Opini
Perempuan Mulia dengan Ketaatan Bukan Kesetaraan
Oleh: Dewi Murni (Praktisi Pendidikan Balikpapan Selatan)
Tiap 8 Maret diperingati sebagai International Women's Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional. Tahun ini tema yang diambil adalah #EmbraceEquity atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Merangkul Kesetaraan.
Melansir dari situs resmi IWD, tujuan dari tema kampanye IWD 2023 adalah kesempatan untuk setara tidak pernah cukup.
"Setiap orang memulai dari tempat yang berbeda, jadi inklusi dan rasa memiliki yang sebenarnya butuh tindakan yang adil juga," seperti dilansir dari situs IWD, Selasa (7/3/2023). (idntimes.com)
Islam Merangkul Keadilan dan Kemuliaan
Sesungguhnya istilah kesetaraan gender tidak pernah ada dalam sejarah kehidupan kaum muslimin. Khususnya di era kegemilangan Islam, di mana Islam diterapkan secara menyeluruh oleh institusi negara yang disebut khilafah. Kala itu kedudukan laki-laki dan perempuan ditempatkan pada derajat paling mulia. Tidak pernah ada keributan tentang narasi-narasi kesetaraan. Karena penerapan Islam itulah melahirkan kendali perbuatan yang ma'ruf sesuai fitrah laki-laki dan perempuan untuk kemaslahatan keluarga, masyarakat dan negara.
Dalam Islam, setiap laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi manusia terbaik. Menjadi hamba terbaikNya Allah. Hal itu semata-mata karena laki-laki dan perempuan adalah makhluk Allah. Tujuan penciptaan semata-mata beribadah kepadaNya.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun" (Surah an-Nisa 124)
"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain..." (Surah Ali Imran 195)
Jadi, secara umum dalam taklif hukum laki-laki dan perempuan berkedudukan sama di hadapan Allah. Misalnya hukum zakat, salat, puasa, haji, berdakwah menuntut ilmu, persaksian (hudud, jinayat dan ta'zir) hingga hukum muamalah seperti jual beli, perwalian dan perburuhan. Setiap pengamalannya akan diberi ganjaran pahala yang menghantarkan pelakunya memasuki surga tanpa memperhatikan lagi apakah dia laki-laki atau perempuan.
Meskipun dinyatakan berkedudukan sama, kita tidak boleh lupa bahwa setara tidak selalu sama. Setara tidak selalu sejajar dan sebanding. Sebab laki-laki dan perempuan sejak awal penciptaannya telah berbeda fungsinya. Fungsi itulah yang disebut dengan kodrat atau fitrah.
Dr. Faizah Ali Sibromalisi, mengatakan, “Berbeda dengan gender, kodrat berkaitan dengan fisik,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa secara kodrat, perempuan berbeda dari laki-laki, begitu pula sebaliknya. Struktur otak laki-laki, misalnya, terbukti berbeda dengan milik perempuan. Kekuatan fisik, kestabilan emosi, hormon, merupakan contoh perbedaan lainnya.
"Ar Rijalu Qawwamuna Alan Nisa", laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan. Inilah salah satu fungsi laki-laki. Dia adalah pemimpin bagi perempuan. Sebagai imam dalam rumah tangga, memberi nafkah yang baik lagi halal untuk keluarga, memastikan terpenuhinya perlindungan, kasih sayang, pendidikan dan lain-lain.
Begitu pula perempuan memiliki hak dan kewajiban sesuai fitrahnya. Perempuan adalah Ummu warobatul bait yakni ibu dan pengurus rumah tangga. Ibu lah yang menjadi madrasah atau sekolah pertama bagi anaknya. Ibu mengajarkan berbagai hal seperti akhlak, tauhid, skill kehidupan dan lain-lain. Selain itu ibu juga memastikan tersedianya makanan bergizi, pakaian terbaik, kondisi rumah yang bersih dan lain-lain. Singkatnya apa-apa yang di dalam rumah ditangani oleh perempuan, sedangkan yang bersumber dari luar rumah ditangani oleh laki-laki.
Begitu besarnya peran perempuan dalam kelanjutan generasi dari masa ke masa, maka perempuan tidak luput dari kewajiban menuntut ilmu. Oleh karena itu, negara yang memahami betul Syariat Islam akan memberikan ruang yang sama dengan kualitas yang sama bagi laki-laki maupun perempuan untuk mengecap pendidikan setinggi-tingginya. Sehingga tidak akan pernah didapati di dalam sistem kehidupan Islam adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan terkait hak pendidikan, hak kesejahteraan, hak keadilan, hak perlindungan dan lainnya.
Selain itu perempuan pun diperbolehkan untuk bekerja, berkarir di dunia industri, menyalurkan kemampuannya di bidang pendidikan dan lain sebagainya. Di mana dalam perannya itu dalam rangka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, memudahkan urusan umat. Tentu semua dilaksanakan dengan catatan tidak melalaikan kewajiban utama seorang perempuan yaitu sebagai ibu pengurus rumah tangga dan sekolah bagi anak-anaknya.
Sementara itu pada beberapa hal memang akan kita dapati bahwa laki-laki dan perempuan diberikan perlakuan yang berbeda oleh syariat. Bukan untuk merendahkan satu sama lain melainkan justru ingin menjaga kemuliaan serta kodrat mereka sebagai gender yang berbeda. Misalnya perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin negara, sebab Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,
” Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita”. ” (HR. Bukhari no. 4425).
Begitu pula laki-laki dilarang memakai emas dan sutra sementara perempuan boleh. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah,
"... Kemudian bersabda Rasulullah, sesungguhnya dua benda ini (sutra dan perhiasan emas) itu haram bagi para lelaki dari umatku. (Hadits riwayat Abu Dan dan Nasa'i).
Dalam pengamalannya tidak ada rasa iri antara kaum laki-laki dan perempuan. Sistem kehidupan Islam telah mengkondisikannya. Salah satunya lewat sistem pendidikan Islam yang membina umat bahwa apa-apa yang datang dari Allah dan rasulNya pasti benar, memuaskan akal dan sesuai fitrah manusia. Tidak mungkin Allah menurunkan aturan kecuali pasti adil dan penuh hikmah bagi seluruh alam. Keyakinan itulah membuat umat akhirnya sama-sama ridha dan fokus menjalankan perannya masing-masing sebagai hamba Allah. Disamping perbedaan itu justru melahirkan keharmonisan masyarakat, tercipta hubungan saling tolong-menolong, kerja sama dan bersahabat dalam meraih taqwa.
Itulah sedikit gambaran bagaimana Islam menempatkan laki-laki dan perempuan pada fitrahnya masing-masing. Sehingga sebenarnya kaum muslimin tidak membutuhkan ide feminisme atau kesetaraan gender untuk mendapatkan pengakuan, perlindungan dan kemuliaan yang selama ini digadang-gadang oleh barat. Malah, ide-ide tersebutlah membuat para muslimah terjauhkan dari syariat dan melawan kodratnya.
Ide kesataraan tidak lain dikukuhkan untuk memperkokoh ruh liberalisme pada muslimah, bangunan keluarga dan generasi. Berangkat dari fakta perempuan di masa kini yang mengalami ketertinggalan menderita, tertindas dan bahkan kurang berpendidikan. Islam dipersalahkan atas semua derita perempuan itu. Padahal kondisi miris perempuan terjadi hampir di seluruh dunia termasuk di barat, di mana di sana bukanlah negeri muslim. Dan, kenyataannya problematika perempuan hari ini terjadi saat islam tidak diterapkan. Saat sistem kapitalisme sekuler liberal berkuasa memimpin dunia. Lucunya,, banyak syariat Islam yang digugat ide feminisme seperti hukum talak, hak dan kewajiban suami istri hingga perbedaan jumlah kambing bagi anak laki-laki dan perempuan ketika di aqiqah.
Sesungguhnya bila ditelisik lagi itu semua akibat dari kekejian sistem kapitalisme sekuler yang menjauhkan umat dari penerapan Syariah Islam. Oleh karena itu kita tidak boleh terjebak tipu muslihat barat. Barat menjadikan derita perempuan sebagai fakta untuk membenarkan bagusnya konsep ide feminisme yang mereka tawarkan. Agar muslimah berbondong-bondong ridha meninggalkan ajaran agamanya dan mengubah persepsinya terhadap keyakinan pada ajaran agamanya sendiri. Kemudian terkagum-kagum dengan peradaban barat yang sebenarnya semakin menenggelamkan ke jurang derita terdalam. Adakah kita menyadarinya?(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- P3AP2KB Harap Pekka Bisa Tingkatkan Kemandirian Perempuan di PPU
- Ada 1.286.470 Kepala Keluarga Perempuan di Kaltim, DKP3A Dorong Partisipasi dalam Pembangunan
- Gelar Sosper Kesetaraan Gender di Desa Tukung Ritan, Betaria Magdalena: Perempuan Punya Peran Dalam Pembangunan
- Kesenjangan Sumbangan Pendapatan Perempuan Kaltim Tinggi, DKP3A Gelar Pengembangan KIE
- Merdeka Seutuhnya