Kaltim

Kami Menciptakan Industri Bukan Buat Candi

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 29 Agustus 2023 16:01
Kami Menciptakan Industri Bukan Buat Candi
Proyek pembangunan smelter nikel milik PT Kalimantan Ferro Industry di Kelurahan Pendingin, Kutai Kartanegara, Kalimantan TImur. (Istimewa)

OWNER Representatives dari PT KFI, M. Ardhi Soemargo menerima permintaan konfirmasi tim KJI, Kamis, 24 Agustus 2023. Ditemui di salah satu kedai kopi di Samarinda, Ardhi menyampaikan penjelasan selama kurang lebih dua jam. Secara garis besar, pemaparan Adhi dapat dibagi beberapa bagian. Di antaranya terkait rencana investasi dan kerjasama perusahaan, dugaan pencemaran lingkungan serta tidak adanya amdal dan indikasi cacat prosedur ketenagakerjaan. Kutipan penjelasan Ardhi ketika menerima wawancara tim KJI adalah sebagai berikut.

Boleh diceritakan dari awal terkait pembangunan PT KFI, dibangun resminya kapan dan bagaimana rencana investasinya?

Kan lu sudah tahu sampai Rp 30 triliun. Ini kuartal 2 sudah masuk tahun ini kita sudah di Rp 2,8 triliun  Kami melihat Kalimantan karena bersifat homogen, termasuk jangka panjang. Kami melihat IKN (Ibu Kota Negara Nusantara) ada di Kalimantan, sehingga banyak orang yang berkualitas akan masuk. Jangka panjangnya kami melihat adanya kebutuhan baja dan HPAL (High Pressure Acid Leaching) atau baterai plus.

Resmi pembangunanya sejak kapan KFI, bisa diceritakan?

KFI terbentuk November 2021 untuk menyegerakan penandatanganan dengan PLN di tanggal 31 Desember 2021.

Owner Representatives dari PT KFI, M. Ardhi Soemargo. (Tim KJI)
Owner Representatives dari PT KFI, M. Ardhi Soemargo. (Tim KJI)

Informasinya bahan bakunya dari Sulawesi, apakah demikian?

Iya, bahan bakunya. Kami buat industri. Terlebih kami masuk ke kelurahan yang tidak ada sama sekali angkutan umumnya. Sebelumnya, kita bisa lihat, bagaimana Balikpapan sebelum kilang minyak masuk dan sesudahnya jadi kota.

Gak ada yang kami keruk (nikel), tanah kami HGB (hak guna bangunan) di atas APL (area penggunaan lain). Investasi kami nggak mudah membawa investor ke sana (Kelurahan Pendingin). Percaya untuk memasukkan dana segitu besarnya untuk membangun. Dengan hadirnya kami memiliki niat baik dan positif seperti itu.

Untuk target serapan tenaga kerja bagaimana?

Nantinya akan ada 10.000 pekerja.Kami targetnya dalam 5 tahun ini. Ini kita kejar menuju 2000 (pekerja). Sekarang 1400 (pekerja). 2000 pekerja targetnya September ini.

Untuk target perusahaan beroperasi?

Bertahap dulu, dua, dua, dua sampai 18 line. Tahun ini harusnya sudah mulai. Nanti di waktu yang tepat (diumumkan).

Berdasarkan informasi yang kami terima, SLJ melalui PT Nityasa Prima melakukan penandatanganan joint corporation dengan investor asal China, Sanya Taihuitong New Materials Co, Ltd, apakah benar demikian?

Nityasa dimiliki pancoran limited, bukan SLJ lagi. Sanya Taihuitong merupakan spv (special purpose vehicle) dimana mencari bisnis industrial park di Indonesia, dipilihlah Kaltim untuk menjalin kerja sama dengan Nityasa Prima, jadi KFI merupakan San Yai Tai Hoi Tong dengan Nityasa, konsorsium.

Bentuk kerjasamanya dan pembagiannya bagaimana?

PT Nityasa Prima pemilik HGB (hak guna bangunan), lokal. San Yai Tai Hoi Tong New Material Co, Ltd yang masuk untuk membangun. Dikonsorsium ‘kan itu jadi Kalimantan Ferro Industry itu. San Yai Tai Hoi Tong New Material Co, Ltd itu SPV, adalah party yang sudah bergerak di bidang industri nikel.

Berdasarkan info yang kami terima, terdapat limbah septic tank, debu dan rumah yang retak. Bagaimana respon perusahaan?

Satu, (perusahaan) belum produksi bagaimana mau ada limbah? Ya kalau dari pertanyaan, itu di area kami yang dari septic tank ada bau, sudah selesai dalam hitungan hari. Mengenai jalan, debu kami usahakan melakukan penyiraman. Kami mengikuti semua hasil rembuk dengan warga. Aktivitas yang kami lakukan dan mengakibatkan kerugian karena kami menciptakan industri, kami bukan buat candi. Satu malam jadi. Semua ada proses.

Mengenai jalan, kami beton menghabiskan Rp 3 miliar sampai 4 miliar, itu awalnya bagian dari kami, tapi sudah rencana kami itukan. Sekarang masih HGB kami dengan kesepakatannya bukan diberikan, kira2 seperti akan kami gunakan. Siapa sih yang ingin jalan perusahaan bersinggungan dengan warga. Harapannya nggak ingin ketemu, makanya kami usahakan lewat sungai.

Info yang kami terima, ada air hitam mengalir ke parit warga. Ini seperti apa?

Itu dalam area kami, silahkan datang masih ada bau gak? Kami juga gak mau bau begitu. Ketika ada laporan warga kami minta maaf dan kami benerin.

Terakhir, apakah ada yang ingin bapak sampaikan secara umum mewakili PT Kalimantan Ferro Industry? 

Kami melihat bahwa positifnya luar biasa. Kenapa? Kita tahu Kaltim tidak ada industrialisasi. Sedangkan kami disini tuh membawa pabrik, kami membawa investasi segitu besarnya. Nilainya sangat besar. Saya sih berharap bahwa ini bisa dijadikan hal positif. Bahwa ini bukan cuman mengatakan ini punya kami, ini punya Kaltim. (*)

Artikel ini merupakan tulisan kedua dari liputan kolaborasi Klub Jurnalis Investigasi (KJI) Samarinda. Artikel pertama dapat dibaca di sini: Dilema di Balik Gemerlap Industri Peleburan Nikel di Kutai Kartanegara


(*) Liputan ini merupakan hasil kolaborasi Klub Jurnalis Investigasi (KJI) Samarinda yang terdiri dari kaltimtoday.co, tempo.co, kaltimkece.id, mediaetam.com, katuju.id, independen.id dan Project Multatuli.


Berita Lainnya