Opini

Cara Syifa Hajati Jadi Juara 1 Karya Tulis Ilmiah BUAF 2024

Kaltim Today
19 September 2024 10:58
Cara Syifa Hajati Jadi Juara 1 Karya Tulis Ilmiah BUAF 2024
Syifa Hajati, Mahasiswa UINSI Samarinda Menjadi Juara 1 Best Paper of Factual Issues pada Kompetisi Karya Tulis Ilmiah BUAF 17–18 September 2024. (Foto Pribadi) 

Muhammad Sarip (Sejarawan Publik)

DARI talenta duta-dutaan berevolusi menjadi peneliti, penulis, sekaligus presenter karya tulis ilmiah (KTI). Baru kali pertama tampil dalam kompetisi KTI antarperguruan tinggi, dia langsung meraih prestasi juara 1. Kok bisa? Bagaimana caranya?

Namanya Syifa Hajati. Dia kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Sebelum 2024, mahasiswa Fakultas Syariah ini lebih dikenal sebagai seorang yang pernah menjadi duta atau pemenang kontes putri tertentu. Dia memenangi predikat Putri Muslimah Nusantara tingkat Provinsi Kalimantan Timur 2021. Di tahun yang sama, dia meraih Runner Up II Putri Muslimah Nusantara level nasional.

Di tingkat Kota Samarinda, Syifa meraih predikat Putri Pariwisata Berbakat 2021. Tahun berikutnya, ia menjadi Duta Kosmetik Aman Kaltim. Citra yang melekat pada kontes putri-putrian sering kali terfokus pada keunggulan non-intelektual. Kadang ada ungkapan sinis bahwa sebagian peserta kontes tersebut “otaknya kosong.”

Perubahan mindset bungsu dari enam bersaudara ini terjadi mulai pertengahan kedua tahun 2023. Dua kali dia hadir dalam forum publik sejarah lokal. Yang pertama di sebuah mal besar di ibu kota Kaltim, dan yang kedua di Perpustakaan Kota Samarinda.

Impiannya mengadakan forum sejarah lokal di kampus hijau di Samarinda Seberang terealisasi pada 7 Maret 2024. Untuk pertama kalinya, saya tampil di Auditorium UINSI sebagai narasumber. Sebulan sebelumnya, saya memenuhi permintaannya untuk tampil dalam forum Ngaji Nusantara yang diselenggarakan oleh BEM Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Wilayah Kalimantan.

Sejak itu, Presiden Mahasiswa UINSI periode 2023–2024 ini sering dipercaya sebagai moderator forum sejarah lokal. Pernah juga berperan sebagai salah satu narasumber podcast bertema Kaltim tempo dulu (bahari). Acara yang dihadiri secara terbatas oleh publik ini menampilkan saya dan seorang tokoh Kaltim yang kini menjadi kontestan Pilgub Kaltim 2024.

Impian Syifa untuk tampil di mal dalam forum bertopik sejarah juga tercapai. Syifa menjadi moderator pada talkshow bertema “Kota Samarinda dan Budaya Tionghoa.” Gelar wicara ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Samarinda.

Transformasi Syifa dari putri-putrian menjadi intelektual muda benar-benar mewujud di tahun 2024. Mahasiswa angkatan pertama masa pandemi Covid-19 ini rajin belajar cara meneliti dan menulis secara ilmiah dan populer. Begitu ada peluang lomba KTI, dia bilang ingin ikut. Dan saya katakan padanya, motif ikut lomba sebaiknya bukan sekadar alasan klise mencari pengalaman, tapi harus menjadi juara.

Langkah menuju juara memerlukan persiapan yang kompleks. Risetnya tak main-main. Selain kajian literatur, juga ada wawancara dengan informan kunci. Sambil menunggu jadwal lombanya, Syifa sempat mempublikasikan empat artikel opini di media massa pada Juli-Agustus 2024. Tulisannya mengenai isu dan fenomena aktual.

Hari-H kompetisi KTI tiba pada 17 September 2024. Kegiatan ini bernama Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) ke-8. BUAF merupakan kegiatan kolaborasi dan inovasi di Borneo (Kalimantan) yang konsisten dilaksanakan setiap tahun untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan, khususnya terkait isu-isu penting dalam konteks Borneo dan sekitarnya. BUAF 2024 diikuti oleh hampir 300 mahasiswa dari 15 perguruan tinggi di Indonesia.

KTI yang dipresentasikan Syifa mengambil subtema isu faktual dengan topik kesetaraan gender. Makalahnya berjudul “Peningkatan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan: Analisis Pengarusutamaan Gender di Kota Samarinda.”

Makalah Syifa memaparkan bahwa dalam periode tahun 2021–2023, jumlah kasus kekerasan di Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur, mengalami kenaikan signifikan. Menurut data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2PA) Kota Samarinda, perempuan menjadi kelompok korban terbanyak. Bentuk kekerasan tersebut meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual, eksploitasi, perdagangan manusia, penelantaran, dan lainnya.

Fenomena ini cukup ironis mengingat Samarinda sejak tahun 2020 telah memiliki Peraturan Daerah tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Daerah. Apalagi ibu kota Kaltim ini semakin sering disorot oleh publik dan media, sehubungan dengan status Samarinda sebagai kota mitra Ibu Kota Nusantara.

Dengan analisis deskriptif dan pendekatan kualitatif, hasil penelitian Syifa menemukan bahwa paradigma PUG yang berfokus pada kesetaraan dan keadilan gender belum sepenuhnya dipahami oleh pemangku kepentingan di perangkat pemerintah daerah. Terdapat mispersepsi terhadap istilah gender dalam frasa Pengarusutamaan Gender sehingga ketimpangan gender serta bias gender masih terjadi di masyarakat.

Syifa menyimpulkan bahwa diperlukan sosialisasi serta edukasi yang masif tentang PUG kepada seluruh organisasi perangkat daerah. PUG bukan program khusus dari sebuah instansi pemberdayaan perempuan, melainkan strategi kebijakan pembangunan yang harus dijalankan secara kolektif oleh seluruh instansi dinas dan badan di Pemkot Samarinda. Dengan memperluas pemahaman aparatur pemerintah dan masyarakat tentang PUG, diharapkan dapat mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan.

Beberapa jam sebelum tampil di venue BUAF, Syifa berlatih presentasi. Dalam simulasi, saya berperan sebagai reviewer, juri, dan dan sekaligus time keeper. Saya bantu koreksi narasi presentasinya agar bisa ‘menggiring’ arah pertanyaan dari juri. Dan hasilnya, satu-satunya pertanyaan juri sama persis dengan soal yang diprediksikan.

Keesokan harinya, Rabu sore, 18 September 2024, panitia BUAF mengumumkan para pemenang. Untuk kategori Best Paper subtema isu-isu faktual, juara 3 diraih oleh Qudsiyah dari IAIN Pontianak. Juara 2 atas nama Ajeng Hijriatul Aulia dari IAIN Palangkaraya. Dan sang juara 1 adalah Syifa Hajati dari UINSI Samarinda.

Yang orang lihat di panggung depan adalah selebrasi dan sukacitanya. Sementara di balik panggung atau behind the scene dan prosesnya penuh suka duka. Tak ada orang yang bisa menjadi penulis secara instan melalui workshop atau pelatihan menulis dalam satu-dua hari, bahkan seminggu.

“Pengen nangis,” kata Syifa kepada saya sesaat setelah dia menerima piagam penghargaan. (*)


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya