Figur
Greta Thunberg, Tokoh Tahun 2019
Pelajar Swedia berusia 16 tahun itu menjalankan apa yang dia ucapkan. Pada November, Greta Thunberg berlayar melintasi samudera Atlantik untuk membawa pesannya ke Amerika Utara, dan kemudian berlayar kembali ke Eropa untuk menekankan bahwa transportasi penerbangan tidak ramah bagi lingkungan.
Dalam KTT Iklim PBB di Madrid pada Desember, dia menuduh para pemimpin politik dan bisnis gagal menangangi perubahan iklim sebagai keadaan darurat.
"Dalam keadaan darurat, kita mengubah perilaku. Jika ada seorang anak berdiri di tengah jalan dan mobil-mobil datang dengan kecepatan penuh, kamu tidak berpaling karena enggan bertindak. Kita harusnya segera berlari keluar dan menyelamatkan anak itu. Dan tanpa rasa urgensi seperti itu, bagaimana kita, warga dunia, bisa memahami bahwa kita sedang menghadapi krisis yang nyata?," kata Thunberg.
Thunberg mengatakan berpura-pura untuk bertindak itu lebih buruk daripada tidak bertindak.
"Bahaya sebenarnya adalah ketika politisi dan CEO (eksekutif bisnis) membuat seolah-olah ada tindakan nyata sedang dilakukan, padahal kenyataannya, hampir sama sekali tidak ada tindakan yang dilakukan selain dari pencitraan yang kreatif dan strategi akuntansi yang cerdas," kata Thunberg.
Pendukungnya mengatakan, dia layak mendapat status Person of the Year.
"Dia memang mencuri perhatian, tetapi bukan seperti seorang selebriti, karena dia bukan selebriti. Dia seorang aktivis. Aktivis yang sangat baik," kata Carlotta Martinez, seorang staf COP25.
Greta Thunberg memulai kampanyenya pada 2018, melakukan aksi protes di luar gedung Parlemen Swedia, seminggu sekali bolos ke sekolah. Aksi Greta segera menarik perhatian dunia dengan pidatonya yang dengan tegas menuduh orang-orang pemegang kekuasaan telah membahayakan generasi masa depan karena mengabaikan sains terkait perubahan iklim.
Thunberg menjadi pembicara utama di hampir setiap forum iklim terkenal, termasuk di PBB, dan menginspirasi generasi muda di seluruh dunia untuk melakukan protes besar-besaran yang menuntut tindakan atas perubahan iklim.
Tetapi pesannya tidak sepopuler secara universal. Setelah pidatonya pada September yang cukup emosional di New York, Presiden AS Donald Trump mengunggah pesan tweet, "Dia tampak seperti remaja yang sangat bahagia," dengan maksud meremehkan sikap serius Thunberg.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyebut Greta sebagai "bocah" setelah dia mengkritik kekerasan terhadap penduduk asli di Amazon. Dan seorang tamu di acara TV Fox News menyebut, Greta menderita "sakit mental," yang mendorong jaringan media konservatif ini untuk mengeluarkan permintaan maaf.
Putra tertua Trump, Donald Jr., mengkritik majalah Time dalam sebuah tweet karena memilih Greta Thunberg dan bukan para pengunjuk rasa di Hong Kong. Para komentator konservatif mengecam media karena menggunakan anak-anak untuk menghindari analisis kritis dan perdebatan tentang iklim.
Related Posts
- Yayasan Mitra Hijau Gandeng Media dalam Mitigasi Perubahan Iklim dan Transisi Energi di Kaltim
- Pulau Gusung Terancam Tenggelam, Pemkot Bontang Masih Abai Upaya Mitigasi
- Nasib Pulau Gusung di Bontang: Tertinggal, Terabaikan, dan Terancam Tenggelam
- Bandara SAMS Sepinggan Dukung Gerakan Global Earth Hour
- Kian Mengkhawatirkan, Kepala BMKG Ajak Masyarakat Berkontribusi Tahan Laju Perubahan Iklim