Nasional

AJI Rayakan Ulang Tahun ke-30 dengan Fokus pada Resiliensi Media dan Tantangan Otoritarianisme

Kaltim Today
10 Agustus 2024 12:52
AJI Rayakan Ulang Tahun ke-30 dengan Fokus pada Resiliensi Media dan Tantangan Otoritarianisme
AJI merayakan ulang tahun yang ke-30 di Gedung Usmar Ismail, Jakarta, Jumat (9/8/24).

Kaltimtoday.co - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) merayakan ulang tahun ke-30 dengan tema "Membangun Resiliensi di Tengah Disrupsi Media dan Menguatnya Otoritarianisme" di Gedung Usmar Ismail, Jakarta, pada Jumat (9/8/24). Ketua AJI, Nani Afrida, menekankan pentingnya resiliensi dalam menghadapi dua tantangan besar saat ini, yaitu disrupsi media dan peningkatan otoritarianisme.

“Resiliensi ini artinya kemampuan umum menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan besar,” ujar Nani dalam sambutannya.

Menurut Nani, meningkatnya otoritarianisme tercermin dari tingginya angka kekerasan terhadap jurnalis, baik secara fisik, digital, maupun seksual, yang sering kali berakhir tanpa tindakan hukum.

“Tahun ini saja, terdapat 40 kasus kekerasan terhadap jurnalis dalam berbagai bentuk,” jelasnya.

Dalam ranah hukum, sejumlah rancangan undang-undang (RUU) seperti RUU Kepolisian menambah beban kerja jurnalis dengan pasal-pasal yang bersifat multitafsir, menyulitkan mereka untuk melaksanakan tugasnya. Di tengah kondisi ini, AJI yang memiliki cabang di 40 kota dengan 1.800 anggota, menghadapi disrupsi media yang mengakibatkan penutupan media, pemutusan hubungan kerja, dan sengketa antara pemilik media dan jurnalis.

Disrupsi media juga membawa dampak pada kode etik jurnalistik, dengan jurnalis seringkali diminta mencari iklan dan menerima gaji di bawah UMR. Fenomena ini mengakibatkan penurunan kualitas jurnalistik, sementara AI yang mudah diakses justru digunakan untuk menyebarkan informasi palsu.

“AJI tetap harus bertahan dan profesionalisme jurnalis juga membutuhkan resiliensi,” ujar Nani.

Nani juga mengungkapkan solidaritas untuk jurnalis yang terbunuh di Palestina, dengan lebih dari 100 jurnalis tewas sejak konflik dengan Israel dimulai.

Dalam pidato kebudayaan, ahli hukum Bivitri Susanti menekankan bahwa mempertahankan demokrasi adalah perjuangan panjang yang membutuhkan jaringan kuat. Jurnalis, aktivis, dan akademisi merupakan pilar-pilar penting dalam mendukung demokrasi, terutama di masa-masa sulit.

“Jurnalis memainkan peran penting dalam menyuarakan kritik di saat transparansi informasi minim,” ujarnya.

Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, menekankan tantangan baru yang dihadapi pers di era digital.

“Di era sekarang, jurnalistik harus bersaing dengan produk digital media sosial yang sering kali mengklaim sebagai kebenaran,” ujarnya.

Ia menambahkan, jurnalis tetap penting karena mereka memiliki kepekaan kritis yang tidak dimiliki influencer atau youtuber.

Selama perayaan ulang tahun AJI, juga diumumkan beberapa penghargaan. Podcast Bocor Alus Tempo menerima Udin Award karena keberaniannya dalam melaporkan isu-isu sensitif. SK Trimurti Award 2024 diberikan kepada Bunda Rully Mallay, Koordinator Waria Crisis Center Jogja, atas dedikasinya dalam advokasi kelompok minoritas gender. Tasrif Award diberikan kepada warga Rempang, Batam dan Hendrikus Woro, tokoh adat suku Awyu, Papua. Dian Amalia Ariani dari Suara Mahasiswa UI memenangkan Student Award untuk karyanya yang berjudul “Kami Yang Tak Sama, Juga Berhak Beragama”.

Dua penghargaan pers mahasiswa lainnya diberikan kepada Revina Annisa Fitri dari SKM Amanat UIN Walisongo dan Ahmad Arinal Haq dari Balairung UGM. AJI Jambi, AJI Banda Aceh, dan AJI Lhokseumawe juga meraih penghargaan sebagai juara favorit video.

Sekjen AJI Indonesia, Bayu Wardhana, menjelaskan bahwa perayaan ulang tahun ke-30 ini dilakukan di ruang publik sebagai simbol untuk merebut kembali ruang publik dari dominasi privat.

“Kami ingin publik memiliki ruang yang terbuka, bukan hanya menjadi ruang keluarga,” tegas Bayu.

Bayu menambahkan, ada yang spesial dalam malam resepsi AJI Indonesia kali ini. Di lokasi kegiatan, Pusat Perfilman H. Usman Ismail, juga didirikan pameran foto. Foto-foto ini adalah kurasi liputan mendalam dari 3 daerah; Kalimantan Timur, Maluku Utara, dan Jawa Barat, yang menangkap penderitaan warga akibat proyek ambisius pemerintahan Joko Widodo: Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pameran foto dari liputan mendalam di tiga derah, yaitu Kaltim, Maluku Utara, dan Jawa Barat. 

Pameran ini setidaknya, memamerkan 30 karya foto dari berbagai wilayah, dengan lima diantaranya merupakan hasil karya jurnalis AJI Samarinda yang berhasil menangkap realitas keras di lapangan. Di antaranya adalah karya Kartika Anwar dengan judul “Proyek IKN Dikebut, Warga Pemaluan Krisis Air Bersih”, yang menggambarkan betapa sulitnya akses air bersih bagi warga yang tinggal di sekitar proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru.

Dua karya lain dari Fitri Wahyuningsih, yakni “IKN Dikebut Debu Bikin Semaput” dan “Hancurnya Sungai Pemaluan Akibat Pembangunan IKN”, menggambarkan dampak ekologis yang menghancurkan lingkungan sekitar. Selain itu, karya Lutfi Rahmatunnisa, “IKN Gilas Tanaman Herbal Suku Balik” dan “Trobos Tanah Warga demi Ambisius Bandara VVIP IKN”, menunjukkan bagaimana proyek ambisius pemerintah ini meminggirkan masyarakat lokal dan mengabaikan hak-hak mereka.

“Foto ini berbeda dengan yang ada di media pada umumnya, yang katanya PSN memberi dampak positif dan sebagainya. Foto ini memperlihatkan sebaliknya, dilihat dari sisi masyarakat yang mengalami ketidakadilan. Ada sisi lain yang perlu dicermati, masyarakat tidak punya kuasa, mengalami ketidakadilan, entah tanah digusur, entah polusi debu, bahkan tidak punya lahan untuk pemakaman. Foto-foto ini justru menangkap kondisi yang ‘tidak tertangkap’ itu,’’ terang Bayu.

[RWT]

Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp



Berita Lainnya