Opini

Menyemai Kader Umat dan Kader Bangsa

Kaltim Today
06 April 2021 12:27
Menyemai Kader Umat dan Kader Bangsa

Oleh : Munir Anshory (Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Kaltim, Bidang Hikmah & Hubungan Antar Lembaga)

Istilah persemaian tentu melekat pada aktifitas pertanian, perkebunan dan kehutanan. Kegiatan persemaian sendiri merupakan proses dari benih menjadi bibit untuk ditanam. Istilah serupa dalam proses penempaan anggota di suatu organisasi yang disebut perkaderan juga sejalan dengan ikhtiar pembibitan, penanaman dalam konteks menumbuh suburkan kader-kader yang mumpuni dan konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. 

Kegiatan Baitul Arqam Madya pada  26-28 Maret 2021 di Sangatta yang baru saja digelar adalah persemaian yang dilakukan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Timur atas bimbingan Instruktur dari Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Proses perkaderan ini menjadi syarat bagi pengurus daerah dan wilayah. Lebih dari itu tentunya sebagai ajang peningkatan kapasitas kader yang akan didharmabhaktikan bagi umat dan bangsa. Output Baitul Arqam secara kualitas akan memperjelas komitmen kemuhammadiyahan dan kebangsaan. Harus bagaimana dan seperti apa ketika diterjunkan. Tidak melenceng jauh dari harapan. Tertib dan tertata sesuai arahan.

Dengan Baitul Arqam kapasitas kader akan terukur melalui mekanisme yang dibangun. Apalagi panduan perkaderan kita saat ini sudah meliputi tuntutan kemajuan Abad 21, dimana para pemuda harus meningkatkan kapasitasnya pada 3 aspek penting yaitu Digitalisasi, Kolaborasi dan Kemampuan berpikir kritis dengan solusi yang konstruktif (Hatib Rahmawan, 2021). 

Dalam konteks kader bangsa, tidak cukup bagi mereka mengantongi kompetensi paripurna di atas, karna yang jauh lebih penting lagi adalah mereka miliki semangat kontributif untuk menghidupkan persyarikatan melalui medan dakwahnya. Kontribusi itu bukan sekedar menyisihkan sebagian bekal pada kegiatan persyarikatan, lebih dari itu dan sangat fundamental adalah berlangsungnya pemberdayaan angkatan muda di pos-pos strategis dalam misi regenerasi kader yang profesional. Bukan sebaliknya, membawa sanak keluarga bahkan penumpang gelap yang tidak jelas keringat, air mata dan darahnya dalam berjuang untuk persyarikatan. 

Dengan berlangsungnya regenerasi tersebut, tentu akan menunjang tumbuh suburnya kader masa depan yang kompeten di bidangnya. Tidak perlu ada program naturalisasi. Yaitu mengupayakan orang asing untuk ditempatkan sebagai representasi organisasi tanpa memperdulikan prinsip-prinsip utama. Belum lagi di saat ada yang pandai memanfaatkan peluang dengan menjual kedekatan, bahkan celakanya menjanjikan suatu hal yang cukup menarik ketika sudah jadi, demi mendapatkan sesuatu yang acap kali disebut rekom. Watak tidak terpuji seperti itu tidak layak diberi tempat dalam misi kebangsaan. Kita sebagai Angkatan Muda Muhammadiyah wajib ikut mengawal, mengkritisi dan mengambil sikap yang tepat agar jangan ada rekruetmen serta distribusi yang merugikan persyarikatan karena tingat  kepercayaan lembaga akan dipertaruhkan.

Dalam bidang dakwah dan pengkajian agama. Baitul Arqam menjadi pijakan awal untuk peningkatan kualitas, kuantitas dan pemetaan korps muballigh muda kita. Sudah seharusnya muballigh muda menyemarakkan majelis ilmu di lingkungan masyarakat umum terlebih lagi di lingkungan Amal Usaha. Jangan sampai ada Amal Usaha yang gagal dipertahankan karena infiltrasi paham keagamaan berbeda dari oknum tertentu. Dengan hadirnya muballigh muda tentu soliditas korps akan semakin kuat khususnya di ranting dan cabang yang perlu perhatian lebih. Paling tidak mimbar kuliah tujuh menit dapat dijadikan etalase berbagai khazanah pengetahuan dan pandangan persyarikatan sebagai bahan yang disyi’arkan baik tentang Wasatiyah Islam, Moderasi Beragama dan perspektif utama lainnya yang mencerahkan. 

Tetapi jangan lupa dengan tantangan keumatan dan kebangsaan yang sangat serius dan benar-benar harus dipersiapkan dengan strategi yang matang dan sudah banyak dibahas dalam berbagai forum yaitu Bonus Demografi. Dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun kedepan, usia produktif 15 s.d. 65 tahun diprediksi akan berjumlah sekitar 60%.

Secara kuantitas jumlah usia produktif akan menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi selama sumber daya manusianya dipersiapkan dengan baik. Jika tidak justru bonus demografi menjadi musibah besar. Sebab di satu sisi akan banyak penawaran angkatan kerja yang melimpah, di sisi lain harus ada peluang kerja yang terbuka lebar. Sedangkan memasuki era Revolusi Industri 4.0 kompetensi sumber daya manusia yang mumpuni adalah sebuah keniscayaan. Dan sampai saat ini kesenjangan kompetensi angkatan kerja dengan kebutuhan dunia usaha dan industri masih menjadi permasalahan dalam pasar tenaga kerja (Apri Prayoga Arrfah, 2020).

Merespon tantangan tersebut maka salah satu langkah alternatif adalah mempersiapkan simpul-simpul wirausaha muda sebagaimana Gerakan Pengusaha Berkemajuan yang digagas oleh PP Pemuda Muhammadiyah. Perlahan ikhtiar tersebut akan menjawab kebutuhan lapangan kerja baru selama strategi dan eksekusinya sesuai dengan kebutuhan di masing-masing daerah yang akan turut andil dalam gerakan ini. Sebab modal pendanaan bukan satu-satunya kendala bagi mereka yang akan dan sedang memulai wirausaha. Mental yang belum tangguh, zona yang nyaman dan tradisi mencari kerja sepertinya masih menjadi tantangan tersendiri dalam upaya melahirkan pengusaha-pengusaha baru. 

Itulah beragam dinamika yang dapat diinventarisir dalam geliat persemaian di Baitul Arqam dan Up Grading rutin dalam mempersiapkan kader handal di bidangnya. Hal tersebut bukanlah visi yang semu, karena kita sebagai angkatan muda hanya meneguhkan kembali 10 Sifat atau Kepribadian Muhammadiyah yang di antaranya pada poin 8 dan 9 yaitu : 

Menjadi harapan kita bersama bahwa dengan persemaian yang terukur dan berkesinambungan Pemuda Muhammadiyah akan mencapai Swasembada Kader Umat dan Bangsa yang siap mengemban amanat dengan membawa nilai-nilai luhur persyarikatan untuk ikut menuntaskan cita-cita nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

Billahi Fii Sabilil Haq wa Fastabiqul Khairat.(*)

*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co



Berita Lainnya