Lipsus

Menu MBG di Samarinda Diprotes Siswa: Bau, Basi, hingga Berulat

Kaltim Today
14 September 2025 10:56
Menu MBG di Samarinda Diprotes Siswa: Bau, Basi, hingga Berulat
Potret pelajar SMA di Samarinda tengah menikmati makan bergizi gratis (MBG). (Istimewa)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Samarinda menuai kritik setelah sejumlah siswa mengaku menerima menu dengan lauk berbau, sayur berulat, bahkan ada yang diduga menyebabkan sakit. Alih-alih membuka ruang evaluasi, pihak sekolah meminta siswa untuk tidak membicarakan persoalan ini di media.


SEJUMLAH pelajar di SMA Negeri 13 Samarinda terheran-heran kala membuka menu makan bergizi gratis (MBG) yang mereka terima Agustus 2025 lalu. Alih-alih menerima makanan sehat dan bergizi seperti yang dijanjikan pemerintah, yang siswa hadapi hari itu bak api jauh dari panggangan: makanan mereka justru berbau tak sedap dan basi.

Salah seorang siswa, sebut saja M, mengaku pernah mendapati lauk ayam dalam menu MBG miliknya berbau tak sedap. Beberapa kawannya bahkan mendapati lauk ayam sudah basi dan praktis tak layak untuk dikonsumsi.

“Waktu itu pas lauknya ayam, ada beberapa yang mau basi dan ada juga yang dapat sudah basi,” katanya ketika berbincang dengan Kaltim Today belum lama ini.

Pelajar lain, D, juga mendapati hal serupa. Lauk ayam yang diterimanya berbau tak sedap, bikin mual. Tak mau ambil risiko terhadap kesehatannya sendiri, D dan sejumlah kawannya memilih tidak mengkonsumsi menu MBG yang diterimanya hari itu. Menurutnya, lebih baik tak mengkonsumsi makanan itu ketimbang kesehatan sendiri menjadi taruhan.

“Kalau sampai basi banget atau berulat, saya pribadi belum pernah dapat. Tapi teman-teman ada yang cerita,” katanya kepada Kaltimtoday.co, Jumat (12/9/2025).

Kesaksian tak berhenti di sini. Masih dari SMA Negeri 13 Samarinda, A-- juga bukan nama sebenarnya--, bukan sekadar mendapati menu MBG yang tak layak konsumsi. Salah seorang kawannya bahkan diduga mengalami muntaber usai mengkonsumsi MBG dari sekolah. Kawannya yang lain juga sempat mendapati ulat di sayur capcay mereka.

Temuan lauk berbau tak sedap, basi, ulat di menu sayur capcay, hingga siswa yang mengalami muntaber setelah konsumsi MBG, sempat membuat satu sekolah heboh. Mereka kaget, kasus MBG bermasalah seperti yang terjadi di daerah lain rupanya bukan pepesan kosong. Persoalan ini nyata, dan sayangnya, menimpa sekolah mereka SMA Negeri 13 Samarinda.

Namun, alih-alih menyampaikan persoalan ini secara terbuka guna mendorong perbaikan dan perhatian seluruh pihak, sekolah justru meminta siswa mereka untuk tidak berbicara, minta persoalan ini tak diumbar ke mana-mana apalagi memviralkannya ke sosial media. Ini juga jadi alasan kami di Kaltim Today menyamarkan nama seluruh siswa yang menjadi narasumber dalam tulisan ini. Redaksi menyamarkan nama narasumber karena mereka masih pelajar.

Salah seorang siswa di SMA Negeri 13 Samarinda disebut sempat ingin merekam temuan ulat di sayur capcay MBG. Pihak sekolah yang mengetahui hal tersebut sontak melarang muridnya mempublikasi apapaun terkait temuan MBG, kendati kondisinya membahayakan. Pihak sekolah menyebut persoalan ini tak perlu sampai diketahui pihak luar.

"Memang ada guru yang bilang jangan diumbar-umbar kalau ada makanan basi atau ada ulat,” kata A.

Siswa Mengeluh MBG Basi, Sekolah Imbau Tidak Disiarkan ke Medsos

Menu MBG di SMAN 13 Samarinda, terdiri dari nasi putih, tahu goreng, ayam katsu, salad wortel dan kol, serta buah kelengkeng.
Menu MBG di SMAN 13 Samarinda, terdiri dari nasi putih, tahu goreng, ayam katsu, salad wortel dan kol, serta buah kelengkeng. (Istimewa)

KEPALA Sekolah SMA Negeri 13 Samarinda Jarnuji Umar mengatakan program MBG sejatinya sangat membantu siswa mereka. Terlebih, sebagaimana instruksi pemerintah pusat, menu MBG diyakini sudah memenuhi kandungan gizi 4 sehat 5 sempurna.

"Sebelum ada program ini ada siswa atau siswi yang pingsan karena mungkin belum sarapan, jadi menurut kami program ini cukup baik,” sebutnya.

Ditanya terkait temuan dan aduan siswa soal menu MBG berbau tak sedap, basi, dan ditemui ulat dalam sayur, Jarnuji Umar mengakui memang sempat ada persoalan dalam menu yang disajikan. Namun menurutnya, walau beberapa memang ditemui sempat nyaris basi, tapi sekolah mengklaim makanan tersebut masih laik konsumsi.

“Pada saat itu di bagian sayur tumisnya, tapi masih layak makan, kan bisa saja sayurnya tidak dimakan,” ujarnya.

Temuan kasus itu, yang terjadi pada Agustus, langsung pihaknya lanjutkan ke pihak penyedia MBG. Khusus untuk SMA Negeri 13 Samarinda, penyedianya ialah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sungai Pinang. Jarnuji Umar juga mengakui pihak sekolah meminta siswa tak mempublikasi persoalan ini. Menurutnya, bila ada persoalan dalam MBG, langsung disampaikan ke penyedia tanpa harus ribut di media sosial.

“Langsung kami sampaikan supaya bisa jadi bahan evaluasi dan tidak terulang kembali, yang penting itu kan disampaikan jangan berkoar-koar di medsos atau gimana,” katanya.

SPPG Sungai Pinang Akui Menu MBG Sempat Bermasalah

SPPG Sungai Pinang
Mobil SPPG Sungai Pinang saat mengambil kembali ompreng MBG di SMA Negeri 2 Samarinda. (Redaksi Kaltimtoday.co)

SEJUMLAH siswa di SMA Negeri 13 mengeluh soal menu MBG mereka yang tak layak konsumsi. Dari hasil penelusuran redaksi, persoalan sama rupanya pernah dialami juga di SMA Negeri 2 Samarinda. Kedua sekolah ini menerima MBG dari sumber yang sama: SPPG Sungai Pinang.

Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sungai Pinang, Zidan menjelaskan pihaknya dalam mengelola produksi makanan untuk program MBG dilakukan secara pribadi atau tidak melalui katering.

Khusus di tingkat Sekolah Menengah Atas pihaknya membawahi 2 lembaga pendidikan, yaitu SMA Negeri 13 dan SMA Negeri 2 Samarinda. 

Ditanya terkait temuan lauk basi yang dihidangkan untuk siswa dan siswi SMA Negeri 13 Samarinda, secara terbuka Zidan mengakui hal tersebut. Usai mendapat laporan menu tak laik, Zidan mengaku pihaknya segera berkoordinasi dengan pihak sekolah.

Zidan bilang, persoalan di menu MBG itu karena terjadi kelalaian di dapur, kendati ia tak mau menjelaskan detil jenis kelalaian yang dilakukan. Namun dia mengaku telah memberikan teguran lisan kepada petugas yang bersangkutan.

“Iya benar tentunya itu menjadi catatan kami supaya ke depan tidak terulang,” akunya. 

Bagaimana Sebenarnya SOP Penyediaan MBG?

PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG) di Samarinda berjalan secara bertahap. Setiap  Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berusaha menerapkan prosedur ketat dan menjaga segalanya higienis. Ini demi menghindari risiko keracunan makanan.

Melalui pantauan di Kantor SPPG Loa Janan Ilir, Rabu (11/9/2025) setiap harinya memproduksi sebanyak 3.513 porsi makanan, yang dibagikan untuk seluruh pelajar di 12 sekolah wilayah tersebut.

"Saya selalu mengingatkan seluruh tim agar menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan menjaga kebersihan, terutama saat mencuci sayur dan lauk-pauk. Karena kami menyediakan makanan untuk anak sekolah, kebersihan menjadi hal yang sangat penting agar terhindar dari keracunan makanan," tegas Ahli Gizi SPPG Loa Janan Ilir, Tia Rahma.

Lebih lanjut, Produksi makanan dimulai pada pukul 12 malam. Pihaknya sudah mulai mempersiapkan bumbu-bumbu sebelum memasak.

"Mulai pukul 1 dini hari, proses memasak lauk hewani, lauk nabati, dan sayur pun dimulai. Namun, untuk sayur dimasak secara terpisah, yaitu mulai sekitar pukul 3 subuh," ucapnya.

Proses memasak tidak dilakukan sekaligus. Untuk semua jenis lauk dan sayur, diproses  secara bertahap. Tahap pertama adalah memasak sayur pada pukul 3 subuh, sedangkan lauk hewani mulai dimasak sejak pukul 1 dini hari.

"Setelah selesai, makanan kemudian diporsikan dan biasanya siap untuk disajikan sekitar pukul 4 subuh," ujarnya.

Adapun petugas yang akan mencicipi makanan, sebelum didistribusikan ke para siswa. Hal ini bertujuan untuk memastikan makanan aman untuk dikonsumsi.

"Biasanya, saya mencicipi bersama dengan penanggung jawab dapur. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas rasa dan kebersihan makanan," bebernya.

Ia juga memastikan alat masak dana seluruh peralatan dicuci sebelum dan sesudah digunakan.

"Produksi makanan kami mencakup 12 sekolah dengan total penerima manfaat sekitar 3.513 siswa," tutupnya.

Keluhan Pelajar Soal Makanan MBG di Samarinda, Pemprov Kaltim Janji Evaluasi

Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji.
Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji. (Dok Pemprov Kaltim)

WAKIL Gubernur Kaltim Seno Aji, angkat bicara mengenai keluhan pelajar SMA di Samarinda terhadap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Diketahui, sejumlah siswa di SMA Negeri 13 Samarinda mendapati menu MBG yang mereka terima pada Agustus 2025 lalu berbau tak sedap, basi, dan diduga terkontaminasi ulat. 

"Terima kasih atas laporannya. Kami terus menekankan kepada semua dapur yang ada di Kalimantan Timur untuk memperhatikan aspek higienis dan masa kedaluwarsa bahan makanan," sebut Seno ketika dikonfirmasi, Sabtu (13/9/2025) siang. Seno berjanji akan mengkoordinasikan persoalan ini langsung ke Badan Gizi Nasional (BGN) dan SPPG, serta melakukan pengecekan lapangan lebih lanjut.

"Memang saya belum mendapatkan laporan resmi terkait hal ini, tapi segera akan kami tindaklanjuti bersama tim SPPG," janjinya.

Selain itu, Seno juga meminta agar sekolah tak perlu menutup-nutupi bila terjadi persoalan dalam pelaksanaan program MBG. Persoalan tak perli ditutupi, namun seluruh pihak harus segera melakukan  evaluasi secara total. Ini guna memastikan pelaksanaan MBG di Kaltim kedepannya berjalan baik. Menu makanan yang diterima anak-anak benar-benar dalam keadaan baik, sehat, dan bergizi.

"Memang benar, seharusnya ini menjadi evaluasi. Tidak ada yang perlu disembunyikan. Kemungkinan kondisi basi itu terjadi karena pengemasan di ombreng yang dilakukan ketika makanan masih panas, lalu langsung dikirim sehingga terjadi penurunan kualitas. Hal seperti ini harus segera dievaluasi agar tidak terulang," tegasnya.

Sementara itu, Plt. Kepala Disdikbud Kaltim, Armin memberikan tanggapan terkait temuan makanan yang terindikasi dalam program MBG di SMAN 13 Samarinda. Ia mengaku belum mendapat laporan dari kepala sekolah terkait.

Mendengar hal itu, Armin menilai bahwa temuan tersebut menjadi atensi khusus dalam program MBG di Kaltim.

"Kami ingin anak anak kita mendapatkan makanan yang bagus dan baik, supaya mereka bisa semangat belajarnya," ujarnya.

Disdikbud Kaltim berniat untuk mengkoordinasikan temuan itu kepada BGN atau SPPG wilayah setempat.

"Nanti kami koordinasikan ke pihak yang berkaitan. Karena sebetulnya Disdikbud tidak masuk dalam ranah MBG, kami hanya bisa koordinasi programnya, masalah makanan tidak masuk disitu," jelasnya.

Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Makanan Basi

Dosen Unmul, Jamil

Ahli gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman, Jamil Anshory. (Istimewa)

MAKANAN basi bukan sekadar soal rasa, tapi juga bisa mengancam kesehatan siswa. Ahli Gizi Universitas Mulawarman (Unmul), Jamil Anshory, menegaskan hal itu menyusul temuan makanan berbau tak sedap di SMA Negeri 13 Samarinda.

Menurut Jamil, makanan yang cepat basi umumnya dipicu oleh sejumlah faktor. Mulai dari bahan baku yang tidak layak, kebersihan dapur yang kurang terjaga, hingga jarak waktu antara memasak dan penyajian yang terlalu lama.

“Bisa jadi karena kontaminasi mikroba. Itu sering terjadi akibat sanitasi yang kurang baik, peralatan yang tidak bersih, atau lingkungan dapur yang tidak higienis,” jelas Jamil, Jumat (12/9/2025).

Ia menambahkan, sejatinya sudah ada standar operasional prosedur (SOP) keamanan pangan yang mengatur pemilihan bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi makanan MBG. Hanya saja, bila berkaca dengan daerah lain, pelaksanaan di lapangan kerap tak konsisten dengan SOP.

"SOP-nya sudah bagus, tapi kalau tidak dijalankan, risiko kontaminasi tetap besar,” ujarnya.

Idealnya, kata Jamil, makanan matang hanya bertahan maksimal dua jam pada suhu ruang sebelum dikonsumsi. Dalam kondisi tertentu, bisa bertahan hingga enam jam, tergantung jenis dan cara penyimpanannya.

“Kalau lebih dari itu, risiko basi makin tinggi. Apalagi jika disimpan dalam kondisi masih panas lalu ditutup rapat, karena akan menimbulkan embun dan mempercepat pembusukan,” kata dosen dari Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman ini.

Dari sisi kesehatan, Jamil menjelaskan dampak jangka pendek konsumsi makanan basi dapat berupa mual, muntah, dan diare. Jika berulang, bisa mengganggu penyerapan gizi, menurunkan imunitas, bahkan berdampak serius pada tumbuh kembang anak. “Kalau berlanjut, dehidrasi berat bisa terjadi, dan dalam kasus parah bisa mengancam nyawa,” tegasnya.

Ia menilai kasus MBG yang bermasalah di sekolah mestinya segera ditindaklanjuti. Evaluasi mesti dilakukan untuk mencegah peristiwa serupa terulang. “Kalau ada kasus seperti ini, sebaiknya jangan ditutupi supaya bisa jadi bahan evaluasi. Karena ini menyangkut masa depan anak-anak," jelasnya.

Jamil pun mendorong pihak sekolah maupun pemerintah untuk memperketat pengawasan makanan di sekolah. Ia menyarankan adanya pemeriksaan berlapis, mulai dari kualitas bahan baku, proses memasak, hingga penyajian.

“Jangan hanya mengecek di akhir. Pengawasan harus dari awal sampai makanan diterima siswa, kalau bisa triple checking supaya kasus seperti ini tidak terulang,” tandasnya.

[TIM REDAKSI]


(*) Redaksi Kaltimtoday.co membuka kanal pelaporan bagi siswa, orang tua, maupun masyarakat terkait kualitas makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Laporan dapat dikirimkan melalui email redaksi di [email protected] atau DM Instagram .com/kaltimtoday.co


Berita Lainnya