Opini
Memaknai Perjuangan Kartini dan Pahlawan Wanita Lainnya
Oleh: Uci Dania (Staff Kemuslimahan Pusdima Unmul)
Seperti yang kita ketahui, dahulu perempuan kerap kurang dihargai, ia hanya bisa bekerja di rumah, mengurus rumah tangga, tidak perlu untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada masa kolonial penjajahan terdapat ungkapan "mengapa sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya hanya berakhir di dapur". Hal ini menjadi sebuah stereotip bahwa perempuan tak perlu mengenyam pendidikan ataupun bercita-cita dalam menghasilkan suatu karya.
Pada zamannya, perempuan Indonesia diwajibkan untuk menerima dan menikah dengan pria yang dipilihkan oleh orangtuanya. Hal ini juga tak luput dari apa yang RA Kartini rasakan yaitu ketika orangtuanya ingin menikahkannya dengan Bupati Rembang bernama Adipati Djojodiningrat. Bermula dari kegemarannya membaca surat kabar dan majalah serta buku yang diberikan oleh teman penanya di Belanda, Rosa Anemdanon. Kartini mulai menaruh perhatian pada masalah perempuan Indonesia yang berkaitan dengan persamaan hak, kebebasan, otonomi serta kesetaraan di mata hukum. Kartini menyadari bahwa untuk mengatasi hal tersebut yaitu melalui pendidikan. Oleh karena itu, kartini bertekad untuk membangun sekolah pertama dan berhasil mendirikan di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang kala itu.
Pahlawan Wanita Lainnya
Dalam artikel Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat berjasa kepada Indonesia, seperti Dewi Sartika (1884-1947) di Bandung dan Rohana Kudus di Padang. Dewi Sartika bukan hanya berwacana di pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan di luar Bandung.
Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi Jurnalis di Kota Gadang sampai saat ia berpindah ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis pertama di negeri ini.
Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam suratnya, Rohana menyebutkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang dia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu Kota Gadang (1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (Padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan). Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas.
"Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibanya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakuan lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang semuanya dapat terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan," kata Rohana Kudus.
Kesempatan untuk Perempuan
Bagi perempuan, sebagian orang melihat pilihan yang ada terbatas atau dibatasi oleh hal-hal tertentu. Namun dengan mengetahui perjuangan-perjuangan pahlawan wanita lainnya sepatutnya kita memaknai bahwa setiap perempuan memiliki kesempatan untuk berani memilih dan kesempatan untuk memperjuangkan hal yang sudah dipilih. Perempuan yang memilih untuk menjalankan fitrahnya sebagai seorang istri dan ibu bagi suami serta anaknya maka sebenarnya sedang berusaha untuk melahirkan maupun mendidik anaknya menjadi seorang Pemimpin bangsa.
Sementara perempuan lainnya yang memilih untuk melanjutkan studi berharap mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas hingga mewujudkan mimpi dan menjadi seorang wanita karir dengan terus berkarya di berbagai bidang seperti pendidikan, pemerintahan, kesehatan, pembangunan dan bidang lainnya. Maka jangan jadikan hal-hal tersebut melupakan fitrahmu sebagai seorang perempuan yaitu sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anakmu. Mari terapkan ilmu pengetahuan yang telah kau peroleh dengan mendidik anakmu dengan sebaik-baiknya hingga ia kelak menjadi penerus bangsa yang berakhlak dan bermanfaat bagi masyarakat luas.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Tumbuk Movement-CeCUR Jadi Inisiator Dialog Publik, Tantang Calon Pemimpin Tanggap Soal Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim
- Faktor Ekonomi Jadi Penghambat Pendidikan, Barikade Kaltim Sebut Program GRATISPOL Solusinya
- KPU Samarinda Gelar Simulasi Pemungutan Suara Pilkada 2024, Rusmadi Wongso Puji Fomasi Saksi Jauh Lebih Efisien
- Deklarasi Persatuan LSM, Ormas, hingga Paguyuban Dukung Rudy-Seno untuk Pemimpin Kaltim 2025-2029
- Inkado Kaltim Resmi Dilantik, Siap Jadi Tuan Rumah Kejurnas Tahun Depan