Samarinda
Krusialnya Pencegahan Stunting, BKKBN Kaltim Imbau untuk Atur Jarak Kelahiran Anak dan Hindari Pernikahan Dini
Kaltimtoday.co, Samarinda - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kaltim menggelar sosialisasi materi dan media pengasuhan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bersama mitra kerja Kaltim. Sosialisasi berlangsung di HARRIS Hotel Samarinda sejak pukul 08.00 Wita hingga sekitar pukul 14.00 Wita. Ada berbagai materi yang disampaikan. Mulai kebijakan BKKBN dalam 1.000 HPK, pencegahan stunting melalui pengasuhan 1.000 HPK, media pengasuhan 1.000 HPK, hingga pendataan keluarga 2021.
Dijelaskan bahwa 1.000 HPK berarti periode pengasuhan yang dihitung mulai dari hari pertama ibu mengandung dan terbentuk embrio hingga anak genap 2 tahun. Kemudian, dalam perhitungan matematis dimulai sejak dari fase kehamilan atau 270 hari hingga anak berusia 2 tahun atau 730 hari. 1.000 HPK dianggap krusial dan periode kritis. Sebab akan berdampak dalam waktu jangka panjang pada kecerdasan dan kesehatan anak pada masa depan.
Sedangkan stunting pun bukanlah hal baru. Merupakan kondisi kurang gizi kronis dalam waktu lama dan nampak ketika anak berusia 2 tahun. Sehingga, stunting lebih baik dicegah sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Disampaikan pula oleh Muhammad Edi Muin selaku kepala perwakilan BKKBN Kaltim bahwa BKKBN mengambil peran dalam penurunan angka stunting pada sesi preventif.
Ada beberapa gejala stunting yang patut diketahui. Mulai postur anak lebih pendek dari usianya, proporsi tubuh cenderung normal namun anak tampak lebih muda atau kecil untuk usianya, berat badan yang rendah untuk anak seusuanya, dan pertumbuhan tulang yang tertunda.
Ada banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stunting. Beberapa di antaranya seperti praktik pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Ante Natal Care, Post Natal Care, dan pembelajaran dini yang berkualitas, kurangnya akses ke makanan bergizi, dan kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
View this post on Instagram
"Hari ini kami mencoba untuk menularkan peran BKKBN pada teman-teman mitra, khususnya insan pers. Sebab, kami pasti tidak bisa bekerja sendiri. Kekuatan kami ada pada media," ungkap Edi.
Menurutnya, dalam hal menyampaikan soal stunting tentu harus secara kolektif. Semua orang berperan. BKKBN turut menganjurkan agar tidak terjadi pernikahan pada usia anak atau dini. Sebab, peluang untuk melahirkan anak stunting lahir dari rahim ibu yang terlalu muda. Ada beberapa contoh kasus yang telah membuktikan hal tersebut.
Berikutnya, BKKBN Kaltim mengharapkan kepada pihak-pihak yang telah berkeluarga untuk mengatur jarak kelahiran antar anak. Sebab, hal tersebut juga menjadi peluang dilahirkannya anak yang stunting. Disebutkan Edi bahwa anjuran tersebut sudah sering disampaikan.
"Hiduplah dengan perencanaan yang baik. Kepada remaja, kita sampaikan coba sikapi dari sekarang untuk memiliki perencanaan berkeluarga ke depan. Umur berapa sebaiknya menikah dan berapa anak yang ingin dimiliki, dan berapa jarak kelahirannya. Itu jadi kunci kesuksesan untuk membangun mahligai rumah tangga," beber Edi.
Jika jumlah kelahiran terlalu banyak, maka dikhawatirkan tingkat kesehatan anak menjadi rendah. Termasuk keluarga dan akan berpengaruh terhadap kehidupan anggota keluarganya di rumah tangga tersebut. Ditegaskan Edi, stunting harus diperangi karena itu akan menjadi masalah besar bagi Indonesia dan Kaltim.
"Kita mesti gencar sekali, lebih masif lagi menyampaikan hal apa saja yang bisa menyebabkan stunting itu. Paling mendasar, sebaiknya ketika 1.000 HPK mendapat perhatian serius. Pastikan ibu hamil punya gizi yang cukup untuk pemenuhan nutrisi pada bayi," pungkas Edi.
[YMD | RWT]