Opini
Ikhtiar Melawan Covid-19: Kepemimpinan dan Ketaatan Adalah Kunci
Oleh: Sulthan, S.Pd (Pemuda PPU, Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Sudah lebih dari sebulan kota menjadi sunyi-sepi dari hiruk-pikuk masyarakat. Jalan raya yang biasanya dipadati kendaraan berubah menjadi lengang. Pusat perbelanjaan atau mall yang biasanya ramai tampak sepi bahkan ada yang terpaksa tutup sementara. Perkantoran dan pabrik yang biasanya setiap hari diramaikan oleh para pekerja, kini juga sepi. Pun kedai kopi atau cafe kekinian yang biasa menjadi titik temu dan tempat berkumpul ragam usia dan kepentingan juga sama, sepi bahkan tutup. Bumi dalam sekejap berubah menjadi hampa. Sebabnya hanya satu, virus Corona atau biasa disebut Covid-19.
Keberadaan Covid-19 dengan karakteristiknya yang agresif dalam menyebar, sukses membungkam kita semua, ya, kita semua manusia penduduk bumi, nyaris tanpa terkecuali. Amerika Serikat yang kita kenal sebagai negara adidaya, polisi dunia, juga dipaksa tak berkutik oleh makhluk kecil tak kasat mata itu. Pun negara maju lainnya mengalami hal yang sama, Jerman, Prancis, Jepang, Tiongkok dll. Tak terkecuali Indonesia yang baru saja dimasukkan dalam kategori negara maju oleh Amerika Serikat.
Pemerintah Indonesia, pada mulanya memang sempat percaya diri tidak akan dijangkiti oleh Covid-19 dengan berbagai penjelasan-penjelasan "nyeleneh" nya. Tapi kenyataan berkata lain, negara dan pemerintah kita terpaksa harus gigit jari dan dibuat jungkir balik setelah ditemukannya pasien positif yang kemudian terus berkembang dan membuat korban berjatuhan hingga saat ini. Negara kita kecolongan. Bahkan bukan hanya kecolongan, tapi juga minim persiapan atau bahkan tak siap menghadapi "tamu jahat" tersebut.
Nasi sudah menjadi bubur, demikian kata pepatah. Bila merujuk pada rilis terkini (20 April 2020), jumlah pasien positif mencapai 6.760 jiwa, pasien sembuh 747 jiwa dan pasien meninggal dunia 590 jiwa. Bila merujuk luas persebaran, seluruh provinsi yang ada di Indonesia juga sudah memiliki pasien yang dinyatakan positif. Pun, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia kini telah berhasil berada diperingkat pertama dengan jumlah kasus tertinggi.
Kita Melawan
Situasi yang ada pada saat ini harus diakui memang tidak bisa dilepaskan dari kesalahan pemerintah pusat yang melakukan pembiaran serta minim persiapan dalam mengantisipasi kemungkinan menyebarnya virus ke Indonesia. Setidaknya hal itu harus diakui oleh jajaran Pemerintah Pusat. Namun situasi saat ini, dimana penyebaran virus terus meluas dan korban terus berjatuhan bukanlah saat yang tepat untuk berpanjang lebar untuk saling menyalahkan. Sebab yang dibutuhkan saat ini adalah semangat kebersamaan (pemimpin dan masyarakat) untuk melawan Covid 19.
Kepemimpinan
Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan sebelumnya, situasi saat ini tidak lepas dari kesilapan pemerintah, khususnya pemerintah pusat. Namun bagaimanapun, negara ini sedang sangat membutuhkan sentuhan pemimpin guna melawan Covid-19. Sebab bila tanpa hadirnya pemimpin, situasi yang jauh lebih buruk lagi bisa terjadi.
Negeri sedang diambang krisis dan kepemimpin sedang diuji. Situasi yang ada pada saat ini memang berlangsung dengan berbagai ketidakpastian. Selain jumlah kasus positif terus bertambah dan korban jiwa terus berjatuhan, berbagai sektor pun terdampak. Sektor perekonomian lesu, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meningkat sementara beban anggaran negara terus terjepit. Tapi sekali lagi, situasi sesulit apapun, sentuhan pemimpin mutlak dibutuhkan.
Kemenangan dalam melawan wabah memang belum nampak jelas, tapi setidaknya mulai ada harapan. Sentuhan kepemimpinan mulai terlihat. Melalui berbagai kebijakan, instruksi serta imbauan pemimpin pada jajaran pemerintah maupun masyarakat terkejewantahkan dengan berbagai langkah-langkah dan kesadaran bersama. Mulai dari kebijakan meliburkan sekolah dan kampus, larangan kegiatan yang mengundang keramaian, imbauan jaga jarak, cuci tangan, senantiasa menggunakan masker dll. Hasilnya? memang masih jauh dari kata menggembirakan, namun harapan itu terlihat dari angka pasien sembuh sudah melampaui angka kematian.
Sekali lagi, kepemimpinan sedang diuji. Sebabnya, keseriusan jangan sampai luntur. Kekurangan yang masih nampak di berbagai lini hendaknya segera ditutupi. Bila diperlukan, tindakan-tindakan tegas demi kemaslahatan jangan segan untuk dijalankan, dengan catatan tidak menyalahi konstitusi. Bagaimanapun negara beserta tumpah darahnya tak boleh kalah dalam melawan wabah.
Ketaatan
Dalam literatur sejarah banyak dikisahkan, bahwa ketidaktaatan atau ketidakdisiplinan adalah pangkal atau sebab dari kegagalan dan kekalahan. Kepemimpinan akan menjadi sesuatu yang cacat tanpa hadirnya ketaatan. Hal tersebut sebagaimana dipesankan oleh salah satu pemimpin besar dalam sejarah, Umar bin Khattab, "... tiada kepemimpinan tanpa taat."
Bila wabah Covid-19 menjadi ujian kepemimpinan, maka ketaatan adalah ujian bagi seluruh masyarakat. Simbiosis mutualisme atau dua hal yang saling terkait dan mengikat. Sebabnya, ketaatan masyarakat menjadi titik krusial selain dari kepemimpinan itu sendiri. Ketidaktaatan hanya menghantarkan pada kegagalan dari setiap kebijakan serta imbauan pemimpin dalam melawan Covid-19. Terlebih dengan kenyataan belum ditemukannya obat atau vaksin yang paten untuk melawan Covid-19.
Oleh sebab itu, atas nama semangat kebersamaan melawan Covid-19, mari bersatu padu; pemimpin bekerja dengan sentuhan kuasanya dan masyarakat dengan sentuhan ketaatannya.(*)
*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Wisatawan Diprediksi Meningkat, Pemkab Berau Terapkan Prokes Bagi Pengunjung
- Asal Usul Varian Covid-19 JN.1 dan Cara Antisipasinya
- Waspada! Muncul Varian Covid-19 JN1: Berikut Definisi dan Gejalanya
- PPU Duduki Posisi Pertama! Berikut Perkembangan Kasus Positif COVID-19 di Kaltim per 16 Desember 2023
- Ada Kenaikan Kasus Covid-19, Dinkes Kaltim Imbau Masyarakat Menerapkan Protokol Kesehatan