Opini

Tidurlah Kaltim: Bersiap untuk Awal Baru yang Lebih Baik

Kaltim Today
04 Januari 2025 15:31
Tidurlah Kaltim: Bersiap untuk Awal Baru yang Lebih Baik
Penulis, Eko Ernada.

Oleh: Eko Ernada (Pengamat Sosial-Politik, Anggota BPJI-PBNU dan Ketua RCE East Kalimantan)

Memasuki tahun baru, banyak dari kita yang terjebak dalam euforia untuk meraih target-target baru, mengejar pencapaian yang lebih besar, dan memperbaiki apa yang sudah ada. Namun, di tengah semangat tersebut, ada satu hal yang sering kita lupakan: pentingnya beristirahat. Tidur, yang sering dianggap sebagai aktivitas yang kurang produktif, sesungguhnya memiliki makna yang lebih dalam, baik dalam kehidupan pribadi kita maupun dalam pembangunan sebuah daerah. Di Kalimantan Timur (Kaltim), tahun ini menyimpan harapan besar, terutama dengan kemungkinan hadirnya pemimpin baru yang akan membawa Kaltim menuju masa depan yang lebih sejahtera.

Sebagai provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan peluang, Kaltim sedang berdiri di persimpangan penting dalam sejarahnya. Pembangunan yang pesat dan perubahan yang terus menerus membutuhkan energi yang tak terbatas. Namun, apakah kita sudah memberi cukup waktu untuk refleksi dan pemulihan? Sebagaimana kita mengisi ulang energi tubuh dengan tidur, Kaltim juga membutuhkan waktu untuk mereset, untuk memikirkan kembali arah pembangunan yang akan diambil.

Dalam tulisan Belajar Merunduk oleh Yudi Latif, terdapat sebuah gagasan yang menarik, yaitu bahwa tidur bisa menjadi "prestasi". Tidur bukan berarti berdiam diri tanpa tujuan, tetapi sebuah cara untuk menjaga keseimbangan, menjaga tubuh dan pikiran agar tetap sehat dan produktif. Sama halnya dengan pembangunan Kaltim, tidur dalam konteks ini bukanlah tanda kemunduran, tetapi kesempatan untuk berhenti sejenak, merenung, dan merencanakan langkah-langkah besar selanjutnya. Tidak ada yang lebih penting dalam sebuah perubahan selain kesiapan untuk memulai lagi dengan cara yang lebih bijaksana, dengan energi baru yang lebih segar.

Pemimpin baru yang akan memimpin Kaltim perlu menyadari pentingnya memberi ruang untuk istirahat dan refleksi. Dalam menghadapi tantangan pembangunan, tidak semuanya bisa diselesaikan dengan berlari tanpa henti. Terkadang, langkah terbaik adalah dengan berhenti, beristirahat, dan merancang strategi yang lebih matang. Begitu pula dengan masyarakat Kaltim—agar bisa terus berkembang, kita juga harus memberi ruang bagi diri kita untuk berpikir, beristirahat, dan mengisi ulang semangat kita. Hanya dengan cara ini, Kaltim bisa bergerak maju dengan langkah yang lebih hati-hati dan berkelanjutan.

Selain itu, dalam ajaran Islam, tidur adalah salah satu bentuk rahmat Allah yang memberikesempatan bagi kita untuk pulih. Dalam Surah Al-Insyirah, Allah berfirman, "Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan." Ini mengingatkan kita bahwa setiap tantangan yang kita hadapi—baik secara pribadi maupun dalam pembangunan daerah—akan diikuti oleh kemudahan jika kita mampu memberi diri kita waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri. Kaltim, yang telah melalui banyak rintangan, juga akan menemukan kemudahan baru setelah melalui masa-masa refleksi dan perencanaan yang matang.

Tidur, dalam konteks ini, juga mengingatkan kita pada prinsip Stoikisme—sebuah filosofi hidup yang mengajarkan kita untuk menerima kenyataan dengan lapang dada dan menanggapi tantangan dengan ketenangan batin. Para filsuf Stoik, seperti Epictetus dan Marcus Aurelius, mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, tetapi kita bisa mengendalikan cara kita meresponsnya. Dalam menghadapi kesulitan, Stoikisme mengajarkan kita untuk tidak berlarut-larut dalam kekhawatiran atau kegelisahan, tetapi lebih kepada menerima situasi tersebut dengan sikap tenang dan bijaksana. Tidur, dalam hal ini, menjadi simbol dari penerimaan terhadap ketidaksempurnaan dan ketidakpastian yang ada. Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu menenangkan diri, meresapi segala tantangan yang ada, dan mempersiapkan diri dengan hati yang lebih lapang.

Pembangunan Kaltim yang sedang berlangsung juga membutuhkan perspektif Stoik ini. Tidak semua proses pembangunan berjalan mulus dan sesuai dengan harapan. Ada rintangan, ada tantangan, dan kadang-kadang ada kegagalan yang harus diterima dengan lapang dada. Namun, seperti ajaran Stoikisme, yang terpenting adalah bagaimana kita merespons setiap tantangan tersebut dengan ketenangan, kebijaksanaan, dan semangat untuk bangkit kembali. Tidur, sebagai simbol dari penerimaan, mengajarkan kita untuk tidak terlalu terbebani oleh kegagalan atau kesulitan, tetapi untuk melihatnya sebagai bagian dari perjalanan yang harus dilalui untuk mencapai kemudahan dan keberhasilan di masa depan.

Tahun baru adalah waktu yang tepat untuk memulai sesuatu yang baru, tetapi kita perlu ingat bahwa untuk memulai dengan benar, kita harus memberi ruang untuk tidur dan istirahat. Tidur dalam hal ini bukan berarti stagnasi, tetapi kesempatan untuk memulihkan diri. Pembangunan Kaltim juga membutuhkan waktu untuk berhenti sejenak, mengevaluasi pencapaian, dan merencanakan langkah-langkah besar dengan penuh kebijaksanaan. Jika kita terus-menerus bergerak tanpa memberi waktu untuk beristirahat dan refleksi, kita berisiko kehilangan arah dan tujuan.

Sebagai masyarakat, mari kita sambut tahun baru ini dengan optimisme dan kesadaran akan pentingnya keseimbangan. Kita tidak hanya harus terus berlari mengejar kemajuan, tetapi juga memberi diri kita kesempatan untuk beristirahat, merenung, dan menyusun kembali langkah-langkah kita. Dengan tidur yang cukup, kita bisa bangun lebih kuat, lebih segar, dan lebih siap untuk menyongsong masa depan. Begitu pula dengan Kaltim—dengan pemimpin baru dan visi yang baru, mari kita hadapi tahun ini dengan semangat baru, dengan kebijaksanaan yang lebih besar, dan dengan langkah yang lebih mantap menuju masa depan yang lebih baik.

Tidurlah, Kaltim, untuk menyongsong hari esok yang lebih gemilang. (*)



Berita Lainnya