Advertorial

Dari Buku ke Peradaban, Dispusip PPU Tegaskan Peran Strategis Literasi

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 27 Mei 2025 19:50
Dari Buku ke Peradaban, Dispusip PPU Tegaskan Peran Strategis Literasi
Ilustrasi peran buku terhadap kemajuan peradaban. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Penajam - Literasi tak hanya urusan halaman buku dan angka statistik membaca. Bagi Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Aswar Bakri, literasi adalah fondasi peradaban. 

Dalam pandangannya, tidak ada satu pun negara maju yang tidak meletakkan literasi sebagai dasar pembentukan manusianya.

"Negara, tidak ada negara yang maju di dunia ini yang literasinya tidak berjalan seiring. Karena dia pintu ilmu pengetahuan," ujar Aswar Bakri.

Ia meyakini bahwa ukuran kemajuan sebuah bangsa tidak cukup hanya dilihat dari indikator ekonomi atau infrastruktur fisik semata. Negara yang tangguh adalah negara yang rakyatnya gemar membaca, berpikir kritis, dan memiliki akses luas terhadap informasi yang mencerahkan. Semua itu, kata dia, hanya mungkin terwujud bila literasi ditempatkan di jantung kebijakan pembangunan.

"Negara maju manapun itu, saya pastikan literasinya juga tinggi. Kalau kita lihat daftar peringkat yang dihitung oleh UNESCO, ya, tak ada negara-negara yang literasinya rendah yang jadi negara maju," tambahnya.

Aswar menunjuk pada data global mengenai indeks literasi yang dikeluarkan oleh badan internasional seperti UNESCO. Negara-negara dengan kualitas pendidikan tinggi seperti Finlandia, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan selalu menduduki posisi atas dalam capaian literasi. Di sisi lain, negara-negara dengan tingkat literasi rendah cenderung mengalami stagnasi pembangunan manusia.

"Pasti dia jadi pintu utama pengetahuan, dan itu yang membuat negara maju," tegas Aswar.

Ia menjelaskan bahwa membaca adalah aktivitas mendasar yang membuka gerbang menuju pengetahuan. Melalui buku, masyarakat diperkenalkan pada beragam perspektif, disiplin ilmu, dan wawasan global yang tak selalu tersedia di lingkungan terdekat mereka. 

Dalam konteks pembangunan daerah, Aswar menilai bahwa investasi pada literasi jauh lebih strategis daripada sekadar membangun infrastruktur fisik tanpa muatan isi.

"Dari membaca, kita tahu pengetahuan. Dari membaca, kita bisa tahu banyak hal yang berkaitan dengan knowledge, ya—pengetahuan dan segala macamnya," katanya.

Namun membaca tak hanya memperkaya pikiran. Ia juga membentuk kepribadian, membuka empati, dan memperdalam pengertian manusia tentang dunia dan dirinya sendiri. Menurut Aswar, buku adalah jendela yang mempertemukan manusia dengan cerita, pengalaman, dan nilai-nilai lintas zaman dan budaya.

"Dari membaca juga, kita bisa mendapatkan banyak sekali cerita, banyak sekali insight, sehingga itu berkontribusi positif kepada diri kita sendiri," pungkasnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO PPU] 



Berita Lainnya