Opini

Teknologi Mengancam Ideologi Indonesia

Kaltim Today
18 Desember 2023 08:16
Teknologi Mengancam Ideologi Indonesia

Oleh: Fitri (Mahasiswa Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada)

Globalisasi bukanlah gagasan yang baru lahir, namun kemunculnya dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Para pendukung globalisasi berpendapat bahwa terdapat kekuatan yang tak tertahankan dalam globalisasi yang mampu menggulingkan despotisme, membebaskan individu, melemahkan pemajakan dan memperkaya yang menyentuhnya.

Sedangkan para penentang berpendapat bahwa benar adanya kekuatan globalisasi tidak tertahankan namun juga tidak diinginkan. Hal tersebut dikarenakan globalisasi dianggap akan memiskinakan kelompok masyarakat, menghancurkan budaya, memperlemah demokrasi, menghancurkan lingkungan dan terdapat keserakahan (Wolf, 2007).  

Giddens (1999) menyatakan, globalisasi merupakan kekuatan besar yang mengubah aspek kontemporer dari masyarakat, politik dan ekonomi. Sehingga dengan demikian definisi globalisasi menjadi semakin luas tanpa batas dan tak bisa dijelaskan. Kontribusi pada proses globalisasi membentuk manusia dan kehidupan yang semula tersekat batas-batas wilayah yang kaku menjadi lentur dan terbuka(Hermawanto, Ariesani, 2020).

Globalisasi mampu memberikan pengaruh terhadap tatanan masyarakat dan tak kenal batas wilayah (Yudhanegara dalam (Julianty et al., 2022). Indonesia sebagai negara berkembang merupakan objek yang dipengaruhi. Sehingga negara-negara maju bersaing menyebarluaskan pengaruhnya melalui produk globalisasi yaitu perkembangan teknologi informasi.

Proses globalisasi tidak lepas dari perkembangan teknologi dalam berbagai bidang seperti telekomunikasi, internet, transpotasi dan digital yang mempengaruhi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga akselerasi dan terobosan perkembangan teknologi tidak mungkin untuk dihentikan (Hermawanto, Ariesani, 2020). 

Pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi telah meningkatkan berbagai permintaan layanan telekomuniksi global, sehingga berdampak pada pertumbuhan komunikasi. Perkembangan industri telekomunikasi telah membawa sebuah era transformasi digital sehingga menghubungkan segala bidang dalam sebuah jaringan internet.

Dampak revolusi di bidang telekomunikasi dan informasi sangat dirasakan secara luas. Perkembangan telekomunikasi sebagai proses era digitalisasi. Inovasi yang diciptakan di berbagai bidang telekomunikasi mendapatkan  keuntungan digitalisasi sekaligus mengamankan manfaat transformasi digital untuk pemerintahan, industri dan mayarakat. Hal tersebut dibuktikan dari kenaikan data seluler menjadi 400 kali lipat dan telah berkontribusi dalam kegiatan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran teknologi memberi dampak positif seperti kemudahan dalam mengakses informasi dan ilmu pengetahun. Namun, disisi lain juga menghadirkan dampak negatif yaitu menjadi ancaman dan tantangan terhadap keberadaan identitas lokal. Generasi muda cendrung mengikuti budaya yang tidak sesuai dengan budaya lokal seperti cara berpakaian, berbicara, beretika dan bergaul. 

Seluruh lapisan lokal harus menerima kenyataan bahwa globalisasi merupakan sebuah virus yang berpengaruh buruk pada pudarnya eksistensi budaya lokal. Indonesia saat ini merespon budaya asing dengan dogma Parrot Pattern yang di sampaikan oleh Paul yaitu perilaku menyerap secara keseluruhan budaya asing tanpa memperdulikan arti dan maknanya (Nishfa et al., 2021). Pengaruh negatif teknologi telah menggeser kebudayaan lokal (Julianty et al., 2022). Media menjadi senjata utama dalam penyebaran budaya di era globalisasi.

 Teknologi telah mengubah tatanan hidup sesuai tren yang berkembang seperti Westrenisasi dan Korean wave. Penyatuan budaya karena kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat dihindari namun hilangnya budaya lokal karna didomasi oleh budaya asing juga harus dicegah. Masuknya Westrenisasi dimulai sejak kolonialisme barat masuk dan menjajah Indonesia. Salah satu budaya Westrenisasi yaitu hedonisme (pandangan hidup kesenagan dan kenikmatan) yang ditandai dengan masuknya pusat perbelanjaan yang cendrung menjual barang atau jasa yang mahal.  Korean wave terdiri dari beberapa memuat kebudayaan yaitu Korea Selatan. Di Indonesia Korean wave dapat diterima lebih baik. Hal tersebut ditandai dengan referensi fashion utama apalagi wanita adalah Korea Selatan.

Saat ini identitas lokal bangsa sudah mulai memudar terutama pada kelompok generasi muda yang lebih paham dan trampil dibidang teknologi dan informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap generasi muda yang tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek dan tidak peduli terhadap lingkungan (Yudhanegara, 2015), karena globalisasi menganut kebebasan keterbukaan.  Keniscayaan akan tersingkirnya budaya lokal bangsa oleh kuatnya arus globalisasi karena imprealisme terhadap penguatan sehingga terjadi perubahan fundamental (Hermen, 2014)

Harapan bagi Indonesia dalam perubahan global khususnya pergeseran budaya yang telah terjadi akan selalu ada. Indonesia dengan kekayaan budaya dan seni hingga saat ini masih mampu bertahan walaupun keterlibatan generasi muda masih minim. Indonesia saat ini, belum secara utuh menetapkan tantang dan peluang yang dapat dimanfaatkan dari dinamika global. Ketika negara tidak mampu hadir menjadi benteng dan filter awal globalisis maka masyarakat sulit memahami kepentingan apa yang sedang ingin dibangun Indonesia dalam persaingan global. 

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dinilai sangat penting dalam menetapkan tantang dan peluang budaya lokal agar mampu bertahan dan eksis dalam menghadapi globalisasi di era digitalisasi. Hal tersebut dapat dimulai dengan pemerintah melakukan analisis yang konprehensif terkait budaya lokal, dan melakukan evaluasi dari kebijakan budaya asing yang masuk secara jelas dan tegas. Sehingga Indonesia dapat terlibat dalam kompetensi global agar dapat merasakan dampak dinamika global untuk lebih eksis memperkenalakan budaya lokal secara luas dengan kemajuan teknologi informasi.

Aktor utama dalam pengenalan budaya lokal adalah para generasi muda. Namun saat ini generasi muda sudah mulai mengikuti tren Westrenisasi dan Korean wave sebagai dampak pertukaran infomasi melalui teknologi yang tak terbatas. Ketidakmampuan generasi muda dalam memfilter segala bentuk adalah bukti bahwa generasi mudalah yang tidak siap menghadapi perubahan dan persaingan global.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan keterlenaan generasi muda atas segala kemudahan yang dihadirkan globalisasi sehingga kesadaran akan budaya lokal masih minim. Maka perlu Pengenalan dan penguatkan identitas lokal kepada generasi muda yang dapat dilakukan melalui proses pendidikan dan membangun pemikiran kritis atas budaya asing yang masuk.

Eksistensi budaya lokal akan terus bisa bertahan apabila generasi muda yang trampil dalam menggunakan teknologi telah memiliki penguatan identitas lokal, dan mampu memperkenalkan budaya lokal melalui globalisasi yang tidak terbatas.(*)

*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya