Opini
Debat itu Seni Menyerang dan Bertahan
Oleh: Rifkal Artha Yuda (Mahasiswa Keperawatan UMKT)
Debat kedua capres yang dilaksanakan tanggal 7 Januari lalu menjadi perbincangan yang ramai di masyarakat. Bisa kita lihat di sosial media seperti TikTok, Instagram dan X sangat antusias masyarakat dalam menyatakan pendapatnya. Pendapat yang berseliweran di sosmed sangat beragam bentuknya. Ada yang menilai berdasarkan data, ada yang di buat konten jedag jedug seperti di TikTok, menampilkan prestasi capres jagoannya, hingga saling serang antar pendukung. Hal ini tentunya membuat pesta demokrasi pemilu kali ini sangat meriah karena beriringan dengan kecanggihan teknologi
Perihal debat mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Singkatnya debat merupakan sebuah kegiatan menyampaikan dan mempertahankan pendapat. Debat bersifat fluktuatif, hasilnya bisa positif maupun negatif. Terkhusus debat capres, kita bisa sepakati bahwa debat capres ini diharapkan akan ada hasil yang positif. Bukan tanpa alasan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengadakan debat capres sampai 3 kali. Hal ini tentunya agar kemudian, apa yang ingin dikerjakan oleh capres kedepannya bisa dipahami dan tidak menutup kemungkinan juga dikritik oleh masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian debat adalah proses pertukaran dan pembahasan pendapat terkait suatu hal dengan saling menyampaikan argumentasi atau alasan dengan tujuan mempertahankan pendapat bahkan memenangkan pendapat. Lalu menurut Henry Guntru Tarigan, debat adalah beradu argumen antar pribadi atau kelompok manusia untuk menentukan baik dan tidaknya suatu usulan tertentu yang didukung oleh suatu pendukung dan disangkal oleh penyangkal. Melihat 2 definisi tersebut dapat disimpulkan debat adalah kegiatan menyampaikan dan mempertahankan argumen.
Menurut penulis inti dari debat seyogyanya adalah pertarungan ide tentang bagaimana menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien. Lebih radikal lagi bisa penulis katakan debat adalah seni menyerang dan bertahan. Dalam konteks ini substansi menyerang adalah bagaimana capres dapat mengutarakan argumen dan mengkritisi apa yang disampaikan capres lainnya. Lalu bertahan dari serangan tersebut dengan menyatakan bahwa argumen yang disampaikan tidak betul atau keliru, hingga dengan ini bisa kita pahami jika hal itu dilakukan maka esensi debat akan terlihat.
Debat presiden kali ini banyak sekali disaksikan oleh masyarakat, karena sekali lagi sosial media banyak menayangkannya dan hampir seluruh masyarakat memiliki gadget. Penulis beberapa kali membaca dan melihat konten maupun komen di sosmed terkait dengan debat. Banyak yang mengatakan debat capres yang kedua ini, capres nomor urut 1 dan 3 banyak menyerang hal privat paslon 2. Terkhusus untuk capres nomor urut 1 banyak sekali menerima kritik dan serangan dari capres nomor urut 2. Tentu hal ini sangat disayangkan karena jika kita memahami bersama, capres 1 dan 3 tidak sama sekali menyerang hal privasi ataupun personal capres 2. Menurut penulis, personal itu berkaitan dengan orangnya misalnya (citra tubuh, usia, status kesehatan, keluarga, rumah tangga dan lainnya berhubungan dengan fisik).
Pertarungan debat ini pasti akan saling mengaitkan dengan riwayat posisi dan kebijakan selama di pemerintahan. Contohnya saja saat debat pertama yang bertemakan Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi dan Penguatan Demokrasi. Capres 1 yang pernah menduduki jabatan sebagai Gubernur jakarta. Ketika sesi debat berlangsung, capres 2 menanyakan kepada capres 1 terkait dengan dana APD DKI Jakarta senilai 80 T yang dikaitkan dengan polusi jakarta. Lalu capres 1 menjawab dengan argumen yang ada terlepas dari fakta yang sebetulnya bagaimana. Lalu dibalas argumen dengan mengatakan ”susah kalau menyalahkan angin”, kemudian dibalas lagi dengan capres 1 untuk menyangkal argumen lawannya. Hal ini kita lihat sangat seru, inilah esensi debat sebenarnya bagaimana seni menyusun argumentasi agar kemudian dapat menyerang dan bertahan dengan baik. Tentunya tidak ada hal privasi yang disinggung capres 2 karena ini berkaitan dengan kinerja capres 1 selama menjabat dan mungkin dengan tema yang ditentukan sudah sangat pas bagi capres 2 menanyakan hal tersebut.
Berlanjut pada debat kedua, dengan tema Pertahanan, Keamanan, Geopolitik, dan Hubungan Internasional. Pada saat debat berlangsung capres 1 langsung melakukan melontarkan argumen penyerangan dengan mengaitkan hasil kinerja capres 2. Capres 1 melontarkan dengan data, lalu capres 2 juga menanggapi dengan bertahan dari serangan argumen tersebut. Kita dapat lihat proses attack, defensif hingga counter attack dari capres 1 dan 2. Lalu di penghujung debat, capres 3 juga mengkritisi kebijakan capres 2 selama menjabat sebagai menhan dan juga menantang dengan data yang ada hingga memberikan skor rating 5 selama capres 2 menjadi menteri pertahanan. Hal ini menurut penulis sah-sah saja dalam debat, karena ini berhubungan dengan bagaimana menyatakan pendapat yang penting bisa mempertanggung jawabkannya.
Penulis rasa jangan sampai kita membuat standar ganda terkait dengan hal yang sama, ketika salah satu capres mengatakan A sangat didukung dan mengejek ejek capres lainnya. Lalu ketika Capres satunya mengatakan hal yang konteksnya sama, dihujat habis-habisan dengan alibi menyerang personal, privasi dan hal yang tidak boleh diutarakan. Marilah kita bersama-sama menjadi pendukung yang objektif dan menjaga sportifitas dalam mengawal pemilu ini. Kita pasti memiliki jagoan masing-masing dalam pergelaran pilpres ini, tetapi jangan sampai juga kita sampai terlalu ekstrim dalam menilai suatu hal.
Debat itu saling membenturkan pikiran, bukan musyawarah yang menyatukan pikiran. Debat capres merupakan bagian yang penting bagaimana Masyarakat dapat melihat grand design para paslon untuk bangsa ini. Debat bukan semata-mata hanya ngomong saja, tetapi ada kemampuan menyusun kalimat, mengendalikan emosi dan memainkan logika. Debat merupakan seni menyerang dan bertahan. Semua ada strateginya, tentu dalam hal ini perlu diperhatikan juga yaitu ketika menyerang argumen kemudian bisa mempertanggungjawabkannya dan ketika bertahan bisa menjawab dengan lugas, sehingga publik akan bisa menilai siapa dari capres yang memang memiliki gagasan dan visi misi yang jelas untuk Indonesia ke depannya.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Tok! MK Tolak Permohonan Anies-Cak Imin, 3 Hakim Dissenting Opinion
- MK Hanya Pertimbangkan 14 dari 33 Amicus Curiae di Sengketa Pilpres 2024 Termasuk Milik Megawati, Ini Alasannya
- Hakim Arief Hidayat Sebut Tidak Ada Bukti Jokowi Lakukan Nepotisme di Pencalonan Gibran Pilpres 2024
- Live Streaming! Berikut Link Nonton Sidang Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024
- Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud Hadiri Sidang Putusan Sengketa Pilpres 2024