Opini
Palestina, Sampai Kapan Terus Menderita?
Oleh: Fitri Suryani, S. Pd (Guru SMAN di Konawe, freelance writer)
Seratus hari atau hari ke-100 genosida di Gaza, Palestina, Minggu (14/1/2024), sejak balasan Israel atas penyerangan Hamas 7 Oktober 2023, tercatat sudah sebanyak 23.843 orang warga Palestina yang tewas dan lebih dari 60.317 lainnya luka-luka.
Pengepungan Israel telah memicu kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar yang akut di Gaza, di mana sistem kesehatan runtuh (Tribunnews, 14-01-2024).
Jalur Gaza pun sering disebut-sebut sebagai penjara terbuka, lantaran terperangkap di antara Mesir, Israel, dan Laut Mediterania. Wilayah yang juga dikenal "daerah kantong" itu sudah sejak dahulu di bawah blokade Israel.
Pembunuhan massal terjadi di mana-mana. Warga sipil betul-betul tak bisa mendapatkan tempat aman. Sebab Israel menargetkan berbagai fasilitas publik mulai dari kamp pengungsian, rumah sakit, tempat ibadah, hingga sekolah (Cnnindonesia, 12-12-2023).
Serangan yang dialami rakyat Palestina jelas telah diketahui oleh dunia. Apalagi serangan yang mereka dapatkan bukanlah sekali dua kali saja, tetapi telah sering kali. Baik itu terjadi sejak bulan Oktober ataupun di tahun-tahun sebelumnya.
Jelas sangat miris, penduduk Palestina nampak tak lepas dari derita dan air mata dari tahun ke tahun. Seolah tak ada kedamaian yang mereka dapatkan dalam menjalani kehidupan normal manusia pada umumnya.
Pun negeri lain bukan tak membantu persoalan negeri tersebut, tapi bantuannya tak mampu membantu persoalan utama yang mereka hadapi. Bagaimana tidak, karena bantuan yang mereka dapatkan berupa makanan dan obat-obatan, walaupun hal itu dibutuhkan pula. Padahal derita yang mereka alami berupa serangan fisik. Jadi jika serangan fisik yang didapat rakyat Palestina, lalu negeri lain membantu berupa sandang dan pangan, apakah hal itu mampu membantu menyelesaikan masalah mereka yang senantiasa diserang oleh kaum zionis?
Selain itu, di manakah para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang selama ini senantiasa berkoar-koar dalam menyuarakan HAM, jika ada yang mendapatkan perlakuan diskriminasi atau ketidakadilan? Apakah hal itu tak berlaku bagi rakyat Palestina? Entahlah akan bertanya ke mana lagi.
Tak ketinggalan di mana peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama ini? Bukankah tujuan utama PBB di antaranya adalah menjaga perdamaian dan keamanan dunia dan menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata. Sayangnya, itu tak berlaku untuk penduduk negeri Palestina.
Jika sudah seperti itu, ke manakah rakyat Palestina akan meminta bantuan untuk menyelesaikan masalah mereka? Apalagi permasalahan yang selama ini mereka dapatkan telah terjadi secara berulang-ulang, tanpa tahu kapan akan berakhir penderitaan yang mereka alami. Sungguh sangat menyedihkan.
Padahal dalam islam, umat islam digambarkan bagaikan satu tubuh. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw., “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis tersebut mengajarkan bahwa kaum mukmin seharusnya secara otomatis mampu merasakan penderitaan dan kesulitan yang dialami saudaranya yang lain. Sambil ia berusaha agar penderitaan dan kesulitan saudaranya itu berkurang hingga hilang semuanya.
Lalu bagaimana dengan kondisi kaum muslim saat ini, apakah telah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw.? Jika melihat penderitaan demi penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina, nampaknya usaha yang dilakukan umat muslim di negeri lain belum begitu berarti. Karena bantuan yang diberikan bukan untuk menghilangkan serangan yang mereka alami, tapi lebih pada bantuan pengobatan, makanan dan yang menunjang kehidupan mereka.
Dari itu, sudah seharusnya kaum muslim bersatu untuk berusaha membantu saudara mereka. Terutama mengirimkan tentara kaum muslim dalam membantu perjuangan mereka. Hal itu pun didukung oleh pemimpin yang merupakan perisai. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Sesungguhnya imam (pemimpin) adalah perisai, orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (HR. Muslim). Hal itu tentu hanya mampu direalisasikan, jika aturan Allah Swt. dapat diterapkan dalam seluruh kehidupan dan dalam naungan sistem islam.
Oleh karena itu, begitu sulit menghilangkan penderitaan rakyat Palestina, jika sistem yang ada jauh dari harapan umat. Dari itu sudah saatnya kaum muslim kembali pada sistem yang bertumpu pada aturan Allah Swt. yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu a’lam.
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Kemenlu Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Lebanon, Iran, dan Palestina karena Situasi Keamanan
- WHO: 28 Tenaga Medis di Lebanon Tewas dalam Sehari akibat Serangan Israel
- Sekjen PBB Antonio Guterres Dilarang Masuk Israel, Disebut Persona Non-Grata
- Iran Luncurkan 180 Rudal ke Israel Setelah Pasukan Darat Israel Masuk Lebanon
- Hamas Bunuh Sandera Israel, Gedung Putih Peringatkan Serangan Iran yang Bakal Segera Terjadi