Kaltim

Mengenal Lebih Jauh Instalasi Kedokteran Nuklir di RSUD AWS, Jadi Opsi untuk Pengobatan Berbagai Jenis Kanker

Yasmin Medina Anggia Putri — Kaltim Today 16 Mei 2023 18:11
Mengenal Lebih Jauh Instalasi Kedokteran Nuklir di RSUD AWS, Jadi Opsi untuk Pengobatan Berbagai Jenis Kanker
Direktur RSUD AWS, dr David Hariadi Masjhoer, SpOT. (Kanan) (Yasmin/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) punya instalasi kedokteran nuklir yang berdiri sejak 2018. Merupakan spesialis kedokteran yang menggunakan energi radiasi terbuka dari inti nuklir untuk menilai fungsi suatu organ, mendiagnosa dan mengobati penyakit. 

Instalasi kedokteran nuklir di RSUD AWS adalah salah satu dari delapan rumah sakit di Indonesia yang memberikan pelayanan terapi dan diagnostik. Selain Samarinda sudah ada di Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Khusus Medan dan Surabaya, hanya melakukan layanan diagnostik. 

Direktur RSUD AWS, dr David Hariadi Masjhoer, Sp.OT menjelaskan, pemanfaatan kedokteran nuklir di RSUD AWS saat ini untuk terapi dan diagnostik. Terapi paling banyak digunakan untuk pengobatan kanker, khususnya kanker tiroid atau kelenjar gondok. 

"Jadi kelenjar gondok itu bisa diminimalisasi sel-sel kankernya dengan menggunakan penyinaran zat radioaktif. Caranya, pasien diminumkan zat radioaktif dengan volume sekitar 5 cc," ujar David, Selasa (16/5/2023). 

Dari situ, zat radioaktif akan bekerja secara selektif dan mematikan sel-sel tumor. Bagi pasien yang mengalami kanker, tentu lebih banyak manfaatnya dibanding bahayanya. 

"Ini lebih diutamakan pada orang-orang yang memiliki peluang besar untuk sembuh dibandingkan kerugiannya. Kalau untuk orang normal, ini berbahaya," jelas David. 

Bagi pasien yang telah meminum zat radioaktif tersebut, biasanya akan diisolasi di ruangan khusus bernama Ruang Isolasi Radioaktif (RIRA) selama tiga hari. Sebab tiga hari adalah waktu di mana zat radioaktif tersebut luruh. 

Setelah tiga hari diisolasi, pasien dipersilakan untuk keluar lagi. Sebagai informasi, kamar di Ruang RIRA dipastikan tidak bisa mengeluarkan sinar radioaktif. 

Salah satu ruangan di instalasi kedokteran nuklir RSUD AWS untuk memeriksa pasien. (Yasmin/Kaltimtoday.co)

Bahkan, pasien yang di dalam tubuhnya masih ada radioaktif juga masih bisa mengeluarkan zat tersebut ketika buang air besar dan kecil. Sehingga, RSUD AWS juga menyediakan septic tank khusus dengan ketebalan 4 meter.

"Kami punya ruang perawatan untuk kedokteran nuklir itu 8 kamar. Saat ini, ruangan itu penuh semua. Jadi orang yang membutuhkan pengobatan ini ada," sambung David. 

Ditambahkan Kepala Instalasi Kedokteran Nuklir RSUD AWS, dr Habusari Hapkido, Sp.KN, sejak 2022 sampai April 2023, kedokteran nuklir untuk layanan diagnostik sebanyak 2.509 pasien dan layanan terapi sebanyak 545 pasien. 

Keluhan untuk layanan diagnostik paling banyak adalah penyakit kanker payudara, tiroid, kanker nasofaring, hingga kanker serviks. Pasien yang membutuhkan layanan kedokteran nuklir tidak hanya dari Samarinda. 

"Selain Samarinda, daerah terbanyak itu ada Samarinda, Kukar, Balikpapan, Kutim, dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Kami juga pernah ada pasien dari Papua, Ambon, Jawa Timur (Jatim), sampai Sumatera," ujar dokter yang akrab disapa Kido itu. 

Sejauh ini, ujar Kido, pasien termuda yang pernah ditangani di instalasi kedokteran nuklir berusia 10 tahun dengan keluhan kanker ganas tiroid dan paling tua ada sekitar 80 tahun.

[RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya