Kaltim

Muhammadiyah Dorong Kampus Berdampak: Riset, AIK, dan Industri Harus Menyentuh Masyarakat

Kaltim Today
12 Juni 2025 18:02
Muhammadiyah Dorong Kampus Berdampak: Riset, AIK, dan Industri Harus Menyentuh Masyarakat
Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.Si., saat menyampaikan arahan dalam Rakornas PTMA di Balikpapan, menekankan pentingnya kampus Muhammadiyah untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat. (Dok. UMKT)

BALIKPAPAN, Kaltimtoday.co - Perguruan tinggi Muhammadiyah diminta tidak hanya unggul dalam capaian akademik, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata di tengah masyarakat.

Hal tersebut menjadi penekanan Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.Si., dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) yang digelar di Balikpapan, Kamis (12/6/2025).

Ia menyebut konsep kampus berdampak menjadi arah baru yang digagas untuk menjawab tantangan zaman.

"Kita ingin kampus Muhammadiyah tidak hanya bicara AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan) secara teoritis, tetapi juga berdasarkan data nyata kondisi umat Islam saat ini. Maka pendekatannya harus menjawab kebutuhan masyarakat modern di bidang keagamaan, teknologi, sosial-politik, hingga ekonomi," tegas Bambang.

Ia mencontohkan, di bidang sosial-politik, pendidikan Muhammadiyah diharapkan membentuk karakter generasi muda yang demokratis, toleran, wasathiyah, dan taat hukum.

Adapun di bidang ekonomi, kampus-kampus Muhammadiyah dituntut mendorong ketahanan pangan, penguatan manufaktur, serta penguasaan teknologi agar mahasiswa mampu bersaing di era industri dan tidak tergantung pada pihak lain.

"Keunggulan akademik tidak cukup jika tidak berdampak. Yang unggul itu artinya memenuhi standar jumlah doktor, guru besar, tulisan, dan publikasi," katanya.

"Tapi berdampak itu yang lebih penting sekarang. Riset harus masuk ke industri, jangan berhenti di analisis. Hilirisasi itu yang dituntut oleh pemerintah saat ini," sambungnya.

Bambang menyampaikan, perguruan tinggi Muhammadiyah sebaiknya tidak terpaku pada riset yang canggih, namun fokus pada hasil penelitian yang bisa segera diterapkan masyarakat.

"Jangan tunggu riset yang besar dulu. Mulailah dari yang sederhana, yang bisa langsung dimanfaatkan," ucapnya.

Di hadapan peserta Rakornas, Bambang juga menuturkan mengenai ciri utama Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan yang harus terus dijaga melalui pendidikan dan riset yang menjawab persoalan zaman.

Misalnya, dahulu Muhammadiyah menghadirkan tarjih sebagai respons kebutuhan umat. Kini, saatnya menjawab pertanyaan-pertanyaan baru seperti bagaimana menyikapi fenomena big coin atau teknologi digital dari perspektif Islam.

Di sektor industri, Muhammadiyah ingin mengambil peran strategis. Menurutnya, pengembangan industri mobil listrik merupakan peluang besar yang dapat dikerjakan bersama dalam bentuk konsorsium.

Selain itu, kampus Muhammadiyah yang memiliki fakultas keguruan, kedokteran, dan keperawatan harus memikirkan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan pendidikan dan kesehatan masyarakat. 

Kendati demikan, ia juga mengakui keterbatasan anggaran yang dihadapi kampus swasta.

"Karena kita swasta, masyarakat juga tidak mampu membayar tinggi. Padahal program kita banyak. Ini tantangan berat," ungkapnya.

Meski begitu, Bambang mengapresiasi langkah inovatif seperti yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) melalui kerja sama internasional, termasuk program double degree dengan Korea Selatan dan Vietnam yang sedang dikembangkan.

"Program unggulan seperti AIK, riset, dan publikasi harus benar-benar berdampak kepada masyarakat. Hilirisasi riset menjadi kegiatan nyata yang membantu industri dan mengangkat kesejahteraan umat," tuturnya.

Wakil Rektor III UMKT, Drs. Suprayitno, M.Kes., turut menegaskan pentingnya Rakornas bagi seluruh PTM dan PTMA di Indonesia. Baginya, forum ini menjadi ruang strategis untuk merespons tantangan masa depan secara kolektif.

"Ini forum yang bagus dan rutin dilakukan setiap tahun, untuk menyikapi tantangan ke depan," ujarnya.

Sebagai tuan rumah, UMKT menghadapi tantangan khas sebagai perguruan tinggi swasta di daerah yang kini berhadapan langsung dengan dampak pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

"Persaingan meningkat, terutama dengan perguruan tinggi di sekitar IKN. Maka kita terus berupaya meningkatkan mutu, salah satunya dengan menggenjot akreditasi," kata Suprayitno.

Diketahui, UMKT saat ini memiliki 23 program studi, dengan lima di antaranya telah meraih akreditasi unggul, yakni S1 Kesehatan Lingkungan, D3 Keperawatan, S1 Kesehatan Masyarakat, S1 Keperawatan, dan Profesi Ners.

"Target tahun ini bisa (akreditasi) mencapai sembilan prodi unggul. Tanpa itu, kita bisa tertinggal," sebutnya.

Perkembangan UMKT sejak berdiri delapan tahun lalu dinilai pesat. Tahun ini, pihaknya menargetkan 3.500 mahasiswa baru setelah tahun lalu berhasil merekrut 3.300 mahasiswa.

Tak hanya itu, peningkatan kualitas dosen juga menjadi perhatian utama. Tercatat sebanyak 60 dosen bergelar doktor, dan lainnya sedang menyelesaikan studi S3.

Suprayitno mengungkapkan, salah satu tonggak pencapaian UMKT adalah saat menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Kaltim yang mendapatkan izin membuka program studi kedokteran.

"Tahun lalu kita yang pertama mendapat SK. Sekarang sudah ada Palangka Raya, tapi kita lebih dulu," pungkasnya.

[TOS | ADV] 



Berita Lainnya