Nasional

Mengurai Ekonomi Dekarbonisasi dari Penghentian Dini Operasional PLTU Batubara

Kaltim Today
13 Oktober 2023 10:42
Mengurai Ekonomi Dekarbonisasi dari Penghentian Dini Operasional PLTU Batubara
Fadhil Ahmad Qamar, Staff Program dari proyek Clean, Affordable, and Secure Energy (CASE) di Asia Tenggara, Institute for Essential Services Reform (IESR).

Kaltimtoday.co - Mempercepat pengakhiran operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara ternyata memiliki implikasi biaya yang cenderung lebih efisien dibandingkan mempertahankan operasionalnya dengan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage, CCS). Insight ini diungkapkan oleh Fadhil Ahmad Qamar, Staff Program dari proyek Clean, Affordable, and Secure Energy (CASE) di Asia Tenggara, Institute for Essential Services Reform (IESR), selama Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2023.

Biaya vs Manfaat Penambahan Teknologi CCS

Tantangan utama dalam implementasi CCS terletak pada biaya modal awal (Capex) dan operasional (Opex) yang cukup tinggi. Di sisi lain, Fadhil mencatat bahwa pengakhiran dini PLTU batubara dapat menghasilkan pengurangan emisi serupa dengan CCS, namun dengan biaya yang relatif lebih terjangkau.

"Konversi manfaat pengurangan emisi dari pengakhiran dini operasional PLTU batubara dan penggunaan CCS dalam terminologi ekonomi memerlukan penerapan harga karbon yang akurat. Strategi pembiayaan inovatif harus disusun sehingga tidak memberatkan anggaran negara," papar Fadhil.

Diperlukan Strategi Komprehensif

Adapun Raditya Wiranegara, Analis Senior di IESR, menyoroti urgensi untuk mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan ekonomi dalam pengakhiran dini operasional PLTU batubara, terutama apabila ekonomi lokal sangat bergantung pada operasi PLTU tersebut. Pendekatan perumusan kebijakan yang didasarkan pada data terkait aset pembangkit dan biaya eksternalitas terkait, seperti dampak sosial dari polusi lokal, menjadi kritikal dalam konteks ini.

"Dengan melibatkan strategi ini dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), dapat disiapkan jaring pengaman sosial dan peralihan tenaga kerja dari PLTU batubara ke sektor energi terbarukan untuk meminimalisir dampak pengakhiran operasional terhadap komunitas lokal dan daerah penghasil batubara," urai Raditya.

Menuju Dekarbonisasi dengan Strategi yang Terintegrasi

Penting untuk mencatat bahwa pilihan untuk mengakhiri dini operasional PLTU batubara tidak hanya mencerminkan urgensi dekarbonisasi, tapi juga strategi optimalisasi biaya.

Dengan pendekatan yang terintegrasi dan memperhitungkan aspek sosial ekonomi, pengambilan keputusan terkait dengan penutupan PLTU batubara dapat dicapai dengan cara yang holistik dan berkelanjutan.

[TOS]



Berita Lainnya