Daerah

Kaltim Tancap Gas Menuju Energi Hijau, Target 79 Persen Tercapai 2045

Defrico Alfan Saputra — Kaltim Today 18 Oktober 2025 12:11
Kaltim Tancap Gas Menuju Energi Hijau, Target 79 Persen Tercapai 2045
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Timur, Bambang Arwanto. (Defrico/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Kalimantan Timur menargetkan transisi ke energi baru terbarukan (EBT) mencapai 79 persen di tahun 2045. Target tersebut diupayakan melebih skala nasional di angka 70 persen.

Target itu sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025–2045, yang memprioritaskan pengembangan industri rendah emisi.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Timur, Bambang Arwanto, menegaskan pentingnya percepatan transformasi ekonomi dan energi di provinsi penghasil sumber daya alam terbesar di Indonesia itu. 

"Apakah 79 persen ini realistis, saya jawab kita harus optimis. Memang kebijakan energi kita masih tumpul. Pajak karbon belum diterapkan, dan insentif EBT masih lemah. Ini yang harus kita benahi,” jelasnya. 

Untuk itu, Pemprov Kaltim melalui Dinas ESDM telah menyusun 15 kegiatan ekonomi pengganti sektor pertambangan, mulai dari pengembangan industri CPO, bioenergi, listrik berbasis EBT, pangan, hingga industri kimia hijau.

“Kita ingin pergeseran menuju energi terbarukan berjalan seimbang tanpa menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat,” pungkasnya.

Ia  menambahkan, Kaltim kini memiliki enam kilang (refinery) yang berkontribusi pada penguatan bauran energi daerah. Selain itu, pemerintah juga tengah mendorong implementasi program B40, yaitu pencampuran minyak sawit dengan bahan bakar fosil untuk mempercepat transisi energi di sektor transportasi.

“Proses B40 ini menjadi momentum penting bagi Kaltim yang punya potensi sawit besar. Kita bisa integrasikan energi terbarukan dengan sektor pertanian dan industri lokal,” tutupnya.

Sebagai informasi, ketergantungan Kaltim terhadap batu bara dan gas alam harus segera dikurangi untuk mencegah terjadinya kutukan sumber daya alam (resources curse) dan mempersiapkan ekonomi hijau yang berkelanjutan.

[RWT] 



Berita Lainnya