Kaltim
Kritik Pedas XR Kaltim untuk COP30 di Brasil: Proyek Transisi Energi Indonesia Gagal Hentikan 'Kecanduan Batu Bara'
Saat delegasi di COP30 bahas energi bersih, produksi batu bara Kaltim melonjak 44% ke 368 juta ton. Aktivis desak pemerintah hentikan proyek "tipu-tipu" yang justru menghancurkan hutan demi nikel dan baterai listrik.
SAMARINDA, Kaltimtoday.co - Pelaksanaan Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, diwarnai kritik keras dari Extinction Rebellion Kalimantan Timur (XR Kaltim). Aktivis lingkungan ini menyoroti inkonsistensi kebijakan transisi energi pemerintah.
Delegasi Indonesia di COP30 yang dipimpin Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusuma, berkomitmen mempercepat Transisi Energi dengan dana besar, berkisar US$ 25-30 miliar.
Namun, XR Kaltim menilai, isu Transisi Energi hanya bagus di konsep, tetapi nol di tindakan lapangan.
Fakta lapangan menunjukkan, di tengah gencarnya proyek transisi energi, Kaltim tetap tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan batu bara.
Kaltim tetap menjadi Provinsi Penghasil batubara terbesar di Indonesia, dengan produksi yang melonjak tajam mencapai 368 Juta Ton tahun 2024. Angka ini naik 44% dari produksi nasional.
XR Kaltim menuding perluasan produksi batu bara adalah penyebab utama deforestasi. Kaltim tercatat kehilangan 44.483 hektare hutan pada 2024, dengan Kutai Timur menjadi daerah tertinggi.
XR Kaltim menilai, proyek transisi energi malah kerap digunakan sebagai alasan untuk menghancurkan hutan, khususnya untuk penambangan mineral seperti nikel dan pasir silika yang diperlukan untuk baterai listrik.
Atas dasar itu, XR Kaltim mendesak Pemerintah untuk menghentikan ketergantungan negara dan Kaltim pada bahan bakar fosil. Mereka juga menuntut penghentian semua proyek transisi energi yang menggunakan bakar fosil sebagai sumber utama, termasuk pasokan batu bara pada smelter nikel.
XR Kaltim menegaskan, transisi energi harus dilakukan dengan cara yang adil dan berkelanjutan, serta menjamin hak-hak masyarakat.
“Kami mendesak pemerintah: jangan rusak masa depan kami dengan janji-janji palsu. Hentikan proyek-proyek ekstraktif yang berkedok transisi energi, dan pastikan partisipasi serta veto masyarakat diakui. Keadilan iklim tidak bisa ditawar,” ujar Yuni, Narahubung XR Kaltim Bunga Terung dalam rilis resminya.
[TOS]
Related Posts
- 74 Koperasi dan Gapoktan Sawit di Kaltim Siap Disertifikasi ISPO, Disbun Dorong Perkebunan Berkelanjutan
- Polisi Ungkap Pencurian Uang dalam Keluarga di Samarinda Seberang, Kerugian Capai Rp87 Juta
- Banser hingga Kokam Kompak Amankan Misa Natal, Pemkot Samarinda: Perayaan Tahun ini Penuh Kedamaian dan Kehangatan
- Wali Kota Samarinda Bantah Pernyataan Kepala Dinas PUPR-PERA Kaltim Soal Penangguhan Sementara RSUD AMS II
- Kekerasan Seksual di Samarinda Belum Reda, Sungai Kunjang Jadi Kecamatan dengan Kasus Tertinggi 2025









