Muncul Grup Fantasi Sedarah, Ini Penyebab Kelainan Seksual dan Cara Mencegahnya

Kaltimtoday.co - Jagat maya kembali dihebohkan oleh kemunculan grup Facebook bernama “Fantasi Sedarah”, yang kini berganti nama menjadi “Suka Duka”. Grup ini diduga memuat konten berbau kelainan seksual dengan anggota keluarga sedarah. Fenomena ini memicu kekhawatiran publik dan mendorong pentingnya pemahaman terhadap penyebab kelainan seksual atau paraphilia.
Paraphilia adalah kondisi ketika seseorang mengalami ketertarikan seksual yang tidak lazim terhadap objek, situasi, atau individu tertentu. Ketertarikan ini bersifat intens dan berulang, berlangsung minimal selama enam bulan, dan dapat menimbulkan tekanan psikologis atau membahayakan orang lain.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, paraphilia hanya dikategorikan sebagai gangguan jika menyebabkan gangguan sosial atau emosional, serta melanggar hukum atau norma masyarakat.
Contoh paraphilia antara lain eksibisionisme, voyeurisme, fetisisme, sadomasokisme, hingga pedofilia. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua ketertarikan seksual yang tidak biasa diklasifikasikan sebagai gangguan, kecuali jika menimbulkan bahaya nyata atau tekanan yang signifikan.
Faktor Penyebab Kelainan Seksual
Berikut ini beberapa faktor yang diketahui dapat memengaruhi munculnya kelainan seksual, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber kredibel:
Ketidakseimbangan hormon dan fungsi otak
Ketidakseimbangan hormon seksual, seperti testosteron, serta kelainan pada area otak yang mengatur impuls dan kontrol diri, bisa meningkatkan risiko munculnya perilaku seksual menyimpang.
Trauma masa kecil
Pengalaman traumatis seperti pelecehan seksual atau kekerasan pada masa anak-anak dapat mengganggu perkembangan psikoseksual dan memicu ketertarikan seksual yang menyimpang di kemudian hari.
Gangguan psikologis
Orang dengan gangguan kepribadian, seperti antisosial atau obsesif-kompulsif, lebih rentan mengalami kesulitan mengendalikan dorongan seksual. Minimnya empati dan kontrol impuls menjadi salah satu penyebab utama perilaku berisiko.
Pengaruh lingkungan dan pola asuh
Pola asuh yang permisif, minimnya edukasi seks, atau tumbuh dalam lingkungan yang tidak harmonis juga berperan dalam membentuk pola pikir seksual yang menyimpang.
Faktor sosial dan tekanan budaya
Diskriminasi, penolakan terhadap identitas seksual, atau tekanan budaya tertentu bisa menciptakan tekanan emosional yang memicu perilaku seksual tidak lazim sebagai bentuk pelampiasan.
Penggunaan alkohol dan narkoba
Zat adiktif dapat menurunkan kontrol diri dan memperbesar kemungkinan seseorang bertindak di luar batas moral atau hukum.
Cara Mencegah dan Menangani Paraphilia
Meskipun tidak semua kelainan seksual bisa dicegah sepenuhnya, beberapa langkah pencegahan dan penanganan berikut dapat membantu:
Pendidikan seks sejak dini
Edukasi yang tepat akan membentuk pemahaman sehat tentang seksualitas dan batasan yang wajar sejak anak-anak.
Konsultasi psikologis
Jika seseorang mengalami trauma atau menunjukkan tanda ketertarikan seksual yang tidak biasa, konsultasi dengan psikolog atau psikiater sangat dianjurkan.
Menciptakan lingkungan yang suportif
Keluarga dan lingkungan sosial yang terbuka dan mendukung penting untuk mengurangi risiko tekanan mental yang bisa memicu perilaku menyimpang. Kelainan seksual merupakan kondisi kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, psikologis, lingkungan, dan sosial. Dengan meningkatkan kesadaran dan deteksi dini, masyarakat dapat mendorong pencegahan dan penanganan yang lebih bijak dan manusiawi. Untuk informasi lebih lanjut seputar kesehatan jiwa dan seksualitas, kunjungi pafidara.org.
Related Posts
- Empat Penyakit Mematikan di Indonesia, Menkes: Waspadai Strok, Jantung, Kanker, dan Ginjal
- Waspada Cedera Saat Berolahraga, Ini Tips Pencegahan dan Penanganannya
- BPOM: Uji Klinis Vaksin TBC M72 Butuh Waktu Dua Tahun Sebelum Dipasarkan
- Waspadai! Ini Cara Deteksi Dini Kelainan Seksual yang Bisa Timbulkan Dampak Serius
- Apakah Kelainan Seksual Termasuk Gangguan Jiwa? Ini Penjelasan Medisnya