Daerah
Anomali Rafflesia Pricei di Kayan Mentarang: Mekar Dekat Kampung, Diubah Warga Jadi Destinasi Ekowisata Unik
NUNUKAN, Kaltimtoday.co - Jika biasanya penemuan spesies Rafflesia membutuhkan usaha dan keberuntungan ekstra, kondisi ini seolah tidak berlaku di Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM), Kalimantan Utara. Di kawasan konservasi ini, spesies Rafflesia pricei ditemukan relatif mudah, bahkan kemunculannya tak jauh dari pemukiman penduduk lokal.
Keberadaan Rafflesia pricei yang subur di TNKM ini telah diubah menjadi potensi ekowisata unik oleh masyarakat setempat. Sebagai contoh, di Desa Pa’ Kidang, Kecamatan Krayan Barat, warga mengelola tempat wisata bernama Buduk Udan (puncak setinggi 1.400 mdpl).
Pengunjung yang menyelesaikan trekking sepanjang 5 kilometer menuju puncak akan diajak kembali melalui rute lain yang merupakan habitat alami Rafflesia pricei. Di Desa Pa’ Kidang, bunga ini bahkan bisa mekar dalam jumlah banyak di satu lokasi.
Kepala Balai Taman Nasional Kayan Mentarang, Seno Pramudito, membenarkan bahwa Rafflesia pricei paling sering berbunga pada bulan Agustus. Namun, ia menekankan perlunya monitoring berkala karena mekarnya bunga tidak dapat diprediksi seperti tumbuhan pada umumnya.
"Kami berharap bahwa lokasi destinasi wisata di Desa Pa’ Kidang khususnya di Buduk Udan ini dapat dikembangkan, dan juga dapat dilestarikan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat," ujar Seno Pramudito.
Indikator Ekologi Hutan Sehat
Kepala SPTN Wilayah I Balai TN Kayan Mentarang, Hery Gunawan, menambahkan bahwa keberadaan Rafflesia priceimerupakan indikator penting bahwa fungsi ekologis hutan TNKM masih terjaga dengan baik.
“Hal tersebut dikarenakan Rafflesia merupakan tumbuhan yang sangat sensitif terhadap gangguan,” kata Hery.
Meskipun waktu mekar tidak menentu dan dipengaruhi oleh kondisi inang (Tetrastigma), cuaca, dan siklus hidupnya, masyarakat lokal kini telah membentuk kelompok khusus monitoring. Kelompok ini membantu pengunjung mendapatkan informasi akurat mengenai waktu mekar bunga tersebut.
TNKM juga telah mendukung upaya ekowisata ini melalui pelatihan kepemanduan, serta bantuan sarana prasarana berupa shelter dan papan informasi.
Warga lokal dari Suku Dayak Lundayeh kini secara aktif terlibat dalam menjaga Rafflesia. Hery Gunawan menceritakan bahwa masyarakat dulunya sempat memanfaatkan bunga ini sebagai pakan anjing, sebelum menyadari statusnya sebagai tumbuhan langka dan dilindungi.
"Upaya masyarakat dalam melestarikan Rafflesia pricei yaitu dengan adanya Tim Monitoring Rafflesia di Resor Krayan," jelas Hery.
Lebih jauh, masyarakat bahkan menggunakan replika atau gambar Rafflesia sebagai properti menari untuk tarian Dayak Lundayeh di Krayan.
"Secara tidak langsung dengan penggunaan replika/gambar Rafflesia merupakan simbol bagian dari upaya pelestarian budaya dan alam," tutupnya.
[TOS]
Related Posts
- Hengkang dari Nasdem, Madri Pani Kini Resmi Gabung Gerindra
- Pemprov Kaltim Kolaborasi dengan Kodam VI Mulawarman Manfaatkan Lahan Eks Tambang untuk Program Swasembada Beras
- Wagub Kaltim Seno Aji Hadiri HUT ke-4 Arus Bawah, Tegaskan Pemerintah Terbuka terhadap Kritik
- Tolak UU KUHAP Disahkan, Akademisi: UU Ini ‘Hukum Anti-Kritik’ Ancam Kebebasan Akademik dan Kriminalisasi Peneliti
- Gratispol Tetap Berlanjut di 2026, Pemprov Kaltim Siapkan Anggaran Rp1,4 Triliun









