara resmi lantaran prosesnya yang ribet.
"Jika dari Pemerintah secara resmi tidak ada, karena ribet ya harus ada alokasi anggaran, jika tidak ada maka Pemerintah nanti akan menyalahi aturan. Namun dari teman kita beberapa yang sebagai Pejabat Pemerintahan ada. Entah itu buat seng, buat kayu dan lain-lain. Selain itu sumbangan dari Pengusaha dan juga anggota komunitas kita ada juga," ucapnya pria yang sebelumnya berprofesi menggeluti bidang pertelevisian yaitu TVRI sebagai penyusun naskah telenovela di TVRI.
Pria kelahiran 1959 ini berpesan jika membangun alam ini jangan hanya untuk kepentingan manusia, tapi pikirkan juga hidup makluk lainnya yang berhak hidup di dunia ini, jadi kita harus berbagi.
"Jangan mengambil yang bukan seharusnya," tegas pria kelahiran Samarinda.
Pria yang mengakui tidak memiliki gelar Sarjana apapun ini pernah mendirikan sebuah tabloid bernama Warta Harmoni pada tahun 2000. Ia pun memiliki sertifikasi dewan pers sebagai Wartawan Madya pada tahun 2012 dan cukup aktif di organisasi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kaltim.
Jalannya sebagai aktivitas SKM juga tidak mulus. Ia mengakui pernah dicemooh oleh masyarakat sebagai orang "tidak waras" lantaran dianggap sering pamer dan cari perhatian dengan melakukan hal tersebut.
Bahkan beberapa penghargaan telah ia raih juga sebelumnya seperti pada tahun 2016 silam, Walikota Samarinda memberikan penghargaan untuk dirinya sebagai penggiat Lingkungan yang Literat.
Kemudian pada tahun 2017, ia bersama GMSS-SKM meraih penghargaan Komunitas Peduli Sungai Kaltim dari gubernur. Ditahun yang sama ia meraih juara III nasional Lomba Komunitas Peduli Sungai Indonesia.
Pada tahun 2018, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memberikan ia penghargaan peringkat ke-2 nasional sebagai Komunitas Peduli Sungai Indonesia.
"Saya hidup untuk mendedikasikan hidup saya untuk menjaga SKM. Tidak perlu hitung-hitungan atau mungkin berharap gaji. Menjaga sungai bisa melibatkan siapa saja dan sangat banyak caranya. Bisa dengan cara menanam pohon ataupun memungut sampah. Kalau SKM rusak, yang rugi seluruh masyarakat di Kota Samarinda," tutupnya.
[RWT | ADV DISKOMINFO KALTIM]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- KLHK Tetapkan 2 Tersangka Penambangan Batu Bara Ilegal di Loa Janan Kukar
- Salurkan Dana Kompensasi Emisi Karbon ke OPD Terkait dan 7 Kabupaten di Kaltim, Isran Noor: Tinggal Aksi di Lapangan
- Ambisi Rebut Penghargaan Adipura, DLHK Kukar Harap OPD Bisa Lakukan Intervensi Bersama
- Selain Kaltim, Penerima Manfaat dari Emisi Karbon juga Diperuntukkan Bagi Pemkot, Pemkab, dan Pusat
- Kaltim Bakal Terima Kompensasi Dana Karbon Sebesar Rp 69 Miliar