Internasional

Konflik Memanas, Israel Ancam Serang Seluruh Lebanon Jika Gencatan Senjata dengan Hizbullah Gagal

Network — Kaltim Today 04 Desember 2024 06:59
Konflik Memanas, Israel Ancam Serang Seluruh Lebanon Jika Gencatan Senjata dengan Hizbullah Gagal
Warga Lebanon berkumpul di depan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di pusat Beirut, pada 10 Oktober 2024. (Beritasatu.com)

Kaltimtoday.co - Israel kembali mengeluarkan peringatan tegas pada Selasa (3/12/2024) terkait potensi gagalnya gencatan senjata dengan Hizbullah. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa jika konflik pecah kembali, Israel tidak hanya akan menargetkan Hizbullah tetapi juga memperluas operasi militernya hingga mencakup seluruh wilayah Lebanon.

“Jika perang terjadi lagi, kami akan melakukan serangan lebih dalam, dan kali ini tidak akan ada pengecualian untuk negara Lebanon,” kata Katz saat memantau perbatasan utara Israel.

Gencatan senjata yang disepakati pada 27 November 2024 bertujuan menghentikan konflik yang telah berlangsung selama 14 bulan antara Israel dan Hizbullah. Dalam kesepakatan tersebut, Israel berkomitmen untuk tidak melancarkan operasi ofensif di Lebanon, sementara pemerintah Lebanon diminta mencegah kelompok bersenjata, termasuk Hizbullah, menyerang Israel.

Namun, ketegangan meningkat setelah insiden yang terjadi pada Senin (2/12/2024). Hizbullah melancarkan serangan ke pos militer Israel, yang kemudian dibalas dengan serangan udara oleh Israel di Lebanon selatan. Serangan itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 12 orang, menurut otoritas Lebanon.

Israel menganggap tindakan Hizbullah ini sebagai pelanggaran pertama terhadap gencatan senjata. Katz menuntut tentara Lebanon mengambil langkah tegas untuk menjauhkan Hizbullah dari Sungai Litani, wilayah strategis sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel.

“Jika pemerintah Lebanon tidak mengambil tindakan nyata untuk menegakkan perjanjian ini, konsekuensinya akan sangat serius,” ujar Katz.

Di sisi lain, pemerintah Lebanon meningkatkan upaya diplomasi untuk menekan Israel agar mematuhi perjanjian gencatan senjata. Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, bersama Ketua Parlemen Nabih Berri, dilaporkan menghubungi para pemimpin di Washington dan Paris untuk menghentikan pelanggaran oleh Israel.

Mikati menyatakan bahwa langkah-langkah diplomatik terus dilakukan sejak Senin malam, termasuk memperkuat kehadiran militer Lebanon di wilayah selatan untuk menjaga stabilitas.

Amerika Serikat melalui Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Matt Miller, menyebut pihaknya memantau perkembangan situasi dengan cermat. Ia mengakui bahwa pelanggaran gencatan senjata mungkin terjadi, tetapi menegaskan bahwa perjanjian ini dirancang untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Gencatan senjata tersebut memberi waktu 60 hari bagi pasukan Israel untuk menarik diri dari Lebanon selatan. Namun, serangan yang terus terjadi di wilayah perbatasan menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya konflik berskala besar.

Israel menegaskan bahwa tanggung jawab ada pada pemerintah Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah. Tanpa langkah konkret, ancaman terhadap perdamaian regional diprediksi akan terus berlanjut.

[RWT]

Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp 



Berita Lainnya