Advertorial

Bangun Budaya Baca, Dispusip PPU Soroti Peran Keluarga

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 27 Mei 2025 19:52
Bangun Budaya Baca, Dispusip PPU Soroti Peran Keluarga
Ilustrasi peran keluarga terhadap literasi. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Penajam - Kesadaran akan pentingnya literasi tak cukup dibangun lewat keberadaan perpustakaan semata. Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) meyakini, membentuk budaya baca adalah kerja kolektif yang melibatkan berbagai elemen sosial sejak dari rumah hingga ke ruang kebijakan publik.

"Yang pertama sebenarnya itu tonggak pertama adalah keluarga. Terutama orang tua. Bagaimana orang tua itu jadi role model anak-anak untuk membaca, menumbuhkan minat baca," kata Sekretaris Dispusip PPU, Aswar Bakri.

Baginya, keluarga adalah fondasi awal di mana kebiasaan membaca ditanamkan secara emosional. Di rumah, anak-anak akan meniru perilaku orang tuanya. Jika membaca menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari orang dewasa di rumah, maka secara alami anak akan tumbuh dengan persepsi bahwa membaca itu penting dan menyenangkan.
Namun rumah bukan satu-satunya lingkungan yang membentuk literasi. 

"Yang kedua kemudian lingkungan. Lingkungan ini baik orang-orang di sekitarnya maupun kondisi lingkungannya," lanjut Aswar.

Ia menyebut bahwa komunitas, tetangga, dan suasana sekitar juga sangat memengaruhi seberapa kuat budaya baca bisa bertumbuh. Lingkungan yang menyediakan akses terhadap bahan bacaan, tempat yang mendukung kegiatan literasi, serta komunitas yang aktif berbagi pengetahuan akan memperkuat proses pembiasaan itu.

Baru pada lapis ketiga, menurutnya, perpustakaan hadir sebagai institusi yang menopang proses tersebut. "Yang ketiga itu baru perpustakaan. Kemudian yang keempat itu ada penerbit, kita bicara kualitas dan keragaman buku dan yang terakhir itu adalah pemerintah, karena pemerintah yang punya kebijakan," ujar Aswar.

Ia menyampaikan bahwa peran perpustakaan tetap penting, namun harus dilihat dalam konteks yang lebih luas. Tanpa keterlibatan penerbit yang menyuplai bahan bacaan yang berkualitas dan beragam, dan tanpa keberpihakan kebijakan dari pemerintah, perpustakaan akan berjalan sendirian tanpa dukungan ekosistem yang kokoh.

Aswar menyebut kelima unsur ini sebagai “lima pilar literasi”. Kelima komponen tersebut saling menopang, saling menguatkan, dan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Literasi hanya akan tumbuh jika seluruh pilar itu bergerak bersamaan.

"Llima pilar ini termasuk satu di dalamnya itu perpustakaan yang punya peran penting dalam menumbuhkan minat baca dan literasi. Jadi terjawab ya pertanyaan yang disampaikan tadi ya. Harus yakin, yakin seyakin-yakinnya," pungkasnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU] 



Berita Lainnya