Daerah

Otorita Rencana Batasi Penduduk IKN Hanya 2 Juta, Bagaimana Pendapat Warga Setempat?

Fitriwahyuningsih — Kaltim Today 22 Februari 2024 10:53
Otorita Rencana Batasi Penduduk IKN Hanya 2 Juta, Bagaimana Pendapat Warga Setempat?
Titik Nol Nusantara. 

Kaltimtoday.co, Penajam - Bagi sebagian warga yang bermukim di Kecamatan Sepaku, yang merupakan lokasi pembangunan IKN Nusantara, pernyataan Kepala Badan Otorita IKN, Bambang Susantono, soal pembatasan penduduk di IKN menghadirkan kekhawatiran. Mereka khawatir, penduduk setempat, yang sejak bertahun-tahun, bahkan bergenerasi tinggal di Kecamatan Sepaku, tidak akan termasuk dua juta penduduk tersebut. 

‘’Tentu kami khawatir tidak masuk dalam dua juta itu. Apalagi kalau ada standar tinggi ditetapkan pemerintah. Kami yang selama ini tinggal di kampung bisa apa,’’ kata Elinawati (37) warga Kelurahan Pemaluan, Kecamatan Sepaku. 

Elis sudah bermukim di sekitar IKN sejak kecil. Perempuan berusia 37 tahun ini bahkan merupakan masyarakat adat Paser. Diketahui, suku Paser adalah suku asli yang mendiami sejumlah wilayah di sekitar IKN, selain juga ada suku Balik. 

Elis mengatakan, bila pemerintah merancang IKN hanya dihuni sekitar 2 juta penduduk, dia berharap agar warga setempat, terutama masyarakat adat termasuk di dalamnya. Jangan sampai warga yang telah mendiami wilayah itu justru ‘’tersingkir’’ atau bahkan terpinggirkan dari kawasan yang selama ini merupakan kampung mereka. 

‘’Kalau dibatasi, harapannya warga yang memang sudah turun temurun tinggal di situ (wilayah IKN) diakomodir, bukan malah tersingkir,’’ katanya ketika berbincang dengan kaltimtoday.co, Selasa (20/2/2024) siang.

Namun dengan kondisi masyarakat saat ini, dan bagaimana pemerintah memperlakukan mereka selama proses pembangunan IKN, sejatinya Elis sangsi keberadaan mereka bakal diakomodir dengan baik oleh pemerintah. 

Dia khawatir masyarakat justru tersingkir dengan sendirinya. Sebab, ruang hidup yang selama ini diakrabi warga kini berganti. Tak ada lagi hutan, perkebunan, sungai, dan laut yang selama ini mereka akrabi. 

Belum lagi kehidupan perkampungan masyarakat di sekitar IKN yang kelak dipaksa beradaptasi dengan standar kota rancangan pemerintah. Bisa jadi warga setempat kelak menjadi tak relevan dengan ‘’kampungnya’’. 

‘’Bisa jadi tidak diusir. Cuma warga kampung yang selama ini hidup dalam perkampungan dipaksa masuk dalam gaya hidup di IKN, mereka tidak terbiasa. Ujungnya kan tersingkir dengan sendirinya,’’ sebut ibu dengan 4 anak ini.

Warga lain, Arman Jais (38) mengatakan, dia tak keberatan dengan rencana Otorita membatasi penduduk di IKN. Bahkan ia mendukung rencana itu. Sebab menurutnya itu bank agar tak terjadi kelebihan populasi, kemacetan, dan meminimalisir potensi gesekan antara penduduk setempat dengan pendatang. Namun ia menggarisbawahi, jangan sampai Otorita mengusir warga yang lebih dulu mendiami wilayah sekitar IKN. ‘’Kalau sampai terusir, maaf saja, kami akan melawan,’’ tegasnya. 

Selain itu, Selain itu, ia menegaskan, jangan sampai keberadaan IKN dan penduduk baru mengganggu ruang hidup warga setempat. 

Diberitakan sebelumnya, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara atau OIKN Bambang Susantono, menyebut, jumlah penduduk di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara tidak akan lebih dari 2 juta penduduk. Menurut Bambang, pembatasan itu diperlukan agar tidak terjadi over capacity seperti yang terjadi di kota-kota besar Indonesia. 

"Yang menarik, ini (lKN) 4 kali luas Jakarta tapi penduduknya paling 2 juta. Kenapa? Kita enggak mau mengulangi apa yang terjadi kota-kota di Indonesia yang over capacity. Over dari kapasitas lingkungan dan sumber daya yang ada untuk memenuhi hidup yang baik," ujar Bambang dalam Seminar Masa Depan Pasca IKN yang dipantau secara daring dari YouTube Pemprov DKI Jakarta pada Sabtu, 17 Februari 2024, sebagaimana dilansir dari Tempo.co. 

Bambang mengatakan, OIKN berupaya membangun IKN sebagai kota yang layak huni dan dicintai masyarakatnya. Untuk mewujudkannya, kata Bambang, OIKN belajar dari Finlandia, negara yang disebut paling bahagia di dunia. Di Finlandia, kata Bambang, masyarakatnya bahagia karena lingkungannya nyaman. 

Menurut Bambang, di Finlandia, masyarakatnya lebih banyak berjalan kaki karena konsep kotanya memang didesain memudahkan masyarakat berjalan kaki. Ia juga menyebut, polusi udara di Finlandia sangat rendah. Ia membandingkan dengan Jakarta. "Indeks air polusinya (Finlandia) 30. Jakarta berapa? Tembus sekitar 160-an," kata dia.  

[RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya