Daerah

Gerakan Rakyat dalam Bayang Represi, Akademisi dan Aktivis Samarinda Kritik Demokrasi yang Memudar

Claudius Vico Harijono — Kaltim Today 17 September 2025 18:42
Gerakan Rakyat dalam Bayang Represi, Akademisi dan Aktivis Samarinda Kritik Demokrasi yang Memudar
Kuliah Umum Prodi Pengembangan Sosial Fisip Unmul, kritisi gerakan yang terjadi. (Vico/Kaltim Today)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Aktivitas gerakan masyarakat belakangan ini kerap mendapatkan tindakan represif hingga pembungkaman masih menjadi bayang-bayang semu. Upaya seperti itu dianggap jadi salah satu upaya untuk meredam aksi demonstrasi yang berkepanjangan.

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Program Studi Pengembangan Sosial mengadakan kuliah umum bertajuk “Dari Represi ke Resiliensi: Gerakan Rakyat Dalam Bayang Kekerasan Negara”. 

Melalui momen tersebut pemantik diskusi mengajak para mahasiswa untuk lebih melek atas kondisi demokrasi saat ini yang dinilai tidak sesuai ekspektasi. Seperti yang disampaikan Perempuan Mahardika Samarinda, Refinaya mengungkapkan kekerasan yang dilakukan aparat memberikan trauma yang cukup besar dalam gerakan masyarakat.

“Menyikapi hal ini bersolidaritas dan terus menyuarakan adalah kunci agar gerakan itu tidak redam,” ucapnya.

Budayawan Kaltim, Roedy Hardjowiyono menilai kondisi negara saat ini diakui kerap memberikan kekerasan atas gejolak pergerakan yang ditimbulkan oleh kebijakan nyeleneh. Namun banyak cara selain demonstrasi yang dapat dilakukan untuk menyuarakan perlawanan.

“Refleksi yang menarik untuk kita, dengan kondisi seperti ini, kata kata dan pengetahuan adalah senjata dalam suatu rezim yang menindas,” tegasnya.

Selain itu Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA), Herdiansyah Hamzah turut mengkritik gerakan pada 1 September lalu yang dinilai redam begitu saja tanpa kejelasan. Menanggapi hal itu ia menilai gerakan tersebut kurang daya tahan, sehingga konsistensi gerakan menjadi kunci utama agar perlawanan tetap berlangsung. Baginya gerakan mahasiswa menjadi pelopor namun di samping itu masa rakyat adalah gerakan yang sesungguhnya.

“Sejauh ini gerakan yang tidak kita miliki adalah tujuannya ingin menang, tapi yang berkembang belakangan ini hanya sebatas eksistensi saja,” tutupnya. 



Berita Lainnya