Daerah
Balai Bahasa Ungkap Sejumlah Bahasa Daerah di Kaltim yang Terancam Punah

Kaltimtoday.co, Samarinda - Balai Bahasa Kalimantan Timur mengungkap deretan bahasa daerah yang mengalami penurunan atau terancam punah dalam beberapa tahun terakhir.
Tercatat, ada sekitar 718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Kaltim, ada sekitar 16 bahasa daerah yang tersebar. Dalam hal ini, ada bahasa daerah yang berstatus aman, rentan, mengalami kemunduran, terancam punah, kritis, bahkan ada yang sudah punah.
"Sebagai indikatornya, bahasa daerah dikatakan aman jika masih digunakan oleh seluruh anggota masyarakat penuturnya, baik anak-anak maupun orang dewasa dalam satu etnis," ungkap Kepala Balai Bahasa Kaltim, Asep Juanda pada Selasa (21/10/2025).
Selanjutnya, status rentan diberikan pada bahasa daerah yang masih digunakan oleh anak-anak dan orang tua, tetapi jumlah penuturnya relatif sedikit. Jadi, meskipun masih ada pewarisan bahasa, komunitas penuturnya terbatas.
Kemudian, bahasa daerah dikategorikan mengalami kemunduran apabila sebagian penutur, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, sudah tidak lagi menggunakan bahasa daerah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
"Bahasa disebut terancam punah generasi tua tidak lagi menggunakan bahasa daerah ketika berbicara kepada anak-anak atau di antara mereka sendiri. Dengan kata lain, tidak ada lagi upaya pewarisan bahasa kepada generasi muda," tuturnya.
Di Kalimantan Timur, ada beberapa bahasa daerah yang mengalami kemunduran hingga potensi terancam punah, di antaranya Bahasa Punan Merah (Kabupaten Mahakam Ulu), Bahasa Aoeheng (Kabupaten Mahakam Ulu), Bahasa Tunjung (Kutai Barat-Kutai Kartanegara), dan lain-lain.
Widya Bahasa Ahli Muda Balai Bahasa Kaltim, Nurul Masfufah menekankan terkait identifikasi bahasa daerah yang hampir punah, perlu dibuktikan lewat uji vitalitas bahasa.
"Yang sudah pernah kami uji adalah bahasa Tunjung. Dari hasilnya, bahasa Tunjung termasuk bahasa yang terancam punah, karena banyak penutur yang sudah tidak menggunakan bahasa tersebut lagi terutama di wilayah yang dekat dengan perkotaan," imbuhnya.
Faktor lain yang memengaruhi adalah banyaknya transmigrasi. Berdasarkan hasil uji vitalitas sebelumnya, salah satu faktor utama penyebab menurunnya penggunaan bahasa daerah adalah perkawinan campur.
"Misalnya, penutur bahasa Tunjung banyak yang menikah dengan orang Banjar atau Jawa. Akibatnya, mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi keluarga," tutupnya.
[RWT]
Related Posts
- Dana Pemda Rp 234 T Nganggur di Bank, Kutai Barat Termasuk 7 Besar Penimbun Terbanyak
- Hari Santri 2025 Jatuh 22 Oktober: Cek Statusnya, Apakah Tanggal Merah?
- Gawat! 560 Penerima Bansos di Cilacap Dicoret Permanen Gara-gara Judi Online
- Prabowo: Uang Korupsi Rp 13 T Bisa Bangun 8.000 Sekolah dan 600 Kampung Nelayan!
- Badai Fengshen di Filipina Picu Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah Indonesia, Termasuk Kaltim