Internasional
Masjid di Amerika Serikat Meningkat Pesat, Komunitas Indonesia Jadi Salah Satu Pelopor
Kaltimtoday.co - Jajak pendapat terbaru dari Institute for Social Policy and Understanding, sebuah organisasi nirlaba yang kerap melakukan penelitian terkait warga Muslim Amerika, jumlah masjid di Amerika kini telah melampaui 2.700. Hebatnya, jumlah tersebut meningkat sebesar 31 persen sejak 2010. Ini tentu kabar baik, terutama bagi komunitas Muslim yang terus berkembang di negeri Paman Sam.
Pentingnya Izin Zonasi untuk Rumah Ibadah
Membangun rumah ibadah di Amerika Serikat, termasuk masjid, bukan perkara sekadar mendirikan bangunan. Ada aturan khusus yang harus ditaati, yaitu izin zonasi. Setiap pemerintah kota memiliki aturan zonasi yang berbeda-beda, tergantung pada negara bagian masing-masing. Izin zonasi ini adalah dokumen penting yang memungkinkan pembangunan gedung baru atau perubahan fungsi bangunan lama menjadi rumah ibadah.
IMAAM Center: Masjid Komunitas Indonesia di Maryland
Di antara masjid-masjid yang ada, IMAAM Center yang dikelola oleh Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) adalah salah satu kebanggaan komunitas Indonesia di Amerika. Berlokasi di Silver Spring, Maryland, masjid ini telah beroperasi sejak 2014 di sebuah bangunan yang sebelumnya sudah memiliki izin zonasi rumah ibadah. Bangunan ini kemudian diakuisisi oleh IMAAM dan diresmikan oleh mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
"Jadi kami waktu mengakuisisi, membeli ini, dalam proses itu kami meng-hire badan hukum ya untuk melakukan studi ini. Nah, di studi itu mengatakan, hasilnya, di Amerika itu kalau kami mengatakan ini adalah sebagai rumah ibadah, mereka izinkan," ujar Arif Mustofa, Presiden IMAAM, dalam wawancara bersama VOA, jaringan Kaltimtoday.co.
Lebih lanjut, IMAAM sedang merencanakan pembangunan masjid kedua dengan konsep desain yang mengedepankan unsur budaya Indonesia, seperti kubah dan kaligrafi khas Nusantara.
Masjid Istiqlal di Texas: Langkah Besar IAMC
Sementara itu, di Texas, Indonesian American Muslim Community (IAMC) yang berlokasi di Sugar Land, dekat Houston, juga sedang membangun masjid secara bertahap. Berdiri sejak 2012, IAMC mengelola masjid sementara yang dinamakan Masjid Istiqlal. Sejak 2015, masjid ini berfungsi sebagai tempat ibadah bagi komunitas Muslim Indonesia dan telah mengantongi izin zonasi rumah ibadah.
IAMC juga memiliki fasilitas lain seperti lapangan olahraga, taman bermain untuk anak-anak, serta sekolah keagamaan yang diikuti lebih dari 100 murid, dengan 30% di antaranya adalah murid internasional. Organisasi ini merencanakan pembangunan masjid yang lebih besar dengan estimasi biaya 3 juta dolar AS.
Karena kendala anggaran, Eka Kristanto, Presiden IAMC, menyatakan bahwa strategi pembangunan diubah menjadi tiga tahap. Tahap pertama sudah dimulai, dan IAMC kini menanti izin pembangunan dari pemerintah setempat. "Pokoknya kita bisa pakai, kemudian setelah kelihatan gedungnya, kita berharap fundraising akan bisa semakin lancar," tambah Eka.
Tantangan Membangun Masjid di Amerika Serikat
Membangun masjid di Amerika tidak hanya membutuhkan izin zonasi. Banyak persyaratan ketat yang harus dipenuhi, termasuk soal desain arsitektur dan standar keamanan. Pemerintah setempat akan mengecek proporsi tanah, lahan parkir, aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, dan sistem keamanan seperti pemancar air untuk pencegahan kebakaran.
"Kalau bangunan itu bertingkat, mereka ingin ada fasilitas elevator, jadi kalau misalnya ada orang yang disable, yang pakai kursi roda harus bisa ke lantai atas kalau memang salatnya di lantai atas," jelas Eka Kristanto.
Aturan lain yang juga perlu dipatuhi adalah energy code, yaitu regulasi mengenai isolasi dinding, atap, dan jendela untuk memastikan bangunan hemat energi. Hal ini berbeda di setiap negara bagian, seperti yang disampaikan Haris Koentjoro, arsitek asal Indonesia yang turut merancang Masjid Istiqlal dan Masjid IMAAM Center kedua.
Masjid dengan Desain 'Humble'
Di Amerika Serikat, masjid sering kali tidak memiliki kubah atau menara yang megah seperti masjid di Indonesia. Menurut Haris Koentjoro, masjid sebaiknya dirancang agar menyatu dengan lingkungan sekitar dan tampil sederhana namun fungsional.
"Masjid itu harus humble," kata Haris kepada VOA. "Kalau sekitar bangunan di situ dari bata, ya kita harus menyesuaikan dengan apa yang ada di sekitar. Jangan bikin menara gading."
Namun, walaupun tampil sederhana dari luar, interior masjid tetap akan mencerminkan nuansa Indonesia, termasuk ornamen kaligrafi dan elemen desain lainnya yang khas Nusantara.
[TOS | VOA INDONESIA]
Related Posts
- Perusahaan Didorong Salurkan CSR untuk Mendukung Transisi Energi Berkeadilan di Kaltim
- Yayasan Mitra Hijau Dorong Partisipasi Perempuan dalam Transformasi Ekonomi dan Transisi Energi Berkeadilan di Kaltim
- Dewan SDA Nasional Susun Strategi Pengelolaan Air Berkelanjutan untuk Pulau Kecil dan Terluar
- Gelar Festival Ibu Bumi Menggugat, Kader Hijau Muhammadiyah Bersama NGO Serukan Penolakan Ormas Keagamaan Terima Izin Usaha Pertambangan
- Sofyan Hasdam Pastikan Tapal Batas Kampung Sidrap Kembali Dibahas Usai Pelantikan Kepala Daerah