Nasional

Media Asing Soroti Kasus Bunuh Diri Dokter akibat Perundungan, Sebut Indonesia Kewalahan Atasi Bullying

Network — Kaltim Today 21 Agustus 2024 05:43
Media Asing Soroti Kasus Bunuh Diri Dokter akibat Perundungan, Sebut Indonesia Kewalahan Atasi Bullying
Ilustrasi. (Pixabay)

Kaltimtoday.co - Kasus bunuh diri seorang dokter di Indonesia yang diduga akibat perundungan kini menarik perhatian media asing. Channel News Asia, dalam laporannya pada Selasa (20/8/2024), menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi budaya perundungan yang terus berlanjut.

Dokter Aulia Risma Lestari, yang sedang menjalani pendidikan spesialis anestesi di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, ditemukan meninggal dunia pada 12 Agustus 2024. Aulia (30 tahun) diduga telah mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan obat bius Roculax dosis tinggi ke tubuhnya. Obat ini biasa digunakan untuk mempermudah intubasi dan merelaksasi otot selama operasi.

Dalam buku hariannya, Aulia menuliskan bahwa ia tidak sanggup untuk terus bekerja, hal ini mengindikasikan bahwa perundungan yang dialaminya mungkin menjadi faktor penyebab bunuh diri. Dugaan perundungan semakin kuat setelah beredarnya percakapan WhatsApp antara Aulia dan sejumlah mahasiswa tingkat akhir di Rumah Sakit Kardinah Kota Tegal.

Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, mengakui pada 16 Agustus 2024 bahwa kematian Aulia merupakan akibat dari perundungan. Menurut Budi, masalah ini tampaknya menyebar luas di lembaga-lembaga pelatihan medis di Indonesia.

Studi yang dikutip oleh Budi menunjukkan bahwa 22,4% dari lebih dari 12.000 mahasiswa kedokteran spesialis di Indonesia menunjukkan tanda-tanda depresi. Ia meminta agar mahasiswa senior dan tenaga pengajar menghentikan budaya senioritas yang merugikan.

Isu ini bukanlah hal baru. Pada bulan Juli lalu, Budi juga mengungkapkan bahwa budaya bullying di perguruan tinggi merupakan masalah lama yang belum teratasi. Media lokal bahkan melaporkan kasus serupa di program pelatihan spesialis bedah saraf Universitas Padjadjaran Bandung.

Unpad telah menghentikan studi dua dokter yang terlibat dalam perundungan dan mengeluarkan surat peringatan kepada kepala departemen dan kepala program bedah saraf. Selain itu, tujuh orang terduga pelaku mendapatkan sanksi berupa mengulang kelas kuliah.

“Seorang dosen yang terlibat juga sedang diproses untuk sanksi berat,” ungkap Dr. Yudi Mulyana, Dekan Fakultas Kedokteran. 

Di Unpad, dokter muda diduga mengalami kekerasan fisik dan verbal oleh seniornya, termasuk harus menanggung biaya hidup senior, seperti makan, minum, sewa mobil, dan akomodasi. 

Tahun lalu, Kementerian Kesehatan mengeluarkan pedoman untuk mencegah perundungan di bidang pendidikan kedokteran dan membuka saluran pengaduan bagi korban. Namun, langkah-langkah ini tampaknya belum efektif dalam menghentikan perundungan. Menurut para ahli, budaya bullying di lembaga pelatihan medis dapat mempengaruhi interaksi mahasiswa dengan pasien setelah mereka lulus.

"Mentalitas yang terbentuk selama pendidikan akan berdampak pada interaksi dengan pasien dan dapat berlanjut setelah mereka terjun ke masyarakat," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mahesa Paranadipa.

[RWT]

Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp 



Berita Lainnya