Advertorial

Dispusip PPU Kembangkan Survei Literasi Berbasis Frekuensi dan Akses

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 15 Mei 2025 14:18
Dispusip PPU Kembangkan Survei Literasi Berbasis Frekuensi dan Akses
Sekretaris Dispusip PPU, Aswar Bakri. (Fauzan/Kaltimtoday)

Kaltimtoday.co, Penajam - Meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat bukanlah perkara menebar buku semata. Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menekankan bahwa pendekatan untuk membangun budaya literasi harus berbasis data dan menyesuaikan kebutuhan pembaca di setiap segmennya.

"Tentu, minat baca juga dipengaruhi oleh topik yang sesuai dengan keinginan mereka. Kalau mengunjungi SD, maka bacaan yang dibawa adalah yang sesuai segmen usia anak-anak SD. Jangan sampai salah bawa buku," kata Sekretaris Dispusip PPU, Aswar Bakri.

Menurut Aswar, efektivitas program literasi akan jauh lebih tinggi jika materi bacaan yang dibawa selaras dengan minat dan kapasitas pembaca. Pustakawan, ujarnya, tak cukup hanya berbekal buku—mereka harus memahami demografi dan psikologi sasaran pembaca.

Namun lebih dari itu, untuk menilai apakah upaya literasi benar-benar berhasil, Dispusip PPU merujuk pada lima indikator utama yang digunakan dalam pengukuran tingkat kegemaran membaca. Indikator ini disusun oleh Perpustakaan Nasional sebagai acuan pengukuran di tingkat nasional dan daerah.

"Kalau kita bicara minat baca, itu kan ada banyak indikator yang harus dicapai. Ada lima indikator pengukuran tingkat gemar membaca yang disurvei," jelasnya.

Aswar merinci, indikator pertama adalah frekuensi membaca, yakni seberapa sering seseorang membaca dalam satu minggu. Indikator kedua adalah durasi membaca, atau berapa lama waktu yang digunakan dalam sehari untuk membuka dan membaca buku.

Indikator ketiga menyangkut keragaman bacaan, yaitu jenis buku dan jumlahnya dalam rentang waktu tertentu. "Ketiga, jenis bukunya—dalam tiga bulan ada berapa buku yang dibaca, topiknya apa," lanjutnya.

Keakuratan data ini bukan didasarkan pada pengamatan semata. Dispusip mengandalkan survei yang dilengkapi dengan metodologi ilmiah. Setiap indikator dikaitkan dengan karakteristik responden, seperti jenis kelamin, usia, dan latar belakang sosial.

"Itu semua terekam dan menjadi dasar pertanyaan survei. Metodologi surveinya dijelaskan dalam laporan, termasuk berapa jumlah responden, berapa laki-laki dan perempuan, dan usia-usia yang disurvei," kata Aswar.

Dua indikator tambahan juga ikut dimasukkan dalam pengukuran modern, seiring dengan perkembangan zaman. Kini, aspek digital tidak bisa diabaikan. Literasi tidak hanya datang dari buku fisik, tapi juga dari pemanfaatan teknologi informasi.

"Karena perkembangan teknologi, dua indikator tambahan adalah frekuensi mengakses internet dan durasinya—berapa kali dia mengakses untuk mencari informasi. Lima faktor itu dihitung dengan kaidah statistik, lalu muncullah angka," tandasnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU] 



Berita Lainnya