Gaya Hidup
Apa Itu Tirakat dan Bagaimana Cara Melakukannya?
Kaltimtoday.co - Seperti sebuah kebun bunga yang mempesona, Indonesia dipenuhi dengan pesona pesantren yang semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Di antara keindahannya, pesantren menghadirkan aroma wewangian yang khas dan elegan menyerupai aroma bunga-bunga yang merekah di taman.
Pesantren merupakan tempat pendidikan yang lebih menekankan pada aspek keagamaan dan umumnya menerapkan sistem pembelajaran yang tradisional, menjunjung tinggi kesederhanaan, serta memperkuat nilai-nilai seperti kepedulian, kesetaraan, keberanian, dan tentu saja sikap penghormatan.
Namun, alumni pesantren tidak terbatas pada profesi keagamaan seperti kiai, ustadz, ibu nyai, atau ustadzah. Banyak di antara mereka yang memiliki pemikiran luar biasa, menyuarakan kebaikan, dan mengenalkan Islam di berbagai bidang, tidak hanya sebagai dai atau penceramah.
Ada yang menjadi dokter, pengusaha, artis, perias, anggota DPR, menteri, bahkan presiden. Pesantren memiliki keunikan tersendiri yang mungkin tidak dapat ditemukan dalam pendidikan formal di luar sana.
Apa Itu Tirakat?
Tirakat berarti menjalani laku spiritual untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Disebut pula oleh kalangan pesantren dengan riyadhah, yaitu menjalani laku mengendalikan dan mengekang hawa nafsu.
Salah satu tradisi yang melekat dalam dunia pesantren adalah ‘tirakat’. Tirakat merupakan upaya khusus yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan dalam mencari ilmu. Asal usul kata ‘tirakat’ berasal dari bahasa Arab thariqoh yang berarti sebuah jalan, yang sering diartikan sebagai jalan menuju Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa kata ‘tirakat’ berasal dari bahasa Arab taroka yang berarti meninggalkan, yang artinya adalah meninggalkan hal-hal duniawi dengan menahan diri dari hal-hal yang mubah.
Melakukan Tirakat
Kebanyakan kiai pesantren mendorong santri-santrinya untuk melaksanakan tirakat. Seperti yang diungkapkan oleh kiai Abdullah Faqih Langitan, bahwa santri harus melaksanakan tirakat. Sebab, jika santri melakukan tirakat maka ilmunya akan menyinari dan bermanfaat bagi banyak orang. Apabila santri mengajak orang lain, akan mendapat perhatian dan kepercayaan.
Tidak hanya dalam pesantren, para ulama juga memulai setiap karya ilmiahnya dengan tirakat. Misalnya, Imam al-Bukhari ketika akan menulis satu hadis, beliau selalu melakukan shalat sunnah dua rakaat. Imam Nawawi, sebelum menulis karya monumentalnya, Majmu’ Syarh al-Muhaddzab, beliau selalu melakukan shalat istikharah.
Begitu juga Imam al-Muzani, yang selalu berpuasa tiga hari dan melakukan shalat tertentu sebelum menyusun kitab Al-Mukhtashar. Mereka selalu merasa tanggung jawab atas keilmuan yang mereka tulis, sehingga selalu memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah swt., demi menjaga keberlangsungan keilmuan tersebut. Demikian pula, Kiai Abdul Hamid bin Itsbat dan istrinya Nyai Halimah dari Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, yang menjalani tirakat selama dua puluh tahun memohon kebaikan untuk keturunan dan santri-santrinya.
Namun, tirakat tidak hanya berkaitan dengan hal-hal tersebut. Bahkan sebagian ulama sufi menganggap bahwa tirakat yang paling besar adalah menahan diri dari maksiat, bukan hanya berupa puasa. Menurut Kiai Baha’uddin Nur Salim atau yang akrab disapa Gus Baha’, bagi santri, tirakat adalah tentang menjauhkan diri dari kemewahan, membatasi kebutuhan, dan selalu menjalankan kewajiban seperti sholat berjamaah, sebagai bentuk pengabdian yang sesungguhnya. Jadi, melanggar kewajiban sekolah karena terlalu fokus pada kegiatan keagamaan bukanlah bentuk tirakat yang sejati.
Di kalangan pesantren, tirakat merupakan warisan yang sangat berharga bagi para santri, pelajar agama yang tinggal dan belajar di pondok pesantren, yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai berbagai tujuan. Contohnya, untuk memudahkan dalam menghafal, meningkatkan kecerdasan, menghadapi ujian, dan banyak lagi tujuan lainnya. Setiap santri memiliki kebutuhan dan tujuan yang berbeda-beda, sehingga tirakat yang dilakukan juga bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Semakin besar tujuan yang ingin dicapai, semakin berat juga tirakat yang harus dilakukan.
Jenis-Jenis Tirakat
Ada beragam jenis tirakat yang dikenal di pesantren, seperti puasa Daud, puasa Senin-Kamis, mutih, ngrowot, ngebleng, dan lain sebagainya. Tirakat ini biasanya juga disertai dengan pembacaan hizib, doa, ratib, istigasah, dan amalan-amalan khusus lainnya yang diperoleh melalui ijazah dari guru atau kiyai. Cara menjalankan tirakat pun dapat berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, tergantung pada ijazah yang diberikan oleh guru.
Tradisi ini lah yang menjadi perbedaan mendasar antara pesantren dengan lembaga pendidikan non-pesantren. Di pesantren, seorang santri tidak hanya dididik secara intelektual, tetapi juga mendapat pembinaan secara spiritual dan emosional.
Saat menjalani tirakat tertentu, seorang santri memiliki keyakinan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan kualitas spiritualnya dan mendekatkannya dengan Allah swt, serta dapat mempercepat terkabulnya segala hajatnya jika dilakukan dengan benar dan penuh kesungguhan. Bahkan, tidak sedikit orang yang diangkat derajatnya menjadi wali Allah karena tirakat yang mereka lakukan.
Contohnya adalah Raden Sahid yang menjalani tirakat menyepi (uzlah) di tepi sungai selama bertahun-tahun, dan akhirnya diangkat derajatnya oleh Allah swt dan diberi keistimewaan berupa karamah. Itulah yang membuatnya dikenal dengan julukan “Sunan Kalijaga”.
Ada pepatah yang sangat terkenal di kalangan santr khusus nya daerah Jawa i: “sopo sing gelem tirakat, bakale keramat” (siapa yang ingin melakukan tirakat, akan menjadi mulia).
Pepatah ini menyatakan bahwa siapa pun yang bersedia dan mampu menjalani tirakat dengan sungguh-sungguh dan istiqamah, akan menjadi orang yang mulia. Namun, hal tersebut juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- SEJUK: Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Harus Segera Dihentikan
- Bolehkah Penderita Hipertensi Puasa di Bulan Ramadhan? Berikut Manfaat dan Tips Mengatur Pola Makan bagi Penderitanya
- Ketahui 6 Keutamaan I’tikaf di Masjid Bagi Umat Islam, Apa Saja?
- Panduan Lengkap Tata Cara Sholat Lailatul Qadar Beserta Bacaan Niat dan Doa
- 9 Tips Agar Doa Cepat Terkabul di Bulan Ramadhan, Umat Islam Wajib Tahu!