Nasional

Viral di Media Sosial, Apa Itu Tren #KaburAjaDulu

Dahlia Norjanah Norma Susanti — Kaltim Today 16 Februari 2025 08:06
Viral di Media Sosial, Apa Itu Tren #KaburAjaDulu
(Amrika Serikat, Frepik.com)

Kaltimtoday.co - Belakangan ini, tren tagar #KaburAjaDulu ramai di media sosial, menunjukkan kekecewaan generasi muda terhadap situasi terkini di Indonesia.

Tagar ini bukan hanya melambangkan keinginan untuk mencari peluang yang lebih baik di luar negeri, tetapi juga menjadi bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial di dalam negeri.

Maraknya penggunaan tagar #KaburAjaDulu di berbagai platform media sosial mencerminkan ketidakpuasan terhadap tingginya biaya pendidikan dan terbatasnya kesempatan kerja di Indonesia.

Asal Usul Tagar Kabur Aja Dulu

Dalam buku "Pengantar Sosiologi" karya Sri Jaya Lesmana (2020), fenomena ini dianggap sebagai bentuk kritik terhadap semakin jelasnya kesenjangan sosial.

Generasi muda semakin menyadari adanya perbedaan kualitas hidup, pendidikan, kesehatan, dan peluang kerja yang signifikan antara negara berkembang dan negara maju.

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan tren #KaburAjaDulu?

Jika Anda mencari tagar ini di fitur pencarian X, Anda akan menemukan berbagai unggahan yang mengajak untuk pindah ke negara lain, baik melalui beasiswa pendidikan, peluang kerja, maupun hal lainnya.

Tagar #KaburAjaDulu sering digunakan untuk mengungkapkan keinginan "pergi" atau "melarikan diri" ke tempat yang dianggap memiliki lebih banyak peluang dan kehidupan yang lebih baik. Menariknya, hal ini bukan tentang benar-benar pindah ke luar negeri atau kota besar, melainkan sebagai bentuk protes karena mereka merasa kebutuhan hidup di Tanah Air tidak terpenuhi.

Kenapa Bisa Viral?

Tren #KaburAjaDulu tidak hanya sekedar bentuk pelarian, tetapi juga menjadi cara kreatif bagi generasi sekarang untuk menyuarakan kritik. Meskipun terlihat sederhana, popularitas tagar ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang benar-benar mempertimbangkan untuk meninggalkan tanah air demi mencari kehidupan yang lebih sejahtera. Inilah beberapa alasan mengapa tren ini menjadi viral di media sosial.

1. Keresahan Kolektif

Banyak anak muda mengalami kesulitan serupa, bekerja keras namun merasa hasil yang diperoleh tidak sebanding. Mulai dari gaji yang tidak mencukupi biaya hidup hingga sistem yang dianggap kurang mendukung, semua ini memicu munculnya tagar #KaburAjaDulu.

Fenomena ini tercermin dari bertambahnya jumlah pekerja migran dan digital nomad asal Indonesia. Berkat kemajuan teknologi, semakin banyak orang yang dapat bekerja dari mana saja selama terhubung dengan internet. Hal ini memberi mereka kesempatan untuk tinggal di luar negeri tanpa harus mengandalkan pekerjaan konvensional di Indonesia.

2. Media Sosial sebagai Sarana Aspirasi

Generasi muda saat ini sangat piawai menggunakan media sosial untuk menyuarakan kekecewaan mereka. Tagar seperti #KaburAjaDulu menjadi viral karena mewakili perasaan kolektif, sementara media sosial menjadi wadah yang menyatukan suara mereka.

3. Kritik yang Disampaikan dengan Kreatif

Alih-alih melakukan protes secara terbuka, generasi muda memilih cara yang lebih kreatif untuk menyampaikan kritik. Melalui meme, video, atau cerita singkat yang menggunakan tagar ini, mereka dapat menyampaikan pesan sambil tetap menampilkan humor dan sarkasme.

#KaburAjaDulu ke Negara Ini

Banyak anak muda yang ingin Kabur Aja Dulu, tetapi masih bingung memilih negara yang menawarkan gaji tinggi. Berikut beberapa pilihan negara yang bisa kamu kunjungi, baik hanya sekedar liburan atau untuk mencari pekerjaan : 

1. Spanyol

Desa Rubia di wilayah Galicia, Spanyol, menawarkan insentif bagi siapa saja yang bersedia tinggal di sana.Pemerintah setempat bahkan memberikan gaji hingga Rp2,4 juta per bulan bagi penduduk baru. Langkah ini diambil karena Desa Rubia menghadapi masalah penurunan populasi, dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 1.400 orang.

2. Candela

Pemerintah Candela menawarkan insentif bagi orang yang bersedia menetap di desa yang populasinya hanya sekitar 2.700 jiwa.Penduduk baru yang masih lajang akan menerima 800 euro (sekitar Rp13 juta), sementara pasangan akan mendapatkan 1.300 euro (sekitar Rp21 juta). Bagi keluarga yang pindah ke Candela, insentifnya mencapai 2.000 euro (sekitar Rp32 juta).

3. Swiss

Desa Albinen di Swiss, yang terletak di area pegunungan, menawarkan insentif lebih dari 50.000 euro (sekitar Rp800 juta) bagi keluarga yang bersedia menetap di sana. Pemerintah setempat memberikan Rp410 juta untuk orang dewasa di bawah 45 tahun dan Rp165 juta per anak yang pindah ke desa tersebut.

Namun, perlu diingat pergi ke luar negeri memiliki tantangan, seperti biaya hidup tinggi, perbedaan budaya, dan sulitnya izin tinggal. Banyak yang akhirnya merindukan kenyamanan hidup di Indonesia. Jadi, menurutmu apakah meninggalkan Indonesia adalah pilihan yang tepat?


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel



Berita Lainnya