Samarinda
Tempat Tidur Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Perlu Ditambah 40-50 Persen, Kendala Ada di Nakes
Kaltimtoday.co, Samarinda - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim menyatakan bahwa Kaltim sudah siap untuk vaksinasi massal. Terlebih lagi soal penyimpanan vaksin yang sudah memenuhi syarat. Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Dinkes Kaltim, dr Padilah Mante Runa pada Senin (11/1/2021) setelah mengikuti sosialisasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melalui video conference.
Sebanyak 25.520 dosis vaksin Covid-19 sudah berada di cool room gudang Dinkes Kaltim sejak seminggu yang lalu. Disebutkan oleh Padilah, tempat penyimpanan vaksin tidak kurang sama sekali. Menkes Budi Gunadi sempat menegur beberapa provinsi yang cool room-nya tidak mencukupi ketika hendak dikirimi vaksin. Namun, di Kaltim hal tersebut tak terjadi karena tempat penyimpanan masih cukup lengang dan muat untuk ditaruhi beberapa ribu vaksin lagi.
Ditanya soal penambahan tempat tidur di RSUD AW Sjahranie, Dinkes Kaltim masih akan melihat situasi dan Padilah mengusulkan Gubernur Kaltim untuk melayangkan surat ke Direktur RSUD AW Sjahranie, dr David Hariyadi Mashjoer. Menkes pun sudah menegaskan untuk dilakukan penambahan tempat tidur lagi.
"Karena memang kendalanya ada di tenaga. Saya sudah pernah usulkan ke dr David supaya ada penambahan 30-40 persen tempat tidur tapi beliau memang mengakui kurang tenaga. Menambahnya gampang, tapi siapa yang akan merawat pasien di sana," ungkap Padilah.
Sebenarnya, penambahan tempat tidur tak hanya berlaku bagi rumah sakit pemerintah. Namun juga untuk rumah sakit swasta. Disampaikan oleh Padilah bahwa bed occupancy rate (BOR) rumah sakit swasta biasanya rendah. Beda hal dengan BOR rumah sakit pemerintah yang cukup tinggi karena ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan.
Bicara soal tren kenaikan angka kasus positif Covid-19 di Kaltim, Padilah menyebutkan bahwa segala upaya untuk mengimbau kepada masyarakat sudah dilakukan. Pun bagi Satgas Covid-19 yang kerap mengimbau. Menurutnya, peningkatan tak hanya terjadi di Kaltim, namun di seluruh Indonesia.
"Masyarakat ada yang khawatir dan ada beberapa yang tidak khawatir. Di situ susahnya. Sebab klaster yang timbul itu justru banyak dari keluarga, perkantoran, atau perusahaan," pungkasnya.
[YMD | RWT]