Kaltim

5 Kasus Kematian Sepanjang 2024, Ancaman Serius Terhadap Populasi Pesut Mahakam yang Terancam Punah

Kaltim Today
05 Desember 2024 08:19
5 Kasus Kematian Sepanjang 2024, Ancaman Serius Terhadap Populasi Pesut Mahakam yang Terancam Punah
Yayasan RASI bersama sejumlah lembaga melakukan nekropsi terhadap kematian Pesut Mahakam. (Istimewa)

SAMARINDA, Kaltimtoday.co - Populasi Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), mamalia air tawar endemik yang hidup di Sungai Mahakam, Kaltim, terus terancam. Dengan jumlah yang tersisa kurang dari 67 individu berdasarkan survei 2023, ancaman terhadap spesies ini semakin nyata. Sepanjang 2024, lima kasus kematian pesut menjadi peringatan keras tentang kondisi kritis spesies tersebut.

Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim bersama BPSPL Pontianak, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, PDHI Kaltim, dan Yayasan RASI, ditemukan berbagai penyebab kematian pesut, termasuk penyakit organ, paparan zat kimia berbahaya, hingga terjerat alat tangkap.

Hasil Nekropsi dan Analisis

Kelima kasus kematian pesut yang diidentifikasi sepanjang 2024 meliputi:

1. Pesut ‘Four’ (Ob-Ma-21-2-24): Mati akibat penyakit organ pernapasan dan ginjal karena usia lanjut, dengan mikroplastik ditemukan di lambung dan usus.
2. Pesut ‘Angel’ (Ob-Ma-2-4-24): Diduga mati tenggelam akibat tersangkut jaring ikan.
3. Pesut ‘Rexy’ (Ob-Ma-28-4-24): Mati karena kerusakan organ akibat akumulasi bahan toksik dari makanan.
4. Pesut ‘Samarinda’ (Ob-Ma-21-6-24): Mengalami gagal jantung dan ginjal akibat paparan zat kimia berbahaya dan faktor usia.
5. Pesut ‘Pela’ (Ob-Ma-12-7-24): Bayi pesut betina yang ditemukan mati dengan dugaan infantisida oleh pesut lain, disertai gangguan organ vital.

Kepala BPSPL Pontianak, Syarif Iwan Taruna Alkadrie, menegaskan bahwa tekanan besar terhadap habitat pesut, seperti pencemaran mikroplastik, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, dan paparan zat kimia berbahaya, menjadi penyebab utama kerentanan spesies ini.

“Kawasan Konservasi Nasional Perairan Mahakam Wilayah Hulu, dengan luas 42.667,99 hektar, memainkan peran vital dalam melindungi habitat pesut. Zona inti seluas 1.081 hektar dirancang untuk mendukung habitat strategis, termasuk lokasi pemijahan ikan yang menjadi sumber makanan utama pesut,” ujarnya.

Langkah Konservasi yang Mendesak

Kematian bayi Pesut Mahakam diidentifikasi untuk diketahui penyebab kematiannya. (Istimewa)

BPSPL Pontianak dan mitra konservasi menggarisbawahi pentingnya langkah-langkah strategis untuk melindungi pesut Mahakam, termasuk:

- Peningkatan pengawasan habitat: Penegakan hukum terhadap aktivitas merusak lingkungan.
- Penelitian lanjutan: Dampak mikroplastik, logam berat, dan faktor genetik pesut.
- Edukasi masyarakat: Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga ekosistem Sungai Mahakam.

“Pesut Mahakam bukan hanya ikon Kaltim, tetapi juga indikator kesehatan ekosistem perairan. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, LSM, dan masyarakat lokal diperlukan untuk melindungi spesies ini,” tambah Syarif Iwan.

Yayasan RASI mengimbau agar masyarakat turut berperan aktif dalam menjaga habitat pesut dengan tidak membuang limbah plastik ke sungai, menghindari penggunaan alat tangkap berbahaya, dan mendukung program konservasi.

"Langkah-langkah kolaboratif sangat diperlukan demi memastikan populasi pesut Mahakam dapat terus terjaga untuk generasi mendatang," pungkasnya.

[TOS]



Berita Lainnya