Entertainment

Rekam Jejak Film Terbaik Pilihan FFI dalam 10 Tahun Terakhir, Siapa Jawaranya Tahun Ini?

Kaltim Today
13 November 2025 11:09
Rekam Jejak Film Terbaik Pilihan FFI dalam 10 Tahun Terakhir, Siapa Jawaranya Tahun Ini?
Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024. (festivalfilm.id)

Kaltimtoday.co - Selama satu dekade terakhir, Festival Film Indonesia (FFI) menjadi ajang bergengsi yang menandai perkembangan sinema tanah air. Setiap tahunnya, penghargaan untuk kategori Film Terbaik (Best Picture) selalu dinantikan, bukan hanya oleh para tim kreatif, melainkan turut mengundang perhatian publik.

Dilansir dari media vbiz.co.id, film-film yang berhasil membawa pulang piala tersebut tentu punya cara masing-masing untuk menunjukkan kualitas sinema Indonesia. Sebelum menyambut resmi pemenang di tahun ini, mari mengintip kembali deretan film terbaik FFI dalam sepuluh tahun terakhir yang telah mewarnai perjalanan perfilman Indonesia.

2015 – Siti (dir. Eddie Cahyono)

Stream: Netflix

Film Siti (2014) mengisahkan tentang perjuangan seorang perempuan muda bernama Siti yang harus menanggung beban keluarga setelah suaminya lumpuh akibat kecelakaan. Demi memenuhi kebutuhan hidup, ia berjualan kerupuk udang pada siang hari dan bekerja sebagai pemandu karaoke di malam hari.

Melalui kisahnya yang sederhana namun menyentuh, Siti menyoroti keteguhan seorang perempuan dalam menghadapi tekanan ekonomi dan sosial di tengah kerasnya kehidupan pesisir.

2016 – Athirah (dir. Riri Riza)

Stream: Netflix

Film Athirah (2016) diadaptasi dari novel karya Alberthiene Endah yang terinspirasi dari kisah nyata ibu dari Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla. Berlatar di Makassar pada tahun 1960-an, film ini mengisahkan Athirah, seorang perempuan Bugis yang harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya menikah lagi. Dalam keterpurukannya, Athirah tetap tegar membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih dan keteladanan.

Dengan narasi yang hangat dan sinematografi yang lembut, film ini menyoroti kekuatan seorang ibu serta nilai-nilai ketabahan dan keikhlasan dalam budaya Bugis.

2017 – Night Bus (dir. Emil Heradi)

Stream: -

Film Night Bus (2017) diadaptasi dari cerita pendek berjudul Selamat karya Teuku Rifnu Wikana. Berlatar di sebuah kota fiktif bernama Sampar, film ini mengikuti perjalanan sebuah bus malam yang membawa penumpang dari daerah konflik menuju tempat yang lebih aman. Namun, perjalanan tersebut berubah menjadi mencekam ketika bus dicegat oleh kelompok bersenjata, yang mengharuskan para penumpang berjuang untuk bertahan hidup di tengah situasi penuh ketegangan.

Night Bus menyajikan kritik sosial dan potret suram tentang konflik, kemanusiaan, serta harapan yang nyaris padam di tengah kekacauan perang.

2018 – Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak (dir. Mouly Surya)

Stream: Netflix

Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) berlatar di daratan Sumba yang tandus. Berfokus pada kisah Marlina, seorang janda yang harus menghadapi perampokan dan kekerasan di rumahnya sendiri. Setelah membunuh salah satu pelaku untuk membela diri, ia melakukan perjalanan panjang menuju kantor polisi sambil membawa kepala si penjahat sebagai bukti.

Film ini memadukan unsur drama, thriller, dan western dengan sentuhan khas Indonesia, menampilkan kekuatan perempuan yang berani melawan ketidakadilan. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil mendapat pujian luas, baik di dalam maupun luar negeri.

2019 – Kucumbu Tubuh Indahku (dir. Garin Nugroho)

Stream: Netflix

Film Kucumbu Tubuh Indahku (2019) berkisah tentang Juno, seorang penari lengger laki-laki dari sebuah desa di Jawa yang tumbuh dalam lingkungan penuh kekerasan dan penolakan. Melalui tarian, Juno menemukan jati diri dan kebebasan untuk mengekspresikan tubuh serta emosinya.

Dengan gaya penceritaan yang puitis dan sinematografi yang artistik, Kucumbu Tubuh Indahku menyoroti isu identitas, tubuh, serta batas antara maskulinitas dan feminitas.

2020 – Perempuan Tanah Jahanam (dir. Joko Anwar)

Stream: Netflix

Film Perempuan Tanah Jahanam (2019) mengisahkan tentang Maya, seorang perempuan muda yang bersama sahabatnya, Dini, kembali ke desa kelahirannya setelah mengetahui bahwa ia mungkin memiliki warisan keluarga di sana. Namun, kedatangannya justru membuka rahasia kelam masa lalu yang melibatkan kutukan, dendam, dan kekejaman yang telah diwariskan turun-temurun.

Dengan atmosfer mencekam dan narasi yang penuh simbolisme, Perempuan Tanah Jahanam menampilkan horor psikologis khas Joko Anwar yang kuat secara visual maupun tematik.

2021 – Penyalin Cahaya (dir. Wregas Bhanuteja)

Stream: Netflix

Film Penyalin Cahaya (2021) berpusat pada Sur, seorang mahasiswi yang kehilangan beasiswanya setelah foto dirinya dalam keadaan mabuk tersebar di media sosial. Bersama sahabatnya, Amin, Sur berusaha mengungkap kebenaran di balik kejadian malam itu dan mencari keadilan atas kekerasan yang menimpanya.

Penyalin Cahaya menghadirkan kritik tajam terhadap budaya patriarki, kekuasaan kampus, dan sikap masyarakat terhadap korban kekerasan seksual. Dengan gaya sinematografi yang realistis dan naskah yang kuat, film ini mendapat pujian luas dan berhasil menyapu 12 Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021, termasuk untuk kategori Film Cerita Panjang Terbaik.

2022 – Before, Now, & Then (dir. Kamila Andini)

Stream: Prime Video

Film Before, Now & Then (Nana) (2022) mengambil latar di Jawa Barat pada era 1960-an. Mengikuti kisah Nana, seorang perempuan yang tampak hidup bahagia bersama suaminya, tetapi diam-diam menyimpan luka masa lalu akibat kehilangan keluarga dan kekasihnya dalam kekacauan politik. Kehidupannya mulai berubah ketika ia bersahabat dengan Ino, perempuan muda yang ternyata juga memiliki hubungan dengan suaminya.

Dengan gaya visual yang lembut, Before, Now & Then mengeksplorasi tema kesepian, keteguhan perempuan, serta upaya menemukan kedamaian di tengah trauma masa lalu.

2023 – Women from Rote Island (dir. Jeremias Nyangoen)

Stream: Netflix

Film Women from Rote Island (2023) berpusat pada Martha, seorang perempuan dari Pulau Rote yang berjuang melawan kekerasan dalam rumah tangga dan tekanan sosial di lingkungannya. Setelah mengalami kekerasan dari suaminya, Martha memutuskan untuk mencari keadilan dan memulihkan harga dirinya di tengah budaya patriarki yang kuat.

Dengan pendekatan dokumenter-fiksi dan nuansa lokal yang kental, Women from Rote Island menampilkan potret perempuan Nusa Tenggara Timur yang berani melawan ketidakadilan. Film ini mendapat pujian karena keberaniannya mengangkat isu kekerasan terhadap perempuan secara jujur dan sensitif.

2024 – Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (dir. Yandy Laurens)

Stream: Netflix

Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023) mengikuti Bagus, seorang penulis skenario yang ingin memperbaiki hubungan masa lalunya dengan Hana, mantan istrinya. Dalam usahanya menulis kisah baru tentang cinta dan perpisahan, Bagus justru menghadapi kenyataan bahwa kehidupan nyata tidak selalu seindah skenario film yang ia ciptakan.

Dengan pendekatan yang hangat dan reflektif, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film menghadirkan perpaduan romansa dan drama yang menyentuh, dibalut dialog sederhana namun emosional.

Itulah film-film terbaik pilihan FFI dalam sepuluh tahun terakhir. Di tahun ini, beberapa judul yang akrab di telinga publik pun telah dikonfirmasi oleh FFI 2025 dalam siaran yang berlangsung di Gedung Produksi Film Negara (10/19), yang salah satunya adalah film animasi yang menarik banyak hati, Jumbo (dir. Ryan Adriandhy).

Jumbo akan bersaing dengan film-film lain yang turut menghadirkan kualitas epik dan pantas untuk dirayakan. Khalayak sangat menantikan film mana yang akan dinobatkan sebagai yang terbaik di tahun ini. Dalam laman resmi Festival Film Indonesia, Malam Anugerah FFI sendiri akan dijadwalkan mengudara pada 20 November 2025 mendatang.

[AINA]



Berita Lainnya