Samarinda
Harga Cabai, Tahu, dan Tempe di Samarinda Mulai Meroket
Kaltimtoday.co, Samarinda - Harga cabai, tahu, dan tempe di Samarinda mulai meroket. Berdasarkan pantauan Kaltimtoday.co di Pasar Segiri pada Kamis (7/1/2021), kenaikan tempe, tahu, dan cabai nyaris dua kali lipat dari harga sebelumnya.
Cabai rawit misalnya, sebelumnya dipatok seharga Rp 45-55 ribu rupiah per kilogram. Namun kini naik menjadi Rp 65-70 ribu per kilogram. Sedangkan untuk cabai keriting juga naik hingga Rp 65 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya berada di harga Rp 50-55 ribu per kilogram.
"Kalau tiap awal tahun memang pasti naik harga cabai. Ini naik memang dari sananya, dari kebun. Jadi stoknya yang ada ini saja," ungkap salah seorang pedagang di Pasar Seigir Samarinda, Arifin.
Arifin mengaku belum bisa memastikan kapan penurunan harga cabai. Namun soal omset yang dia dapat selama kenaikan harga, dia menyebut, masih stabil dan biasa saja. Sebab, cabai masih ramai dibeli orang karena menjadi kebutuhan. Dalam sehari, cabai-cabai yang dijualnya biasa laku 30 kilogram. Namun itu pun tak menentu. Bergantung pada pembeli yang datang.
Belum lama ini, ramai dikabarkan bahwa harga kedelai juga melonjak naik. Hal ini pun berdampak pada penjualan tahu dan tempe yang notabenenya menggunakan kedelai sebagai bahan utama. Ditemui terpisah, Rofik, salah seorang pedagang tahu tempe pun mengeluhkan kenaikan kedelai yang menurutnya sudah terjadi sejak sebelum Natal 2020 lalu. Kenaikan harga pun bertahap. Biasanya, harga 1 karung kedelai senilai Rp 350 ribu. Sekarang naik menjadi Rp 480 ribu.
"Karena kedelai mahal, jadinya saya perkecil bentuk tempenya. Kalau mau naikkan harga tempe itu susah. Harganya masih Rp 5 ribu. Kalau tahu masih bisa. Naik jadi Rp 5 ribu. Sebelumnya Rp 4 ribu per bungkus," jelas Rofik.
Rofik sangat berharap keadaan harga kedelai bisa normal kembali. Sebab kenaikan saat ini juga berdampak pada keuntungan yang jadi lebih kecil. Pembeli pun diakuinya mulai sepi. Biasanya Rofik membawa 2 kaleng tahu untuk 50 bungkus tahu dan 1 karung tempe. Namun saat ini hanya sanggup menjual 1 kaleng tahu dan setengah karung tempe. Untuk tempe, kini dia hanya menjual 25 kepeng untuk ukuran besar dan 15 kepeng untuk yang kecil. Padahal, sebelumnya Rofik bisa menjual lebih dari jumlah saat ini.
"Kalau bikin banyak dan bersisa, nanti jadinya rugi. Jadi disesuaikan saja. Apalagi keadaan pandemi begini, pembeli berkurang," tandas Rofik.
[YMD | TOS]
Related Posts
- Jalan Panjang Masyarakat Adat Kaltim Mencari Pengakuan: Mulai Penolakan hingga Ancaman Kekerasan
- Timnas Indonesia Gagal ke Semifinal Piala AFF 2024, Begini Jawaban Shin Tae-yong
- Polresta Samarinda Tetapkan Ayah dan Anak Jadi Tersangka Pembunuhan, Satu Wakar Tewas
- BRIDA Jaring Pelajar Potensial untuk Persiapkan Generasi Periset dan Peneliti di Wilayah Kaltim
- Tarif Pajak Kendaraan di Kaltim Terendah se-Indonesia, Bapenda Sebut Upaya Ringankan Beban Masyarakat