Advertorial

Dispar Kukar Libatkan Paguyuban di Kirab Budaya, Jaga Kerukunan dan Lestarikan Budaya Daerah

Kaltim Today
13 Juni 2025 17:22
Dispar Kukar Libatkan Paguyuban di Kirab Budaya, Jaga Kerukunan dan Lestarikan Budaya Daerah
Kirab Budaya KFBN 2024 lalu. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Keberadaan berbagai paguyuban etnis di Kutai Kartanegara (Kukar) dinilai memiliki peran penting. Tidak hanya dalam menjaga kerukunan antar suku, tapi juga sebagai penggerak pelestarian budaya.

Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar pun turut melibatkan paguyuban-paguyuban ini dalam berbagai agenda budaya daerah, seperti kirab budaya yang menjadi bagian dari rangkaian Kukar Festival Budaya Nusantara (KFBN).

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Pemasaran Dispar Kukar, Awang Ivan Ahmad mengatakan, hampir seluruh paguyuban di Kukar secara rutin diundang untuk tampil dalam kirab budaya. Acara tersebut digelar satu hari sebelum pelaksanaan event utama KFBN.

“Dari paguyuban ini pasti ada keseniannya. Nah, biasanya mereka itu kami libatkan di acara kirab budaya,” kata Ivan belum lama ini.

Selain dalam kirab budaya, Dispar Kukar juga pernah memfasilitasi sejumlah kegiatan seni budaya yang diinisiasi oleh paguyuban. Pada 2024 lalu, kerja sama dengan Paguyuban Ikatan Paguyuban Keluarga Tanah Jawi (Ikapakarti) pada penyelenggaraan wayang, serta mendukung pertunjukan seni jaranan di Kecamatan Tenggarong Seberang.

Namun, pada 2025 ini, keterlibatan paguyuban difokuskan hanya pada kirab budaya. Lantaran adanya efisiensi anggaran.

“Jadi ada beberapa event yang difasilitasi oleh kami. Cuma di tahun ini karena ada efisiensi anggaran, jadi belum ada kegiatan untuk paguyuban,” sebutnya.

Menurut Ivan, keberadaan paguyuban juga berfungsi sebagai perekat sosial antarsuku di Kukar. Dengan beragamnya latar belakang masyarakat, kehadiran paguyuban menjadi wadah untuk memperkuat silaturahmi dan menjaga keharmonisan.

Bahkan, Kutai Kartanegara juga disebut sebagai miniatur Indonesia, karena ada berbagai etnis dan agama yang hidup berdampingan dengan aman dan tentram. Tidak ada isu SARA namun konflik antar etnis.

“Alhamdulillah selama kita di Kukar tidak ada isu SARA, tidak ada isu konflik. Nah, dengan paguyuban inilah yang mengontrol itu. Saling menghargai, saling menghormati,” ujar Ivan.

Tak hanya sebagai perekat sosial, paguyuban juga dianggap penting dalam menjaga eksistensi budaya lokal masing-masing komunitas di tengah kehidupan multikultural di Kukar.

“Kita kan dengan paguyuban ini sebagai tempat mereka untuk mengapresiasi kesenian dan budaya mereka. Untuk melestarikan, artinya mereka berdiam di sini, tidak hilang budaya mereka,” tandasnya.

[RWT | ADV DISPAR KUKAR]



Berita Lainnya