Advertorial
Gelar Sosper Ketahanan Keluarga di Bontang, Shemmy Sampaikan Pentingnya Awasi Penggunaan Medsos dan Gawai ke Anak
BONTANG, Kaltimtoday.co - Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Shemmy Permata Sari memberi perhatian serius terhadap penggunaan media sosial (medsos) dan gawai di kalangan remaja dan anak-anak. Menurut Shemmy, orangtua mesti memantau agar penggunaan medsos dan gawai tetap dalam batas aman, sehat, dan produktif.
Hal ini Shemmy sampaikan kala dirinya menggelar sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga di Hotel Tiara Surya, Minggu (9/2/2025) siang. Di hadapan ratusan peserta yang didominasi ibu-ibu itu Shemmy memberi penekanan pada penggunaan medsos dan gawai di kalangan remaja dan anak-anak sebab ini cukup relevan dengan kondisi saat ini.
Politikus Golkar ini menjelaskan, tidak sedikit remaja, anak-anak, mengakses konten-kontan yang tidak ramah anak, seperti pornografi, kekerasan, atau ujaran kebencian, karena penggunaan gawai mereka tidak diawasi orangtua. Belum lagi, anak-anak yang rawan terhadap cyberbullying, penipuan online, atau eksploitasi yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.
Yang juga harus jadi perhatian, kata Shemmy, orangtua harus bisa membatasi penggunaan gawai dan medsos agar anak tak mengalami brain rot. Brain rot sendiri merujuk pada penurunan kualitas mental atau kognitif akibat kecanduan konten digital berkualitas rendah. Ini bisa berakibat fatal terhadap tumbuh kembang anak dan remaja, misalnya menurunkan kemampuan berpikir kritis, sulit berkonsentrasi, penurunan daya ingat, hingga meningkatkan risiko kecemasan.
"Saya tekankan bahwa penggunaan gadget anak-anak harus diawasi. Baik konten yang dikonsumsi ataupun lama penggunaan gadget-nya," kata Shemmy.
Keberadaan Perda Ketahanan Keluarga ini, kata Shemny, menjadi semakin relevan agar hal-hal seperti overused gadget dan medsos itu bisa diminimalisir. Sebab dalam Perda ini, membahas pentingnya keterlibatan aktif keluarga dalam tumbuh kembang anak, hingga menciptakan kelurga Indonesia yang secara fisik, materil, dan spiritual seimbang.
"Saya berharap, sosialisasi ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua bahwa keluarga punya peran vital terhadap tumbuh kembang anak bahkan terhadap fondasi bangsa. Terlebih saat ini Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045," sebutnya.
Dalam sosialisasi ini, juga hadirPenggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda, Bidang Pemenuhan Anak dan Perlindungan Anak DP3AKB Bontang, Trully Tisna Milasari. Dalam kesempatan itu, cukup banyak disampaikan Trully, mulai peran penting keluarga, pengasuhan orangtua di era digital, berbagai persoalan yang kerap terjadi di internal keluarga, hingga strategi yang bisa ditempuh keluarga dalam mendidik anak di era digital.
Di awal paparannya, Trully menjelaskan bahwa pengasuhan orangtua mesti disesuaikan juga dengan kondisi zaman. Karena anak-anak muda sekarang, khususnya Generasi Z dan Gen Alpha, cukup akrab dengan berbagai teknologi, maka pengasuhan pun harus disesuaikan, orantua harus paham soal kelebihan dan kekurangan teknologi digital.
Di era digital seperti saat ini, kata Trully, informasi bisa diraih dengan mudah, murah, gratis, berlimpah, bisa diakses kapan pun, dan tanpa filter. Namun, ini bisa jadi berdampak negarif bila orangtua tak pahan soal ketergantungan medsos dan gadget. Misalnya, anak-anak yang mengalami kesulitan berbicara karena sejak kecil dicekoki konten digital tapi kurang aktivitas fisik yang memacu motorik, anak-anak mudah berbicara kasar karena tak bisa memfilter konten digital yang diserap, atau anak balita menangis bila tak diberi ponsel.
"Ini dampak atau kejadian di Bontang yang kami temui akibat pengaruh negatif digital," kata Trully. Belum lagi, konsumsi konten digital berlebih, apalagi yang tak bermutu, bisa ikut menurunkan kualitas otak.
Oleh sebab itu, Trully mengusulkan agar orangtua menjaga anak agar mengurangi risiko buruk dunia maya. Misal, orangtua masuk ke dunia online anak agar bisa memantau apa yang mereka lakukan di dunia maya; membuat aturan tertulis, semisal kapan boleh pegang ponsel, berapa lama durasinya, dan aplikasi apa saja boleh digunakan.
"Orangtua juga harus mulai mengajarkan batas-batas privasi di dunia maya. Jangan semua di-share. Harus paham mana privat, mana bisa dilihat orang," ujarnya.
Sementara itu, narasumber lain yang juga hadir, aktivis perempuan Kota Bontang, Jusrawati, mengatakan kegiatan ini sangat penting. Baginya, upaya membangun keluarga yang tangguh memang butuh kolaborasi lintas sektoral, warga, pemerintah, pihak swasta, dan organisasi kemasyarakatan. Sosialisasi ini menjadi sangat penting, sebab pada kenyataanya, mengukuhkan keluarga, mendidik anak, selalu membutuhkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
"Sosialisasi ini penting sekali. Selain kita punya Perda Ketahanan Keluarga, kita juga belajar bahwa dalam pola asuh anak pun harus menyesuaikan zaman," sebut perempuan yang juga aktif di Srikandi PP Bontang ini.
[TOS]
Related Posts
- Upaya Dukung Kemandirian Industri Nasional, Pupuk Kaltim Bangun Pabrik Soda Ash Pertama di Bontang
- Tak Ada Sengketa Hasil Pemilihan di MK, Neni-Agus Berpeluang Dilantik Lebih Awal
- Ketua Komisi B Bontang Sebut Lapangan Bessai Berinta Belum Layak Ditarik Retribusi
- Reses di 12 Lokasi, Shemmy Komitmen Perjuangkan Aspirasi Warga Bontang di DPRD Kaltim
- Dispoparekraf Bontang Berencana Tarik Retribusi di Lapangan Bessai Berinta, Winardi: Bagaimana 'Rumusnya' Fasum Diterapkan Retribusi?