Nasional
Respons Cuitan SBY Soal Bertemu Megawati, Puan: Pada Waktunya Semua Bisa Berkumpul
Kaltimtoday co - Ketua Tim Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus Ketua DPR RI Puan Maharani merespons cuitan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaku bermimpi bertemu dengan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri yang juga merupakan Ketua Umum PDIP. Puan menyatakan selalu ada harapan untuk itu.
Menurut Puan, pertemuan Megawati dan SBY mungkin saja terjadi. Dia bahkan berharap suatu hari mimpi SBY bisa menjadi kenyataaan.
“Tidak ada kata tidak, semua itu masih ada harapan. Jadi jangan pernah putus asa, semuanya masih ada harapan dan kita tentu saja berharap pada waktunya semuanya bisa berkumpul,” kata Puan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (20/6/2024).
Seperti diketahui, SBY bercuit soal mimpinya yang bertemu dengan Megawati dan Presiden Joko Widodo. Cerita itu disampaikan SBY lewat akun Twitternya, @SBYudhoyono.
Dalam cuitannya, SBY mengaku memimpikan Jokowi yang datang ke rumahnya di Cikeas. SBY dan Jokowi lalu menjemput Megawati di kediamannya dan kemudian bersama-sama berangkat ke Stasiun Gambir.
Dalam lanjutan mimpi tersebut, ketiganya sudah ditunggu Presiden ke-8 RI di Stasiun Gambir. Lalu sang presiden yang akan dipilih di 2024 berbincang-bincang dengan mereka sebelum akhirnya memberikan tiket kereta api untuk Megawati, SBY, dan Jokowi. Ketiganya dibelikan karcis kereta api Gajayana yang memiliki rute arah ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Selanjutnya, ketiga tokoh negara itu disebut naik kereta api bersama sambil menyapa rakyat sepanjang jalan. Namun ketiganya berpisah ke tempat tujuan masing-masing. SBY dalam mimpinya turun di Stasiun Solo, Jawa Tengah, bersama Jokowi di mana sang Presiden ke-7 RI pulang ke rumahnya dan SBY melanjutkan perjalanan dengan bus menuju kampung halamannya di Blitar, Jawa Timur.
Sementara itu, Megawati disebut terus menumpang kereta api menuju Blitar, Jawa Timur, untuk berziarah ke makan ayahnya, Presiden pertama RI Sukarno atau Bung Karno.
Saat diminta wartawan untuk menafsirkan mimpi SBY, Puan mengatakan bisa jadi mimpi tersebut adalah suatu pertanda perlunya semua tokoh bersatu demi membangun bangsa dan negara secara bersama-sama.
“Adem ayem, bukan merasa yang satu tidak diperhatikan, yang satu diperhatikan,” tambah perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Puan pun berharap semua tokoh dapat membantu menciptakan harmoni bagi Indonesia. Hal tersebut dinilai akan sangat baik, apalagi dilakukan oleh tokoh-tokoh senior bangsa yang sudah memiliki pengalaman sangat teruji.
“Saya juga tentu saja berharap situasi adem ayem dibangun semua pemimpin yang pernah berjasa pada bangsa dan negara, kepada masyarakat Indonesia kita, sehingga yang muda muda pun merasa adem ayem,” tutur Puan.
Puan sendiri baru saja bertemu dengan putra sulung SBY yang juga merupakan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pertemuan tersebut digelar di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan pada Minggu (18/6) dengan suasana santai yang penuh keakraban dan hangat. Keduanya bertemu dalam rangka menjalin komunikasi terkait Pemilu 2024.
Pada pertemuan itu, Puan dan AHY sempat berbicara empat mata. Menurut Puan, ia dan AHY berbincang sudah seperti saudara yang hampir dua dekade tidak bertemu.
"Walaupun sama-sama sebagai pimpinan partai, tapi obrolan tadi sudah seperti obrolan kakak dengan adiknya," ungkap Ketua DPP PDIP itu usai bertemu AHY.
"Kita sama-sama memahami bahwa dalam membangun bangsa dan negara bukan soal politik praktis saja, tapi juga ada aspek pra dan pascanya seperti apa. Apalagi dunia politik yang sangat dinamis ini sangat membutuhkan komunikasi yang intens dan terus menerus," lanjut Puan.
Cucu Bung Karno ini pun menilai perlunya dilakukan pertemuan rutin antara PDIP dan Demokrat sebagai langkah komunikasi. Menurut Puan, langkah tersebut diperlukan untuk menyamakan satu pandangan politik.
"Silaturahmi tetap dilaksanakan serta demokrasi ini harus bisa membawa kesejukan, adem ayem dan gembira bagi seluruh rakyat Indonesia," jelasnya.
Di sisi lain, Puan juga menyinggung soal peluang tokoh Demokrat untuk mendampingi bakal Capres dari PDIP, Ganjar Pranowo, dalam Pilpres 2024. Ia beberapa kali mengungkap nama AHY menjadi salah satu kandidat cawapres pendamping Ganjar yang masuk dalam radar PDIP.
Puan mengatakan, saat ini PDIP masih menampung usulan dari partai-partai koalisi terkait nama yang akan dipasangkan dengan Ganjar Pranowo.
"Usulan tersebut akan kami tampung nama-nama yang waktu itu saya sebutkan, salah satunya Cawapresnya Mas AHY dari Partai Demokrat," sebut Puan.
"Jadi kami akan ikuti perkembangannya bagaimana ke depannya siapa yang kemudian cocok dengan PDIP siapa yang cocok sama Bacapresnya PDIP Mas Ganjar Pranowo, tentu saja harus ada kesamaan visi dan misi," sambungya.
Sementara itu menurut AHY, pertemuannya dengan Puan menjadi sarana untuk berbagi ide dan gagasan dalam membangun bangsa. Ia juga menyatakan tak mau melihat masa lalu hubungan PDIP dengan Demokrat, dan ingin berfokus pada masa depan.
AHY menekankan rekonsiliasi kedua partai kali ini untuk menyatukan pandangan politik. Apalagi PDIP dan Demokrat sama-sama punya pengalaman sebagai partai penguasa dan partai oposisi di Pemerintahan.
“Dalam kurun waktu 2 dekade terakhir sering kali diangggap komunikasi 2 partai belum sebaik yang diharapkan. Walaupun belum selalu bersikap yang sama, tapi tapi rekonsiliasi ini buat masa depan bangsa,” urai AHY.
“Masa depan adalah milik kita generasi muda. Kami pun demikian, saya pun yang termasuk ingin terus memberikan manfaat dan juga peran dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara,” tambah AHY yang berharap silaturahmi antara PDIP dan Demokrat dapat terus berjalan.
[RWT]
Related Posts
- Megawati Ajak Puan Bertukar Posisi Jadi Ketum PDIP, Begini Responsnya
- Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Ini Artinya
- 2.086 Hektare Lahan IKN Bermasalah, AHY Sebut Presiden Minta Penyelesaian Humanis
- Novita Bulan Siap Maju Pilkada Mahulu 2024, Siap Dorong Akselerasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat
- Kapan MK Umumkan Hasil Putusan Sengketa Pilpres 2024?