Opini
Mengkritisi Keseriusan Penguasa Berantas Narkoba
Oleh : Dewi Murni (Praktisi Pendidikan, Aktivis Dakwah Pena, Balikpapan)
Kawasan Gunung Bugis di Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Baru Ulu, Balikpapan Barat (Balbar) menjadi perhatian serius dari aparat Kepolisian. Ini sebagai tindak lanjut atas terungkapnya warung sabu-sabu di kawasan tersebut.
Kapolresta Balikpapan, Kombes Pol Turmudi membenarkan hal itu. Menurutnya, belum lama ini Direktorat Resnarkoba Polda Kaltim mengungkap warung sabu-sabu di Gunung Bugis. Enam orang ditangkap dalam pengungkapan itu.
Usai pengungkapan tersebut, jajaran Polresta Balikpapan bersama TNI dan instansi Pemkot Balikpapan menyambangi warung sabu-sabu yang dimaksud, pada Kamis (9/1/2020). Di sana mereka melakukan penggeledahan (http://kapefm.com).
Lagi, dan masih berlanjut kisah dramatis negeri ini yang membuat masa depan bangsa pesimis. Apalagi kalau bukan soal narkoba yang belum usai hingga tuntas. Kian tahun berganti, kian membuat hati teriris. Kasus demi kasus silih berganti terpajang pada pemberitaan, baik cetak maupun eletronik. Sebenarnya telah banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah demi memberantas narkoba. Misalnya sosialisasi, edukasi, razia hingga penetapan hukum sanksi. Namun, semua itu tidak membawa perubahan berarti, sekalipun hukuman mati ditetapkan sebagai salah satu sanksinya. Jadi, apakah selama ini penguasa tidak serius menangani kasus narkoba?
Ada satu hal mendasar yang selama ini luput dari perhatian. Sehingga menyebabkan masalah narkoba tak kunjung usai. Yang ada semakin memprihatinkan. Apakah itu? sistem aturan kehidupan yang menyelimuti manusia. Selama ini sistem aturan kehidupan yang mengikat individu, masyarakat dan negara masih bertumpu pada ideologi kapitalisme sekuler. Sebuah paham yang mengejar duniawi semata (materi/manfaat) dan memisahkan perkara agama dari perkara dunia. Adanya pola pikir sekuler yang menyebabkan seseorang krisis keimanan. Tak paham mana halal dan haram. Tak peduli dosa atau pahala, yang penting saya senang, perut kenyang. Akhirnya narkoba menjadi alternatif solusi bagi manusia-manusia rapuh tersebut. Padahal islam secara tegas mengharamkan segala hal yang memabukkan termasuk narkoba. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah ra:
“Rasulullah saw. melarang setiap zat yang memabukkan dan menenangkan” (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Pola pikir kapitalisme sekuler yang berstandar pada materi atau manfaat belaka, menjadikan narkoba sebagai peluang besar berbau rupiah. Permintaan yang banyak dan harga yang terbilang wah, tentu ini sangat menggiurkan di tengah susahnya perekoniman masa kini. Apalagi di zaman globalisasi saat ini semua akses begitu mudah dijangkau. Peredaran narkoba bisa menembus jaringan internasional.
Adapun soal sanski kurang tegas dan tidak memberikan efek jera. Malah sebagian mendapatkan keringanan hukuman. Dengan dalih hak asasi manusia, vonis hukuman mati bisa dibatalkan. Kalaupun ada yang dieksesuki, jauh dari pemberitaan. Masyarakat hampir tidak mengetahuinya. Alhasil, efek jera tidak mampu dirasakan.
Lebih-lebih lagi tempat-tempat yang berpotensi terjadi penyaluran narkoba seperti tempat hiburan malam, lokalisasi, dibiarkan marak begitu saja. Lapangan pekerjaan masih begitu sulit dijangkau. Pendidikan masih tidak didasari nilai-nilai akidah. Bukankah ini terkesan tidak serius menangani narkoba? Ah, untuk apa bertanya. Selama suatu hal memberikan manfaat pada siapapun, termasuk negara, maka ia tidak boleh dilarang. Itulah wataknya kapitalisme. Contoh di luar pembahasan ini adalah lokalisasi. Sekalipun telah jelas dalam Alquran dinyatakan haram karena perbuatan zina, namun selama memberikan keuntungan materi bagi masyarakat dan negara, maka sebisa mungkin dipertahankan. Sama halnya dengan narkoba, selama ia memberikan manfaat, selama itupula ia akan dibiarkan dan bahkan difasilitasi. Tak perlu heran, memang begitulah peran negara dalam sistem kapitalisme sekuler, sebagai regulator bagi para kapital.
Demikian dampak sistem rusak merusak dari paham kapitalisme sekulerisme. Memperbaiki umat dalam rangkulan paham tersebut bagaikan menegakkan benang yang basah. Alih-alih memberantas narkoba, kapitalisme sekuler justru merangkul baik narkoba. Maka, membersihkan kota hingga negara dari narkoba tidak cukup hanya menggelar razia semata, sebab problem tersebut bukan masalah individu semata melainkan masalah bersifat sistemik. Butuh perubahan sistem secara menyeluruh.
Hanya pada islamlah yang tidak menyampingkan perkara agama dalam kehidupan. Justru segala bidang kehidupan tersentuh dengan hukum-hukum Allah yang begitu kental dengan suasana keimanan. Menciptakan kesadaran takwa pada level individu, masyarakat dan negara. Perhatian setiap pihak bertumpu pada halal haram, bukan lagi manfaat belaka. Meninggalkan sistem kapitalisme dan kembali pada segenap sistem aturan kehidupan berstandar islam kaafah adalah sebuah kewajiban, dan solusi atas segala probematika umat.
*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- DPRD Berau Soroti Peredaran Narkoba di Berau, Harap Masyarakat Turut Andil Bantu Kinerja Polisi
- Rudy Mas'ud bersama Influencer Samarinda Gaungkan Spirit Berolahraga Demi Cegah Penyalahgunaan Narkoba
- Operasi Antik Polres Berau Ungkap 17 Kasus, 19 Tersangka Dijebloskan ke Penjara
- Kasat Lantas Berau Ditabrak Pemotor, Pelaku Positif Miras dan Narkoba
- Kemlu Ungkap 165 WNI Terancam Hukuman Mati di Luar Negeri, Ini Penyebabnya