Advertorial
Diseminasi Program Bahasa dan Sastra di PPU, Hetifah Sjaifudian Dorong Peningkatan Fasilitas Komunitas Literasi
Kaltimtoday.co, Penajam - Kantor Bahasa Provinsi Kaltim bersama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar diseminasi program prioritas bidang kebahasaan dan kesastraan di Penajam Paser Utara (PPU).
Kegiatan yang berlangsung pada Jumat (26/5/2023) ini turut dihadiri anggota Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian yang sekaligus membuka acara tersebut secara resmi.
Dalam sambutannya, politisi Partai Golkar itu mengaku, banyak mendapat informasi mengenai kondisi PPU dari para peserta.
"Menurut saya, dari peserta banyak informasi yang menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat PPU punya antusiasme dan sudah melakukan banyak hal yang sangat diperlukan," ungkapnya.
Informasi serta aduan yang ada di PPU diakuinya baru terungkap ketika ada pembangunan IKN. Ia melihat ada suatu pantangan dan kecemasan tersendiri dari warga PPU.
"Alhamdulillah, saya sangat optimis dengan adanya program ini. Nampak yang senior, junior, dan yang muda-muda masih memiliki inisiatif prakarsa yang mengarah membuat benteng-benteng, sekaligus menyiapkan diri supaya kita menjadi pusat budaya dan peradaban yang akan mempengaruhi dan mewarnai pembangunan IKN itu," tuturnya.
Tidak bisa dimungkiri, pembangunan IKN punya pengaruh terhadap PPU. Meski begitu, ia meminta semua elemen, pemerintah dapat bekerja sama dan terus optimis.
"Tadinya kan kita cemas saja, tapi saya yakin dan saya berusaha mengundang berbagai pihak di tingkat kabupaten, provinsi, dan juga pusat supaya bersinergi," ucapnya.
Selain itu, Hetifah menyebut perlu adanya kerja lebih dalam untuk mengetahui keabsahan informasi mengenai angka literasi di PPU.
"Tadi ada penanggap yang mengatakan bahwa minat baca di PPU sangat rendah, saya pikir ini kita harus dalami lagi, apakah minatnya yang rendah, atau kita tidak memiliki cukup banyak konten media yang menyediakan bahan bacaan yang memang membuat orang tertarik membaca," sahutnya.
Minimnya karya-karya tulis lokal juga menjadikan khalayak tidak mengetahui PPU. Semestinya, harus ada karya tulis yang dilahirkan oleh warga pribumi dan bisa dikonsumsi oleh seluruh penduduk.
"Sekarang yang memiliki buku atau konten lokal, jarang ya. Padahal orang Indonesia ingin tau bahwa ini daerah ibu kota yang baru, punya kekhasan dan keunikan secara budaya. Sekarang semua orang mencari itu," katanya.
Melihat pola literasi di PPU, Hetifah mengatakan, komunitas literasi perlu mendapatkan dukungan yang intens agar bisa meningkatkan angka literasi.
"Banyak komunitas literasi yang perlu difasilitasi. Saya tidak percaya bahwa minat baca di PPU rendah. Memang literasi bukan hanya soal membaca, tetapi bisa justru memahami apa yang kita baca dan lihat di kehidupan sehari-hari. Kemudian mengungkapkannya dalam bentuk tulisan atau bentuk visual lain, seperti film yang dapat dikonsumsi nasional hingga internasional," terangnya.
Dia yakin, SDM PPU khususnya kawula muda, dalam hal kesastraan memiliki potensi besar yang bisa menciptakan karya unggul.
"Saya yakin anak PPU bisa membuat produk-produk literasi yang baru, bukan hanya buku, tetapi banyak medium lain," ujarnya.
Seyogyanya, PPU patut melestarikan bahasa lokal, sebab dia melihat penutur yang semakin berkurang. Hal itu bisa menggerus kearifan lokal, terutama bahasa.
"Anak-anak muda tidak merasa bahwa itu keren digunakan. Orang tua juga tidak membiasakan anak-anaknya menggunakan. Di sekolah juga harusnya menjadi muatan lokal dan kurikulum yang wajib. Jangan yang hampir punah, benar-benar jadi punah," imbuhnya.
Tugas meningkatkan literasi, katanya, tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu pihak, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama agar beban yang dipikul menjadi ringan.
Sesuai dengan Hetifah, Ketua Kantor Bahasa Kaltim, Halimi Hadibrata menyebut, pertemuan itu ditujukan untuk menyinergikan DPR RI dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa agar program-program prioritas bahasa dan sastra bisa sukses dilaksanakan.
"Kami memilih fokus di PPU ini karena menjadi isu yang hangat sekarang dengan adanya IKN," ungkapnya.
Repitalisasi bahasa daerah dan juga budaya di PPU dirasa Halimi akan sangat penting, dalam rangka untuk menguatkan identitas masyarakat di sekitar IKN.
Namun Halimi yakin, bahasa asing tidak akan mampu menggeser bahasa lokal.
"Kalau dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, itu tidak akan menggeser malah, justru menguntungkan karena bagaimanapun ilmu pengetahuan ini berkembang dan konsep-konsep itu memang harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia," jelasnya.
Dia juga mengimbau warga PPU agar tidak khawatir mengenai hal tersebut. Dengan adanya pertambahan kata dengan konsep-konsep baru di KBBI, dia yakin bisa membuat masyarakat mengenal ragam kata.
[RWT | ADV DISKOMINFO PPU]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- IESR Dorong Indonesia dan Tiongkok Perkuat Kerja Sama Hijau untuk Percepatan Transisi Energi
- Perusahaan Didorong Salurkan CSR untuk Mendukung Transisi Energi Berkeadilan di Kaltim
- Yayasan Mitra Hijau Dorong Partisipasi Perempuan dalam Transformasi Ekonomi dan Transisi Energi Berkeadilan di Kaltim
- Dewan SDA Nasional Susun Strategi Pengelolaan Air Berkelanjutan untuk Pulau Kecil dan Terluar
- Gelar Festival Ibu Bumi Menggugat, Kader Hijau Muhammadiyah Bersama NGO Serukan Penolakan Ormas Keagamaan Terima Izin Usaha Pertambangan