Kukar
Seraong, Topi Khas Kutai yang Harus Dilestarikan
Kaltimtoday.co, Tenggarong - Sebagian masyarakat mungkin mengenal pelindung kepala petani dengan sebutan caping ataupun tudung. Kedua sebutan tersebut mungkin sudah familiar di telinga masyarakat Kutai Kartanegara.
Lantas bagaimana dengan seraong. Ya, seraong merupakan pelindung kepala khas Kutai yang hingga kini masih diminati masyarakat Kukar. Selain itu, mayoritas pengrajin seraong adalah ibu-ibu rumah tangga di Kampong Seraong, Desa Jembayan Tengah, Kecamatan Loa Kulu, Kukar.
Salah satu pengerajin, Arsima mengatakan, bahan baku seraong Kutai berbeda dengan caping, tudung ataupun seraong dayak, sebab tidak menggunakan bahan baku seperti bambu, daun selingsing ataupun daun biru tetapi mengunakan daun bengkuang.
"Kelebihan daun bengkuang itu lebih kuat dan tahan lama sekitar 1 hingga 2 tahun, tetapi tergantung perawatannya," ujar Arsima.
View this post on Instagram
Pemasarannya juga masih bagus di pasaran, hal itu berdasarkan pada beberapa orang yang memesan hingga puluhan seraong di sini. Arsima menjelaskan, pernah menolak beberapa pesanan akibat tidak mampu membuat seraong dengan jumlah yang banyak dan waktunya terbatas. Sebab, karena kekurangan orang untuk membuat.
Jika ada festival yang dilaksanakan pemerintah, pihaknya selalu dapat orderan sebanyak kurang lebih 100 seraong. Selain digunakan untuk petani, bisa juga dipajang di panggung atau di rumah.
"Harganya cukup terjangkau yakni antara 25-30 ribu per biji, tergantung besar dan kecilnya Seraong itu," ujarnya.
Selain itu, kendala sekarang ini, generasi muda kurang berminat dalam melestarikan dan membuat seraong, karena pengrajin hanya 6 atau 7 ibu rumah tangga.
"Semoga kedepannya ada pelatihan khusus pembuatan seraong untuk generasi muda agar terus dilestarikan," pungkas Arsima.
[SUP | RWT | ADV DISKOMINFO]