Daerah

Kaltim Siap Lepas Ketergantungan Batu Bara, Bidik Ekonomi Hijau Rp50 Triliun Lewat Industri Hidrogen dan Amonia

Kaltim Today
13 November 2025 19:13
Kaltim Siap Lepas Ketergantungan Batu Bara, Bidik Ekonomi Hijau Rp50 Triliun Lewat Industri Hidrogen dan Amonia
Industri hidrogen dan amonia hijau yang diproyeksikan menjadi pilar ekonomi Kaltim di masa depan. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Provinsi Kaltim mempertegas komitmennya dalam transformasi ekonomi dengan menjadikan sektor Hidrogen Hijau dan Amonia Hijau sebagai pilar utama diversifikasi. Hal ini terungkap dalam Diskusi Putaran 1 Forum Konsultasi Daerah (FKD) yang diselenggarakan pada Kamis (13/11/2025) di Hotel Aston Samarinda. Diskusi ini bertujuan merumuskan aksi utama guna mengurangi ketergantungan Kaltim pada sektor ekstraktif seperti batu bara.

Sektor energi baru terbarukan (EBT) ini diproyeksikan tidak hanya mengubah citra Kaltim, tetapi juga mendongkrak ekonomi lokal secara signifikan. Data mencatat, pengembangan hidrogen dan amonia hijau berpotensi menarik investasi USD 3-5 miliar dan memberi kontribusi hingga Rp50 triliun per tahun pada PDRB Kalimantan pada tahun 2035. Lebih lanjut, industri ini ditargetkan mampu menciptakan hingga 50.000 lapangan kerja.

Direktur Operasional Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), Kurniawan, menyoroti posisi strategis Kaltim. Ia menjelaskan potensi besar wilayah ini dalam transisi energi, terutama karena ketersediaan sumber daya terbarukan dan lahan bekas tambang yang bisa dimanfaatkan.

"Kaltim punya potensi surya dan juga air, dan kita bisa memanfaatkan lahan-lahan kosong bekas tambang untuk membangun panel surya di situ, solar farm," ujar Kurniawan kepada Kaltim Today. 

Kegiatan Forum Konsultasi Daerah (FKD) yang membahas transformasi perencanaan ekonomi Kaltim di sektor hidrogen dan amonia hijau. (Nindi/Kaltimtoday.co)

Ia menambahkan bahwa air untuk proses elektrolisis dapat diperoleh dari sungai atau void-void bekas tambang. Posisi Kaltim juga sangat strategis untuk ekspor, berada di jalur pelayaran yang dekat dengan pasar utama seperti Jepang, Korea Selatan, China, hingga Filipina.

Terkait penciptaan lapangan kerja, Kurniawan memproyeksikan tahap pembangunan hingga operasional ekosistem ini akan memakan waktu tiga hingga lima tahun. Meskipun total 50.000 lapangan kerja diperkirakan tercipta, ia menekankan perlunya SDM terlatih.

"Untuk saat ini berdasarkan data itu dari per seribu pekerja, perbandingan terlatih dan tidak terlatihnya itu 2:1:1. Jadi yang tenaga kerja terlatihnya itu 2, semi terlatihnya 1 dan tidak terlatihnya 1," jelasnya.

Pekerja dengan keahlian high skill yang tersertifikasi di bidang air safety dan pressure safety sangat dibutuhkan, terutama jika Kaltim membangun hydrogen refilling station.

Untuk mewujudkan transformasi ini, aksi utama yang harus segera dikejar adalah pembangunan kawasan industri hijau terintegrasi yang mencakup seluruh rantai pasok, mulai dari fasilitas produksi hidrogen, pabrik amonia hijau, hingga infrastruktur pendukung seperti terminal ekspor. Menurut Kurniawan, kunci kesuksesan adalah target yang matang.

"Ketika kita sudah memiliki target, nanti kita tarik mundur, misalkan targetnya 100 ribu ton per tahun, tinggal kita tarik mundur, kebutuhan listriknya berapa, kebutuhan airnya berapa," pungkas Kurniawan.

[NKH] 



Berita Lainnya